Jembatan “Baru” Pasca Banjir Pacitan yang Jadi Penyambung Asa Warga

oleh -2 Dilihat
Jembatan Tambakrejo Pacitan sudah selesai diperbaiki. (foto: dok. pribsdi penulis)

CUACA terik menghiasi sepanjang perjalanan dari Kecamatan Tegalombo ke Pacitan kota pada Minggu (25/2/2018). Di sepanjang jalan tersebut, kami melihat bekas-bekas bencana banjir yang terjadi pada Selasa (28/1/12017) lalu masih tersisa, meski tak banyak.

Sungai Grindulu nampak semakin lebar, beberapa jembatan gantung masih putus, ada juga yang sudah dipakai untuk beraktivitas warga seperti biasanya.

Sebagaimana diketahui bersama, sebanyak 25 orang meninggal dunia, 6.603 unit rumah dan 126 unit sekolah rusak akibat bencana alam yang terjadi di Pacitan pada Selasa (28/11/2017) lalu. Bencana tersebut juga merusak 19,5 Kilometer jalan di 78 ruas, 21 jembatan dan meruak 832 meter jaringan air bersih dengan total kerugian sebesar Rp 580,9 miliar.

Sebanyak 21 jembatan di Pacitan yang rusak akibat bencana terdahsyat di Pacitan tersebut, tujuh diantaranya adalah jenis jembatan gantung yang diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Pacitan untuk dilakukan rehabilitasi. Namun yang disetujui untuk direhabilitasi hanya enam jembatan.

Enam jembatan tersebut adalah dua jembatan di Desa Kedungbendo Kecamatan Arjosari, jembatan Tambakrejo Kecamatan Pacitan, dua jembatan di Banjarsari Kecamatan Pacitan dan jembatan Kal‎iatas Kecamatan Ngadirojo. Satu jembatan gantung yang tidak lolos usulan salah satunya membentang di Desa Kembang Kecamatan Pacitan. Sebab di desa tersebut sudah ada satu jembatan permanen yang juga didanai dari APBN.

Dua diantara jembatan gantung yang sudah selesai dibangun dan bisa digunakan untuk beraktivitas warga adalah jembatan Tuwel di Desa Kedungbendo Kecamatan Arjosari dan jembatan Tambakrejo Kecamatan Pacitan. Jembatan Tuwel adalah salah satu titik yang mengalami kerusakan cukup parah akibat banjir pada tahun lalu dan menyebabkan jembatan tersebut miring, sebelum akhirnya bisa diperbaiki.

Jembatan gantung jadi jalur penghubung yang sangat penting

Keberadaan sungai Grindulu yang membelah Pacitan membuat masyarakat setempat bergantung pada infrastuktur jembatan. Tanpa adanya jembatan, akses antar wilayah jelas membuat jarak tempuh semakin panjang juga memerlukan waktu lebih lama. Lantaran warga dan pengguna jalan lainnya harus memutar untuk sampai ke tempat tujuannya.

Jembatan Tuwel tersebut menjadi satu-satunya akses yang bisa digunakan warga untuk menyeberangi sungai, utamanya warga Dukuh Tuwel, Dukuh Kednggombyang dan Dukuh Banyuanget, di Desa Kedungbendo, Kecamatan Arjosari. Satu jembatan lainnya yang terletak di Dukuh Banyuanget putus total dan belum diperbaiki hingga saat ini. Jika jembatan Tuwel ini belum diperbaiki, warga harus memutar cukup jauh untuk menyeberang ke jalan utama Pacitan-Ponorogo.

Selain itu, jembatan Tambakrejo juga mengalami hal yang sama. Rusak parah dan kini sudah selesai diperbaiki. Jembatan ini menjadi alat penghubung utama antar dusun di wilayah Desa Tambakrejo, Kecamatan Pacitan yang dipisahkan sungai Grindulu.

Sebelum diperbaiki, warga di seberang sungai harus memutar sekitar 6 kilometer lewat Kecamatan Arjosari atau 8 km menuju pusat kota hanya untuk menuju ke seberang sungai.

Kini, jembatan gantung tersebut sudah diperbaiki dan siap menghemat waktu tempuh warga masyarakat Pacitan yang terpisah oleh sungai Grindulu. Tak hanya menghemat waktu, jembatan gantung tersebut menjadi penyambung asa warga untuk beraktivitas normal, empat bulan paska bencana alam.

Jembatan Tambakrejo misalnya, saat kami berada di kawasan tersebut, warga sudah mulai menikmati adanya jembatan dengan melintas diatasnya. Tulisan “Tambakrejo” di tengah-tengah jembatan gantung tersebut menambah keindahan alam yang terdiri dari sungai dibawahnya, pepohonan menghijau dan latar belakang pegunungan di Pacitan.