Begini Semaraknya Tradisi Ceprotan di Donorojo Tahun 2018

oleh -3 Dilihat
GAYENG. Para penari cantik menyemarakkan tradisi ceprotan di Donorojo. (Foto: Seko Setyawan IG @eko_sty)

Pacitanku.com, DONOROJO – Upacara adat ceprotan yang digelar setiap tahun kembali digelar pada Minggu (29/7/2018) berlangsung sangat meriah.

Upacara adat khas desa Sekar, Kecamatan Donorojo ini yang digelar mulai pukul 16.00 – 18.00 WIB dengan agenda utama upacara adat ceprotan berlangsung cukup menghibur ratusan warga yang berdatangan di Lapangan Dewi Sekartaji, Desa Sekar, Donorojo.

Baca juga: Upacara Adat Ceprotan Donorojo 2015 Berlangsung Gayeng

Pada edisi tahun ini, turut hadir beberapa pejabat pemerintah kabupaten Pacitan. Pada tahun ini juga, kemasan Ceprotan lebih terlihat modern dan kekinian. Hal tersebut nampak dari penamaan yang disebut Ceprotan dengan corak warna-warni.

Seperti biasa, tradisi Ceprotan 2018 ini dimulai dengan pengarakan kelapa muda yang digunakan sebagai alat “ceprotan” menuju tempat dilaksanakannya upacara yang biasanya berupa tanah lapang. Kelapa-kelapa ini ditempatkan pada keranjang bambu dengan anyaman yang jarang-jarang dan dibawa oleh pemuda setempat.

Rangkaian seremoni sakral Ceprotan, dimulai dari pengumpulan ayam dari beberapa warga. Upacaradipimpin oleh kepala desa dan melibatkan kepala dusun. Puncak acara Ceprotan berlangsung pada sore hari dimana matahari mulai terbenam, diawali dengan tarian surup atau “Terbenamnya Matahari” kemudian juru kunci membacakan doa, serta lurah desa merepresentasikan diri sebagai perwujudan Ki Godeg, sedangkan Istrinya sebagai Dewi Sekartaji.

Baca juga: Upacara Ceprotan, pesta rakyat sarat makna

Sebelum acara dimulai, ketua adat membacakan doa-doa. Upacara dilanjutkan dengan ditampilkannya sendratari yang menceritakan antara pertemuan antara Ki Godeg dengan Dewi Sekartaji. Usai sendratari tersebut, dilakukan tradisi lempar kelapa atau bluluk. Kemudian pemuda-pemuda ini dibagi menjadi dua kubu yang ditempatkan secara berseberangan.

Keranjang berisi kelapa muda yang telah dikuliti dan direndam selama beberapa hari agar tempurungnya melunak, diletakkan di depan masing-masing anggota kubu yang telah berjajar dengan posisi menghadap ke arah kubu lawan.

Baca juga: Kemeriahan Pesona Upacara Adat Ceprotan Pacitan

Antar kedua kubu ini diberi jarak beberapa meter sehingga mereka tidak berhadapan secara langsung dan di antara mereka diletakkan sebuah ingkung atau ayam utuh yang dipanggang. Para pemuda yang saling melempar tersebut mengarahkan bluluk itu ke gubuk sesajen yang ada ditengah lapangan.