Nelayan di Pacitan Belum Tersentuh Tracing Maupun RDT

oleh -0 Dilihat
Ilustrasi nelayan di perairan Pacitan. (Foto : Dok.Pacitanku)
Ilustrasi nelayan di perairan Pacitan. (Foto : Dok.Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITAN – Gugus Tugas Percepatan Penanganan coronavirus disease 2019 (COVID-19) Pemkab Pacitan, sejauh ini belum menyentuh keberadaan nelayan di Pacitan, untuk dilakukan tracing maupun uji rapid diagnostic test (RDT).

Padahal belakangan dikabarkan, sebaran COVID-19 terbanyak didominasi oleh para pelaut. Akan tetapi informasi tersebut masih perlu klarifikasi kebih jauh lagi.

Juru bicara percepatan penanganan covid-19 Pemkab Pacitan, Rachmad Dwiyanto, menegaskan, saat ini tim surveilans lebih terkonsentrasi dengan beberapa temuan klaster baru yang masih belum tuntas dalam pelacakan. Terutama klaster Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fattah, Temboro, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, yang saat ini sudah menginfeksi satu santri asal Pacitan.

Disamping itu, lanjut Rachmad, ketersediaan alat rapid tes kit (RTK) juga sangat terbatas.

“Sehingga saat ini gugus tugas masih konsen dengan tracing -tracing yang ada di depan mata,” jelasnya, Jumat (8/5/2020).

Namun kedepan, tidak menutup kemungkinan juga akan menyasar para nelayan. Khususnya nelayan andon yang berasal dari zona merah.

“Kedepan nanti, kemungkinan juga akan sampai nelayan andon,” ungkap mantan Kepala Dinas Kesehatan Pacitan ini.

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pacitan, Sumorohadi mengatakan, jumlah nelayan di Pacitan yang sudah berbasiskan nomor induk kependudukan (NIK) tercatat sebanyak 2.733 orang.

Saat ditanya terkait tindakan tracing ataupun rapid diagnotic test (RDT) terhadap mereka, Sumorohadi, menegaskan semua dikembalikan kepada gugus tugas. Meski dia menegaskan, kalau nelayan yang selama ini beroperasi, sudah melalui screening ketat dari petugas di pelabuhan.

“Untuk nelayan andon, sudah banyak yang kita pulangkan ke daerah asalnya. Terutama yang dari zona merah. Yang ada di Pacitan, Insyaallah sudah melalui beberapa tahap screening,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Sumorohadi, saat ini hampir semua kapal besar sudah tidak beroperasi.”Jumlahnya ada 30 lebih kapal-kapal besar yang melempar sauh tidak melaut,”tuturnya.

Pewarta: Yuniardi Sutondo
Editor: Dwi Purnawan