Penjual Bunga Tabur Makam di Pacitan Masih Tetap Eksis Meski Corona Melanda

oleh -5 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN — Ditengah wabah coronavirus disease 2019 (COVID-19), tradisi menjual bunga tabur saat menjelang Ramadhan, masih banyak terlihat di sejumlah gerbang pintu masuk tempat pemakaman umum (TPU) di Kabupaten Pacitan.

Para penjual bunga mengaku, meski harus mengalami turun omzet dari Ramadhan tahun sebelumnya, namun mereka tetap berjualan.

“Kami ini berjualan bunga tabur sudah turun temurun Mas (wartawan). Pesan dari leluhur dulu, apapun kondisinya saya harus tetap berjualan bunga. Itu wasiat yang terus kami uri-uri sampai sekarang ini,” kata Aprianti, salah seorang penjual bunga tabur di gerbong pintu masuk TPU Giri Sampoerno, Pacitan, Kamis (16/4/2020).

Menurut Aprianti, sebelum adanya wabah coronavirus, tepatnya setahun lalu, saban hari ia bisa menjual hampir 50 bungkus kembang tabur makam. Namun seiring gencarnya pandemi virus SARS-CoV-2 tersebut, untuk bisa menjual 20-25 bungkus pun kesulitan.

“Peziarah di makam ini menurun. Tahun lalu, kan banyak pendatang dari berbagai kota yang berziarah ke makam ini. Sekarang mungkin mereka banyak yang tidak pulang karena ada virus corona,” tutur ibu dua anak ini pada pewarta.

Sekalipun harus kehilangan banyak omzet, namun Aprianti mengaku tetap harus berjualan ketika menjelang bulan puasa.

Selain untuk menambal kebutuhan rumah tangganya, ia juga mengakui kalau berjualan bunga tabur ini sebagai wasiat turun temurun yang tetap harus dilestarikan setiap tahunnya.

“Kata mbah-mbah dulu, jangan sampai tidak berjualan (bunga tabur) ketika mau puasa. Karena itu wasiat, saya tetap berjualan meskipun sepi pembeli,” tuturnya.

Untuk mendapatkan bahan baku bunga tabur makam, atau jamak disebut dengan kembang telon (tiga rupa) tersebut, Aprianti tak begitu kesulitan.

Ia cukup memetik di pekarangan tempat tinggalnya. Sudah sejak beberapa tahun silam, ia dan keluarganya menanam beragam bunga untuk dijual. Seperti mawar, kenanga, melati serta kantil.

Namun untuk daun pandan, Aprianti mengaku harus mengulak di pasar. “Tiga rupa itu kan ada mawar, kenanga dan juga potongan daun pandan,” jelasnya.

Setiap sebungkus bunga tabur, Aprianti bersama rekan penjual kembang lainnya menyepakati untuk menjual seharga Rp 2.000.

“Sejak beberapa tahun lalu, harga nggak pernah naik. Ya hanya Rp 2.000 per bungkus,” pungkasnya.

Pewarta: Yuniardi Sutondo
Editor: Dwi Purnawan