Cerita Febri “Temon”, Milenial Pacitan yang Pilih Jualan Nasi ‘Hik’

oleh -1 Dilihat
Angkringan milik Febri Temon. (Foto: Agus Hermawan/Pacitanku.com)

Pacitanku.com, PACITAN – Febri Aviano Agusta atau akrab disapa “Temon” mungkin satu diantara sedikit generasi milenial yang memilih untuk berwirausaha dengan jualan nasi hik atau angkringan.

 Temon yang sehari-hari berjualan nasi hik di depan SMPN 4 Mentoro, Desa Mentoro Kecamatan Pacitan menceritakan pengalamannya mengapa dirinya memilih jualan nasi hik, salah satu profesi yang mungkin kurang familiar di kalangan anak muda.

Tiap hari, jajanan berupa nasi kucing, gorengan, kopi hingga teh hangat menjadi kesehariannya. Meski usia masih muda, dirinya tak canggung saat melayani para pembeli yang datang ke warung hik miliknya.

“Saya baru menyadari, betapa tidak mudah menjalani hidup berada di posisi bawah, semua orang itu spesial, itulah yang saya sadari, meskipun sering kali saya beranggapan, orang yang hanya diam saja sebagai anak muda, adalah orang bodoh yang tidak bisa melakukan apapun, atau bahkan kita sering kali diremehkan orang sebagai penjual nasi angkringan,”katanya kepada Pacitanku.com pada Sabtu (27/7/2019) malam.

Pria kelahiran Pacitan, 24 Februari 1995 ini menceritakan, nasi angkringan hik buka tiap hari antara pukul 13.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB. Dia pun mengatakan rata-rata penghasilan yang diperoleh dari jualan nasi hik per hari adalah Rp40 ribu.

Febri Temon

Temon menceritakan dirinya saat kecil mempunyai cita -cita jadi pengusaha, Temon adalah putra sulung dari tiga bersaudara. Sempat bermimpi untuk meneruskan jenjang S1 setelah lulus SMA, namun tujuannya kandas disebabkan orang tuanya tidak cukup mampu untuk membiayai sekolahnya .

Meski demikian, dengan tetap semangat Temon memutuskan membuka usaha angkringan. Setiap pagi harus belanja kepasar sampai rumah membantu masak ibunya, selesai pukul satu siang langsung buka samapai larut malam.

Ditengah perekonomian yang mungkin bagi sebagian orang terasa sangat sulit, Temon optimistis usahanya angkringan bisa sukses kedepannya. “Tiap bulan rata-rata omzetnya sekitar Rp900 ribu,”tandasnya.

Pewarta: Agus Hermawan
Penyunting: Dwi Purnawan