BNPB: Muncul Lumpur di Perbatasan Palu Pascagempa, Bangunan dan Pohon Amblas

oleh -0 Dilihat
Gempa di Palu disusul Tsunami meluluhlantahkan kota tersebut. (Foto: Dok BNPB)

Pacitanku.com, PALU – Kota Palu, Sulawesi Tengah, diguncang gempat berkekuatan 7,4 skala richter pada Jumat (28/9/2018). Gempa itu kemudian diikuti tsunami.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan gempa tersebut menyebabkan 420 korban tewas, dan 16.732 orang mengungsi.

Di samping itu, pascagempa juga terjadi fenomena di mana muncul lumpur dari permukaan tanah di Kabupaten Sigi dekat perbatasan Palu. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui akun twitter.

Dia menuturkan lumpur yang muncul tersebut menyebabkan bangunan dan pohon amblas. Sutopo mengatakan fenomena ini disebut dengan likuifaksi atau liquefaction.

“Munculnya lumpur dari permukaan tanah yang menyebabkan amblasnya bangunan dan pohon di Kabupaten Sigi dekat perbatasan Palu akibat gempat 7,4 SR adalah fenomena likuifaksi [liquefaction],” katanya melalui akun twitter, Sabtu (29/9/2018).

“Likuifaksi adalah tanah berubah menjadi lumpur seperti cairan dan kehilangan kekuatan,” ujar Sutopo.

Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Wilem Rampangilei mengungkapkan jumlah korban tewas akibat gempa bumi yang melanda Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah hingga Sabtu malam tercatat 420 orang.”Itu baru yang di Kota Palu, belum yang di Kabupaten Donggala dan Sigi,” katanya dikutip dari Antara Minggu (30/9/2018).

Selain itu, tingkat kerusakan yang terjadi di Kabupaten Donggala dan Sigi juga cukup signifikan namun belum ada laporan mengenai korban dan tingkat kerusakan karena sulitnya komunikasi.

Karena itu prioritas utama Satgas khusus penanganan bencana ini adalah pencarian dan penyelamatan serta penanganan pengungsi.”Sampai malam ini, ditaksir 10.000 pengungsi yang tersebar di 50-an titik dalam Kota Palu. Mereka akan diberi bantuan tempat berlindung, makanan dan obat-obatan bagi yang sakit,” ujarnya.

Jenazah korban itu masih disimpan di rumah-rumah sakit dan sebagian sudah dijemput oleh keluarganya. Menurut Wilem, korban tewas ini pasti masih bertambah karena banyak reruntuhan gedung seperti hotel-hotel besar, ruko, gudang, perumahan dan lainnya belum bisa disentuh pencarian.”Kami kesulitan mengerahkan alat-alat berat untuk mencari korban di bawah reruntuhan gedung karena jalur jalan menuju Kota Palu banyak yang rusak,” ujarnya.

Selain itu, tingkat kerusakan yang terjadi di Kabupaten Donggala dan Sigi juga cukup signifikan namun belum ada laporan mengenai korban dan tingkat kerusakan karena sulitnya komunikasi.

Cukup sulit, kata Wilem, untuk memenuhi makanan siap saji dari kota Palu untuk para pengungsi sehingga hsrus mendatangkan ribuan dos makanan dari Surabaya menggunakan pesawat.

Mengenai perawatan korban yang sakit, kata Wilem, TNI telah mengerahkan sejumlah bantuan medis dan tenaga medis-paramedis bahkan telah mengerahkan Kapal Rumah Sakit yang akan merapat di Koa Palu dalam satu dua hari ke depan.