Ada Sinyal Positif Perkembangan Olahraga di Pacitan, Khususnya Perspa

oleh -2 Dilihat
MENANG LAGI. Bertanding di Stadion Pacitan, Sabtu (31/8/2019), “Laskar Kanjeng Jimat” sukses mengalahkan Bojonegoro FC dengan skor 2-0. (Foto: Berkahjati)

Pacitanku.com, PACITAN – Klub kebangaan masyarakat Pacitan, Perspa Pacitan sedang dalam sinyal positif untuk terus melaju lebih jauh di kompetisi nasional. Saat ini, Perspa Pacitan berada di posisi kedua klasemen sementara Liga 3 Jawa Timur, terpaut satu angka dibawah Perseta Tulungagung.

Atas kondisi tersebut, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya yang juga pria asli pacitan, Afghani Wardhana menyambut baik sinyal kebangkitan olahraga di Pacitan, khususnya Perspa.

Saat berbincang dengan Pacitanku.com, belum lama ini di Pacitan, Afghani menyampaikan sejumlah pendapat untuk mendorong perkembangan olahraga Pacitan, khususnya cabang olahraga sepakbola dengan Perspa didalamnya. “Saya apresiasi sinyal positif ini, sudah mulai bangkit kembali (Perspa), tentunya ini menjadi hal baik untuk pengembangan olahraga khususnya persepakbolaan di Pacitan,”katanya.

Lebih lanjut, Afghani mengungkapkan yang terpenting adalah pemerintah harus memberikan ruang yang luas untuk olahraga, khususnya sepakbola. “Di Kota Surabaya itu, anak – anak yang memiliki bakat talenta sepakbola di usia 12-13 itu dikirim ke Liverpool, ada 12 anak, termasuk Supriyadi yang sekarang memperkuat Persebaya Surabaya,”jelas Afghani.

Secara khusus, Afghani mengatakan dirinya sudah mencoba masuk dalam rangka membantu mengembangkan sepakbola di Pacitan, yakni dengan menyelenggarakan coaching clinic.

Kebetulan, kata dia, sejumlah eks pemain Persebaya dan pemain Timnas Indonesia, diantaranya Bejo Sugiantoro, Anang Ma’ruf dan Yusuf Ekodono bekerja sebagai pegawai kontrak di Kantor Dispora.

“Sudah mencoba masuk , saya dengan tim punya gagasan gimana ya persepakbolaan Pacitan itu bangkit kembali. Sehingga saya mencoba, tempo hari ada coaching cilinic futsal,  saya datangkan mantan pemain persebaya yakni Reinald Pieters dan Anang Ma’ruf saya ajak ke Pacitan untuk coaching clinic futsal, hasilnya ternyata responnya bagus,”papar Afghani.

Dikelola secara profesional

COACHING CLINIC. Afghani Wardhana di lapangan Arjowinangun bersama Anang Ma’ruf dkk dalam coaching clinic futsal, beberapa waktu lalu.

Untuk mengembangkan sebuah klub olahraga, kata Afghani, perlu pengelolaan secara professional. Dia kemudian mencontohkah klub Persebaya Surabaya yang kini berstatus sebagai Perseroan terbatas (PT).

“Ya memang harus dikelola profesional, di Surabaya itu Persebaya itu kan juga begitu sudah menjadi PT, sehingga kelangsungan hidup, pembinaan olahraga betul-betul terarah, tidak bergantung pada anggaran pemerintah,”tandas pria yang menjadi Bakal Calon Bupati Pacitan ini.

Sehingga dengan status PT, ungkap Afghani, klub bisa mengelola semua potensi pendapatan yang ada secara profesional dan akuntable.

“Persebaya begitu PT dia mengelola pertandingannya tiketnya, dan sebagainya, tiket itu sekali pertandingan bisa mencapai lebih dari 1 miliar, sponsor juga besar, sehingga karena sudah bisa mencari anggaran sendiri itu lebih positif,”jelasnya.

Pemerintah harus memberikan ruang

Afghani Wardhana (Kepala Dispora Kota Surabaya)

Selain itu, untuk mengembangan sektor olahraga, Afghani memberikan contoh bagaimana Kota Surabaya cukup berprestasi dari sektor olahraga. Atas hal ini, Afghani menilai peran pemerintah sangat besar untuk mendorong pengembangan olahraga disemua Cabor di Pacitan, khususnya yang sudah berprestasi .

“Ketika Pekan Olahraga Kota, prestasi olahraga itu olahraga Kota Surabaya itu luar biasa, terus ketika di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), Kota Surabaya selalu juara umum yang ke-6 kali, salah satunya karena saya punya ibu wali kota yang sangat memperhatikan olahraga,”ujar Afghani.

Sebagai contoh, kata Afghani, saat ini Dispora Kota Surabaya mengelola 500 sarana olahraga yang bisa digunakan masyarakat untuk aktivitas olahraga rekreasi hingga olahraga prestasi.

“Dispora Surabaya itu mengelola 500 sarana olahraga, lapangan sepakbolanya hampir 50, 110 lapangan futsal, belum lapangan softball dan atletik berstandar internasional, terus ada sirkuit untuk Drag Race berstandar internasional untuk balap mobil dan motor dan dari 500 lapangan itu, hampir semuanya gratis, kecuali beberapa lapangan yang dilengkapi Perda retribusi , misalnya Gelora Bung Tomo, Gelora Tambaksari dan Gelanggang Remaja,”jelasnya.

Afghani kemudian membeberkan mengapa Surabaya begitu ‘totalitas’ dalam membangun sarana keolahragaan. “Ini kaitannya, minimal anak-anak Surabaya itu memanfaatkan waktu secara positif, sehingga enggak ke hal-hal yang negatif, minimal bisa diminimalisir,”tandasnya.

Selain pemerintah yang memberikan ruang, kunci pengembangan olahraga menurut Afghani adalah perencanaan yang matang dari semua insan olahraga.

“Sebagai informasi, untuk pembinaan olah raga di surabaya di semua cabang olah raga ada 44 cabang semua berbasis kinerja, bukan hibah, artinya apa, disitu ada KONI, Dispora, kemudian ada pengurus cabang olahraga, duduk bersama merencanakan kegiatan, merencanakan anggaran, melaksanakan kegiatan, evaluasi kegiatan, serta mepertanggung jawabkan kegiatan,”pungkas Afghani.

Pewarta: Dwi Purnawan