Cerita Alif, Pemuda Pakisbaru Pacitan yang Kuliah S3 di Jerman

oleh -39 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN – Hari Senin (7/10/2019) menjadi salah satu hari menyejarah bagi Alif Cahya Setiyadi. Pemuda kelahiran Desa Pakisbaru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan pada 34 tahun yang lalu ini memulai perjalanannya untuk studi program doktoral atau jenjang Strata-3 (S-3) di Universitas Leipzig (Universität Leipzig), Jerman.

Selama tiga tahun kedepan, Alif akan menyelesaikan kuliah program doktoralnya di kampus tertua kedua di Jerman tersebut.

Tentu, hari itu, Senin, menjadi salah satu hari yang mengharu biru bagi Alif dan keluarganya. Tak heran, sejak Senin pagi, para mahasiswa dan pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur turut mengantarkan kelancaran studi doktoral bagi Alif.

Senin siangnya, Alif juga diantarkan keluarganya menuju penerbangan ke Jerman di bandara Internasional Adi Soemarmo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Perjalanan Alif ke negeri ‘Panzer’ pun dimulai dengan saat dirinya terbang menggunakan maskapai Turkish Airlines dan tiba di Kota Leipzig, Jerman pada Selasa (8/10/2019) sekitar pukul 10.20 waktu setempat.

Selama tiga tahun kedepan, pria yang juga Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Arab UNIDA Gontor ini akan berkutat dengan penyelesaian disertasi untuk mendapatkan gelar akademik doktor dari Universitas Leipzig, Jerman.

Alif, bersama teman-teman asal Indonesia lainnya, salah satunya adalah novelis terkenal Habiburrahman El-Shirazy, akan belajar selama kurang lebih tiga tahun untuk mencapai gelar Doctor of Philosophy (Ph.D).

Alif Cahya Setiyadi (kanan) bersama dosen pembimbing dan Novelis Habiburahman El-Shirazy.

Lalu, bagaimana ceritanya Alif bisa kuliah S3 Universitas Leipzig Jerman? Saat berbincang dengan Pacitanku.com melalui aplikasi perpesanan instan, baru-baru ini, Alif menceritakan awal mula dirinya kesampaian belajar di negeri industri tersebut.

Menurutnya, kuliah di Jerman adalah mimpi adalah awal dari segala pencapaian dalam kariernya.

“Singkat cerita, Pada awal mulanya kami hanya memiliki sebuah mimpi untuk bisa melanjutkan studi Doktoral di Eropa. Tujuan utama pada saat itu adalah School of Oriental and African Studies (SOAS) London Inggris sebagai salah satu universitas yang memiliki fokus kajian bahasa Arab,”ungkap Alif.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tujuan tersebut berubah setelah mendapatkan informasi terkait kajian bahasa Arab yang terkenal yaitu Universitas Leipzig Jerman.

Lebih lanjut, Alif menceritakan setelah mendapatkan informasi tersebut, dirinya mulai mencari informasi terkait kajian bahasa Arab di Universitas Leipzig.

Sebagai informasi, kampus ini selain menjadi yang tertua kedua di Jerman, juga telah melahirkan alumni terkenal, seperti Nietzsche, Angela Merkel, Raila Odinga, Cai Yuanpei dan Tycho Brahe.

“Mulai dari profesor, administrasi, persyaratan, biaya, dan sebagainya. Setelah mendapatkan informasi yang cukup secara langsung dari website universitas kami mulai menggali informasi lebih detail melalui alumni universitas ini yang ada di Indonesia,” jelas putra sulung pasangan Sofyan Hadi dan Sujatmi ini.

Akhirnya, Alif kemudian mendapatkan kontak salah satu alumninya yaitu Kamal Yusuf yang merupakan salah satu dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Kota Surabaya.

Melalui perantara dosen tersebut, Alif kemudian berkomunikasi dengan calon professor yang akan menjadi pembimbing. Dan setelah mendapatkan profesor yang bersedia membimbing, Alif kemudian mencari sumber pendanaan.

“Dan Alhamdulillah kami mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama (Kemenag) RI,”kata pria yang lahir di lingkungan Jepurun, Pakisbaru, Nawangan ini.

Alif kemudian menyebut beasiswa tersebut adalah yang ketiga selama dirinya menempuh pendidikan.

“Pertama adalah beasiswa prestasi dari pemerintah yang kami dapat ketika duduk di bangku SLTPN I Nawangan. Kedua adalah beasiswa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk studi Magister di UGM Yogyakarta. Dan ketiga adalah beasiswa Kemenag untuk studi lanjut S3,”jelasnya.

“Jadi pesan saya, mimpi adalah awal dari segala pencapaian kami, Jadi jangan tanggung-tanggung untuk bermimpi,”imbuhnya lagi.

Satu dari 5000 doktor Kemenag RI

Alif Cahya Setiyadi

Atas berbagai pencapaian ini, Alif kemudian bertekad untuk menyelesaikan amanah besar dari rakyat Indonesia melalui beasiswa 5000 doktor Kemenag RI tepat waktu yaitu tiga tahun. Yang menjadi langkah awal, pertama kali dirinya akan menyelesaikan proposal desertasi dan konsultasi intensif dengan pembimbing.

Selanjutnya, kedua, dirinya akan berusaha untuk menyerap sebanyak mungkin pengalaman hidup dan kehidupan di Eropa terutama di Jerman. Pengalaman sebagai bagian dari masyarakat Jerman dan pengalaman sebagai masyarakat akademik universitas di Jerman.

“Ketiga, kami harus mampu menguasai bahasa Jerman untuk menambah wawasan kebahasaan yang kami miliki. Bahasa Jerman merupakan induk dari beberapa bahasa di Eropa sehingga secara sejarah memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa-bahasa,”tandasnya.

Usai dari Jerman, Alif ingin terus mengabdi kepada umat dan mengamalkan apa yang dia dapat di negara tuan rumah Piala Dunia 2006 tersebut.

Sehingga, kata dia, dirinya mewujudkan motivasi dasar untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk masyarakat, bangsa dan agama.

“Selain itu, kami juga berharap, ada harapan lain yang terbesit adalah datangnya putra-putri Pacitan di Negara Jerman ini untuk belajar,”tandasnya.

Mengapa dia berharap semakin banyak putra-putri Pacitan yang belajar di Jerman? Salah satunya alumni Sekolah Dasar Negeri (SDN) I Pakisbaru Nawangan ini kemudian menceritakan beberapa pengalaman menarik di Jerman.

Diantaranya, kata dia adalah sistem administrasi yang terintegrasi, semua administrasi baik kota maupun universitas terintegrasi dengan sangat baik, sehingga data user terkoneksikan antara satu dengan yang lain secara otomatis.

Salah satu contohnya adalah ketika kita mendaftarkan diri di kantor Kota, maka data akan secara otomatis terdeteksi di bagian asrama, tempat tinggal, akun bank kita, bagian imigrasi dan lain sebagainya.

“Selain itu juga sistem transportasi yang mudah, rapi, teratur, dan berdisiplin, sistem transportasi di sini sangatlah mudah dan beroperasi dari mulai pukul empat pagi hingga pukul 12 malam,”jelasnya.

Berbagai contoh lain yang bisa ditiru, kata Alif, adalah penghargaan kepada orang tua yang sangat tinggi.

Dia kemudian mencontohkan apabila berada dalam kereta, kemudian masuk orang yang sudah lanjut usia, maka yang muda akan memberikan kursinya untuk orang tua tersebut dan beranjak untuk berdiri.

“Pemandangan yang sangat indah dan penuh dengan nilai adab yang menunjukkan jati diri sebagai bangsa yang berperadaban tinggi,”tukasnya.

Ingin buat orang tua bangga

Alif Cahya Setiyadi

Sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, Alif memiliki keinginan khusus sekaligus sebagai motivasi dalam hidupnya. Yakni salah satunya adalah ingin membuat kedua orang tuanya, Sofyan Hadi dan Sujatmi bangga dan bahagia.

“Kami memiliki banyak motivasi hidup yang selama ini menjadi acuan dalam perjalanan hidup kami. Adapun motivasi terbesar kami ada dua yaitu, pertama, ingin membuat orang tua bangga dan bahagia dengan segala langkah dan prestasi yang kami capai, kedua, kami ingin menjadi pribadi yang bermanfaat, tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga masyarakat, bangsa, negara dan agama,”paparnya.

Beruntung, kata Alif, keluarganya sangat mendukung penuh perjalanan karier dirinya. Secara khusus, Alif menceritakan sosok ayah dan ibunya memberikan dukungan besar terhadap langkah yang ditempuh dirinya.

“Keluarga adalah usur terpenting dalam perjalanan studi kami di Jerman, terutama adalah kedua orang tua dan keluarga kecil kami. Ayah dan Ibu selalu memberikan dukungan yang sangat besar disetiap langkah kami, baik dukungan moral, material maupun spiritual,”jelas dia.

Keikhlasan dan keridhaan kedua orang tua dan istrinya yang selalu memberikan dorongan kuat bagi Alif untuk terus menatap masa depan.

Alif mengaku memang berat berat rasa hati untuk meninggalkan Indonesia, tanah kelahiran, untuk melanjutkan studi di negeri asing yang jauh. Tetapi berkat motivasi dan semangat dari keluarga menjadikan dirinya kuat untuk sementara waktu ke negeri Jerman.

“Akan tetapi hembusan semangat dan motivasi dari kedua orang tua, keluarga kecil, dan keluarga besar kami selalu membesarkan hati kami. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas setiap lantunan doa dan getaran motivasi dari ayah, ibu, adik, istri, anak, dan keluarga besar bani Muniran yang selalu menguatkan kami. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah dan inayahnya kepada semuanya,”jelas pria yang juga fans klub sepakbola Liverpool ini.

Pesan untuk anak muda Pacitan

Di akhir wawancara dengan Pacitanku.com, Alif memiliki lima pesan untuk anak-anak muda Pacitan agar terus berkarya dengan segala mimpi yang dicita-citakan.

“Pesan khusus kami untuk para muda-mudi Pacitan adalah, gantungkan cita-citamu setinggi-tingginya dan mulailah untuk membuat rencana pencapaian cita-cita dari sekarang, kedua berdoa dan minta doa yang banyak kepada siapapun yang kalian temui terutama kedua orang tua,”jelasnya.

Ketiga, Alif berharap anak-anak muda Pacitan untuk belajar bahasa Inggris untuk bisa membuka peluang-peluang beasiswa yang ada.

“Kemudian, manfaatkan teknologi yang dimiliki (internet) untuk pengembangan diri dan memperluas wawasan serta informasi, jangan jadikan teknologi ini untuk kesenangan dan hal-hal yang tidak banyak memberikan manfaat untuk masa depan,”pungkasnya.

Biodata Lengkap Alif Cahya Setiyadi

Nama :  Alif Cahya Setiyadi
TTL:   Pacitan, 22 Februari 1985

Riwayat Pendidikan       

  1. TK Kembang Mas, Desa Pakisbaru, Nawangan
  2. SDN I Pakisbaru Nawangan
  3. SLTPN I Nawangan
  4. Pondok Moden Darussalam Gontor Ponorogo
  5. S1 Universitas Darussalam Gontor Ponorogo
  6. S2 Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
  7. S3 Universitas Leipzig Jerman

Keluarga             

  1. Ayah: Sofyan Hadi
  2. Ibu   : Sujatmi
  3. Adik : Bahtiar Hadiyatul Mu’ti, Tasya Fauzatur Rohmah
  4. Istri  : Tyas Pradhita Astari
  5. Anak: Abizard Arsa Setiyadi

Motto: “Kegagalan adalah awal dari sebuah keberhasilan”
Tujuan: “Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat Untuk Umat”

Pengalaman organisasi  :           

  1. Sekretaris OSIS SLTPN I Nawangan 1998
  2. Ketua Bagian Bahasa Rayon Pondok Modern Gontor 2002-2003
  3. Ketua Senat Mahasiswa Tarbiyah ISID Gontor 2006-2007
  4. Ketua Bagian Kerjasama organisasi mahasiswa Tarbiyah Ponorogo 2006-2007
  5. Bagian Kemasyarakatan Himpunan Mahasiswa Islam Pascasarjana UGM 2009-2011
  6. Sekretaris Penjamin Mutu ISID Gontor 2012 – 2013
  7. Sekretaris Prodi PBA Fakultas Tarbiyah ISID Gontor 2012
  8. Ketua Program Studi PBA Fakultas Tarbiyah UNIDA Gontor 2012 – 2019
  9. Ketua Pusat Pendidikan dan Pelatihan UNIDA Gontor 2012 – 2019
  10. Ketua bagian bahasa Arab, Pusat Bahasa UNIDA Gontor 2012 – 2019
  11. Bagian Pengembangan Akademik Asosiasi Prodi PBA se-Indonesia 2015 – 2018.

Penulis: Dwi Purnawan