Asyik, Soimah Menari Tari Eklek Bersama Anak-Anak di Pringkuku

oleh -5 Dilihat
Soimah bersama Direktur SACPA Agung Gunawan saat berdialog dengan warga Pelem. (Foto: Dok Koko Ko)

Pacitanku.com, PRINGKUKU – Artis nasional Soimah Pancawati mengunjungi Pacitan dan menari bersama anak-anak pada Kamis (16/1/2020). Artis, penari dan musisi dari DI Yogyakarta mengunjungi studio alam Sampang Agung Center for Performing Art (SACPA) yang terletak di  Desa Pelem, Pringkuku, Pacitan.

Masyarakat yang mendengar kabar bahwa Soimah akan datang ini memadati studio SACPA sejak pagi. Mereka menunggu dengan masih bertanya-tanya apakah benar Soimah akan datang, atau hanya kabar hoax, karena sebelumnya tidak ada pemberitaan sama sekali tentang hal itu.

Pukul 10.00 WIB pertanyaan mereka mulai terjawab. Soimah datang bersama 7 orang timnya. Tim SACPA menyambutnya di rumah bapak Sukarman, seniman Legendaris Pacitan. Pukul 11.00 WIB tim SACPA mengantar Soimah dan tim tour berkeliling studio SACPA.

Sambil melihat-lihat keadaan studio, Mak’e panggilan akrab Soimah, menemukan satu tanaman yang menurutnya bagus, yaitu Suweg begitu masyarakat Pelem memanggilnya, atau dalam bahasa lain Elephant Foot Yam, atau Amorphophallus paeoniifolius.

Tanpa pikir panjang dia meminta tim SACPA untuk mengambilnya, untuk dibawa pulang dan dikembangbiakkan. Sambil berkeliling tak lupa dengan sabar dia meladeni permintaan foto selfi dari masyarakat. Dalam sesi ini, datang Camat Pringkuku beserta jajaran, dan Kades Pelem, untuk memberikan ucapan selamat datang kepada Mak’e Soimah dan tim.

Percakapanpun menjadi gayeng ditandai dengan tawa renyah Mak’e yang menjadi ciri khasnya.  Pukul 12.00 WIB tim SACPA mengajak Mak’e makan siang bersama camat dan jajaran. Sego Thiwul, lawuh Jathil, Jangan Gori Thethelan dan sambel bawang menjadi menu utama siang itu.

Direktur SACPA Agung Gunawan dalam sambutannya memperkenalkan siapa saja tamu SACPA pada siang hari itu. Mereka adalah Soimah Pancawati, Herwan Prandoko atau  Koko (manager dan suami Soimah), Boedhi Pramono (composer dan Arranger), Etta (assistant), Didik Sinjien, Gepenk Kesana Kesini, Hadi Soesanto, dan Torro, yang semuanya ternyata adalah teman-teman dari Agung Gunawan.

Pernah dibayar Rp 3 ribu

Foto: Dok Koko Ko

Selanjutnya, giliran Mak’e yang menceritakan mengapa dia bisa sampai di Pelem. Dengan bahasa campuran (Jawa dan Indonesia), Mak’e menceritakan bahwa sebenarnya Agung Gunawan sudah seperti kakaknya sendiri.

“Waktu saya SMP mas Agung sudah pernah ke rumahku di Pati, ke desa kelahiran saya. Ketika saya pindah ke Jogja, sekolah di SMKI kebetulan mas Agung adalah sahabat dekat dari Bulikku (bibiku). Waktu saya SMKI, saya ikut tinggal di rumah Bulik, akhirnya saya jadi adiknya mas Agung. Berkesenian kesana-kemari yang mengantar kemana-mana ya mas Agung. Mengantar pakai motor ethek-ethek, A100” papar Soimah.

“Setelah bertahun-tahun tidak ketemu mas Agung, kemarin itu kebetulan dapat telfon-telfonan, trus janjian mas Agung ke Jogja lalu setelahnya saya gantian kesini. Karena mas Agung cerita kalau dia sedang berusaha mengembangkan seni di sini. Jadi saya penasaran seperti apa tempatnya, seperti apa anak-anak yang katanya sedang mengembangkan seni di sini. Jadi saya pingin lihat, dan saya salut sama mas Agung sama warga sini yang ternyata antusias berkesenian” lanjutnya.

Soimah juga berpesan kepada anak-anak SACPA untuk mencintai seni. Karena, kata perempuan yang kini melambung sebagai selebritis nusantara itu, seni merupakan mata pencaharian utama dirinya.

 “Cintai seni! Seperti saya sampai saat ini kebetulan seni adalah mata pencaharian utama. Padahal dulu saya tidak pernah punya cita-cita jadi selebritis, blas tidak ingin. Tapi setelah kemudian jadi selebritis ya Alhamdulillah. Saya hanya senang berkesenian. Dulu itu bayaran pertama Rp3 ribu. Saya wayangan semalam suntuk sampai ngempet pipis semalaman hanya dapat bayaran RP 10.000,- tapi seneng. Pentas sekali latihannya 3 bulan, bayarannya R250 ribu, tombok tapi seneng. Makanya Gusti Allah adil, dulu sengsara sekarang dikasih bahagia,”jelasnya.

Tak lupa Soimah juga menyampaikan terima kasih kepada camat, lurah, Kasun,  RT, Danramil, Kapolsek, dan warga masyarakat atas sambutannya yang luar biasa. Mak’e berharap semoga acara ini bisa menjadi ajang silaturahmi yang baik.

Selesai Mak’e memaparkan ceritanya, maka dimulailah sesi pertunjukan dari anak-anak anggota SACPA. Secara berurutan, SACPA menampilkan tari Ruung Sarung, Deye, Mubeng Beteng, Tari Eklek, dan penampilan dari grup musik BamDut (bambu dangdut) Etnika Bendhe Sampang, dengan lagu Bengawan Solo, Judi, Di sini Hati Di Sana Rasa, dan ditutup dengan lagu Jangan Nget-Ngetan.

Menari tari eklek

Foto: Dok SACPA

Ada yang menarik dalam sesi pertunjukan ini, yaitu pada saat pertunjukan tari Eklek Mak’e Soimah, Koko, Boedhie, Agung, dan Deasy ikut menari bersama 90 anak SACPA.

Tari Eklek yang diciptakan oleh Sukarman tahun 1979, yang merupakan cikal bakal sanggar Pradapa Loka Bhakti yang kemudian menjadi SACPA, dan sekarang diakui sebagai tarian daerah Pacitan ini memang merupakan sebuah tarian yang membutuhkan tenaga yang ekstra.

Sehingga membuat Mak’e terengah-engah mengikuti gerakannya sampai akhir. Tetapi kecapekan Mak’e menarikan tari Eklek ini tidak menyurutkan semangatnya untuk ikut joget dangdut bersama anak-anak ketika lagu Jangan Nget-Ngetan dimainkan.

Yang lebih menghebohkan lagi, mak’e memberikan saweran kepada anak-anak, sehingga menarik warga masyarakat untuk mengerubungi Mak’e berebut saweran. Dan inilah puncak acaranya, setelah lagu selesai Mak’e dan tim berlari menuju mobil yang akan membawanya kembali ke Jogja.

Tak lupa, Mak’e pun mengunggah videonya menari tari eklek bersama anak-anak SACPA di akun instagram pribadinya.

Co-director SACPA Dr. Deasylina dalam siaran persnya kepada Pacitanku.com menggarisbawahi bahwa acara seperti “Soimah Mara Tamu” ke SACPA-Pelem-Pacitan ini merupakan program acara yang mempunyai makna yang dapat diambil.

“Pertama, acara seperti ini dapat mempersempit gap/jarak antara dunia seni popular/entertainment dengan dunia seni tradisi. Kedua, merupakan ajang silaturahmi, membangun jaringan, dan wadah saling belajar. Ketiga, acara seperti ini merupakan sarana untuk memotivasi anak-anak dan generasi muda, bahwa hasil tidak akan mengkhianati kerja keras yang telah dilakukan,”ungkapnya.

“Selain itu juga menyiratkan kerendahhatian seorang seniman popular yang sangat terkenal di Indonesia, yang mempunyai banyak sekali fans. Semoga acara ini dapat menginspirasi seniman-seniman lain bahwa srawung atau jalinan silaturahmi ini penting. Bukan karena prinsip numpang terkenal, akan tetapi banyak makna dan manfaat dibaliknya yang dapat diambil sebagai bahan pembelajaran bersama,”pungkasnya.

Video Soimah menari tari Eklek daerah Pacitan