Distan Jatim: Banyak Petani di Pacitan Belum Tebus Pupuk

oleh -0 Dilihat
Pupuk di Pacitan alami kelangkaan. (Foto : hargapupukdolomite.com)
Pupuk di Pacitan alami kelangkaan. (Foto : hargapupukdolomite.com)

Pacitanku.com, PACITAN — Kuota pupuk bersubsidi pada tahun anggaran 2020 ini, memang jauh menurun. Namun begitu, hingga pekan kedua Februari ini, masih banyak petani di Pacitan yang belum melakukan pemupukan tanaman. Tak ayal, ratusan ton pupuk berbagai jenis mangkrak belum terdistribusi.

Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman dan Holtikultura, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, Heru Supriyono mengatakan, awalnya ia sangat khawatir ketersediaan pupuk bersubsidi tidak bisa mencukupi kebutuhan petani.

Mengingat usulan pupuk bersubsidi yang disampaikan kelompok tani melalui rencana kebutuhan definitif kelompok (RDKK) banyak dipangkas oleh pemerintah. Hanya 16 persen dari RDKK yang disetujui pemerintah.

Berangkat dari kondisi itulah, pihaknya berupaya memberikan edukasi ke petani untuk bisa memproduksi pupuk bokasi sebagai alternatif menanggulangi kelangkaan pupuk bersubsidi.

“Tapi fakta saat ini, banyak petani yang belum melakukan penebusan pupuk. Masih banyak stok pupuk, seperti Urea dan Ponska misalnya, belum ditebus oleh petani. Jumlahnya mencapai puluhan ton,” kata Heru, saat dikonfirmasi melalui ponselnya, Kamis (13/2/2020).

Menurut Heru yang juga bergelut sebagai distributor pupuk, petani enggan melakukan penebusan lantaran kondisi musim yang tidak menentu.

“Saat ini intensitas hujan masih sangat minim. Sehingga banyak dari petani yang enggan melakukan pemupukan. Sebab tanam saja belum,” jelasnya.

Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman dan Holtikultura Dinas Pertanian Provinsi Jatim Heru Supriyono. (Yuniardi Sutondo).

Heru memprediksi, kebutuhan pupuk akan mengalami lonjakan setelah intensitas hujan semakin tinggi.

“Diperkirakan akhir Februari atau awal sampai pertengahan Maret nanti kemungkinan baru akan ada penebusan pupuk dalam jumlah besar,” pungkasnya.

Pewarta: Yuniardi Sutondo
Penyunting: Dwi Purnawan