Curhat Guru Honorer Pacitan: Dapat Gaji Rp100 Ribu, Dibayar Saat Dana BOS Cair

oleh -1 Dilihat
CURHAT HONORER. Fenti Efendi (tengah), bersama temannya saat berdialog bersama Guru besar UNNES Prof Sudijono (kiri) terkait nasib guru honorer. (Foto: Dok Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITAN – Persoalan status dan kesejahteraan guru honorer sepertinya menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah. Seperti yang dialami oleh guru tidak tetap (GTT) atau guru honorer di Pacitan, yakni Fenti Efendi.

Fenti Efendi yang sehari-hari mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Menadi, Kecamatan Pacitan ini menjadi guru honorer di sekolah tersebut sejak tahun 2004. Fenti mengatakan teman-teman guru honorer pernah mengalami dibayar Rp100 ribu setiap bulannya.

“Biasanya yang dulu, yang pernah dialami 100 ribu setiap bulannya, itu-pun nunggu dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) keluar,”katanya saat berdialog dengan akademisi dari Universitas Negeri Semarang (UNNES), Prof Sudijono Sastroatmodjo di Pacitan baru-baru ini.

Setelah ada peningkatan, Fenti mengatakan di wilayah kota gajinya sempat naik menjadi Rp 200 ribu.

“Jadi kalau di wilayah kota mungkin Rp200 ribu, namun hal itu dengan beban tidak hanya mengajar,”tandasnya.

Hal lain yang menjadi tanggungjawab guru tersebut, kata Fenti, adalah diminta mengurusi administrasi pengelolaan dana sekolah.

”Diminta juga mengurusi administrasi pengelolaan dana BOS, inventaris, operator Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) itu dari kami-kami, GTT, sehingga kami memohon untuk kebijaksanaan lebih lanjut, untuk honorer yang usia 40 tahun ke atas,”jelasnya.

Beruntung, Fenti lolos menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) belum lama ini. Meski Surat Keputusan (SK) PPPK belum keluar, namun setidaknya pengabdiannya selama beberapa tahun mendapatkan penghargaan pemerintah, tepat di usianya yang ke 40 tahun.

“Saya sekarang PPPK dan lolos, tapi saya prihatin yang teman-teman (honorer) kami ikut tes juga yang umurnya juga sudah melebihi batas untuk bisa ikut tes CPNS,”tandasnya.

Dia mengatakan, rata-rata temannya berusia kisaran 40-50 tahun.

“Itu yang belum lolos, dan kemarin mereka juga sempat ‘menangis berdarah-darah’, menyaksikan keberhasilan kami, dan juga mungkin mereka bingung bagaimana nasib selanjutnya,”imbuhnya lagi.

Bahkan, kata Fenti, ada teman-teman honorer sudah mendekati masa pensiun, ada yang usianya 57-58 tahun.

“Padahal sempat tidak ada tes dulu kareena moratorium, dan sekarang sudah ada tes CPNS tapi umurnya sudah tidak memenuhi syarat. Harapannya mereka bagaimana untuk menuntaskan mengangkat mereka sampai sebelum masa pensiun,”jelas dia.

Fenti menuturkan, dari beberapa curhatan teman-teman honorernya, mereka merasa usia yang semakin tua mengeluhkan apa bisa nanti jika tes PPPK mengerjakan soal dan mengejar passing grade atau ambang batas kelulusan.

“Teman kami yang usianya sudah tua itu kalau ada tes lagi yang PPPK keluh kesahnya opo ijik iso nggarap, opo ijik iso nututi pasing grade. Mereka itu juga menangis ‘berdarah-darah’, karena kok yo ijik enek ae tes CPNS, kene-kene kok tidak ada berita sama sekali, gek piye arep dikapakke, mbok yo ada dari pemerintah itu kebijakan tersendiri atau sambil kita menunggu itu paling tidak ada kesejahteraan bagi kami,”pungkasnya.

Pemerintah sudah berupaya

Atas curhatan dari guru honorer tersebut, Sudijono yang juga guru besar UNNES menyampaikan keprihatiannya atas kesejahteraan yang belum juga dirasakan sebagian guru honorer tersebut.

“Kami tentu ikut prihatin, dengan pengabdian kalian, sudah 17 tahun, 15 tahun, pengabdian yang sudah luar biasa itu mestinya ada balikan, ada bentuk pengangkatan dan sebagainya,”katanya.

Sudijono kemudian membeberkan setidaknya ada dua upaya dari Pemda untuk mengatasi persoalan ini.

“Kuota yang PNS di Pacitan khususnya guru sekitar 200, sesungguhnya secara kelembagaan, secara status dari teman-teman honorer, ini ada kesempatan ikut tes CPNS, yang kedua ada PPPK, jumlah GTT yang di Pacitan ada sekitar 1200 orang, ini ada upaya betul oleh Pemda, khusus yang K2, juga akan diupayakan bisa terserap masuk ke kuota yang 2020. Ini dari posisi status,”jelasnya.

Kedua, dari sisi kesejahteraan, Sudijono mengatakan jika dulu ada gaji yang cukup miris, bahkan menerima Rp100 ribu per bulan, maka akan ada perubahan di tahun 2020 mendatang.

“Dari kesejahteraan, dulu tiap bulan 100, penerimaan tiga bulan, mulai di 2020 pemerintah akan meningkatkan peningkatan jumlah kita 1200 guru, semua honorer yang K2, baik. 2020 Insyaallah nanti kesejahteraan akan ditingkatkan, secara bertahap pengabdian kalian yang sudah tahunan itu akan diperbaiki dari waktu ke waktu,”papar pria asal Kecamatan Ngadirojo, Pacitan itu.

Tentu, kata Sudijono, hal tersebut menjadi berita yang menggembirakan, berurutan tahun tidak ada kesempatan CPNS, sehingga ini ada kesepahaman antara eksekutif dan legislatif bersepakat ada peningkatan kesejahteraan.

“Tentunya, dengan harapan, di satu sisi, ada perhatian, disisi lain pelayanan kalian teman-teman guru, baik GTT atau PTT akan meningkatkan pelayanan peserta didik, pada akhirnya kualitas lulusan semakin tahun akan semakin meningkat. Sebab hanya dengan SDM yang maju, SDM yang baik, perubahan itu akan terjadi,”jelasnya lagi.

Secara khusus, Sudijono berpesan agar para guru honorer tersebut tetap pada posisinya dalam pengabdian yang sudah panjang. Dia berharap Pemda kedepan terus memperhatikan persoalan kesejahteraan bagi guru honorer tersebut.

“Sudah panjang, jangan ditinggalkan, tetap posisi itu, mudah-mudahan ada penghargaan dari Pemda dan pemerintah pusat. Saya kira dari Pemda mengupayakan mengenai status dan kesejahteraan terus ada perhatian,”pungkasnya.