BNPB: Budaya Sadar Bencana Masyarakat Masih Rendah

oleh -0 Dilihat
Jokowi mengunjungi tanggul Ploso yang jebol akibat banjir.

Pacitanku.com, JAKARTA – Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan budaya sadar bencana di masyarakat masih rendah sehingga bencana lebih banyak terjadi karena ulah manusia.

“Misalnya soal sampah. Anak kecil kalau kita tanya apa dampak dari membuang sampah sembarangan, pasti dijawab salah satunya menyebabkan banjir. Namun praktiknya, kita masih melihat orang membuang sampah di sungai,” kata Sutopo dihubungi di Jakarta, Senin (8/1/2018).

Padahal, kata Sutopo, pendidikan soal sampah itu seharusnya sudah berlangsung selama 40 tahun hingga 50 tahun. Namun, masih sering terlihat di masyarakat ada orang yang membuang sampah sembarangan, termasuk di sungai.

Belum lagi bila bicara tentang alih guna lahan dari hutan menjadi perkebunan, pertanian atau permukiman. Sutopo mencontohkan hutan-hutan di Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang sudah beralih fungsi.

“Kalau kita lihat di malam hari, puncak gunung isinya lampu-lampu terang karena sudah tidak ada hutan. Kalau masih hutan, pasti gelap di malam hari,” tuturnya.

Begitu pula dengan kawasan pegunungan di Jawa Barat seperti Garut, Sumedang dan Bandung yang hutannya beralih fungsi menjadi lahan pertanian tanpa diikuti dengan konservasi tanah dan air.

“Itu mengapa di Dayeuhkolot, Majalaya dan pinggiran sungai Sungai Citarum di Kabupaten Bandung. Dalam setahun, masyarakatnya bisa 15 kali kebanjiran selama musim penghujan. Baru selesai bersih-bersih rumah, mereka sudah kebanjiran lagi,” katanya.

Sutopo tidak setuju bila kemudian masyarakat semata-mata hanya menyalahkan pemerintah terhadap bencana banjir yang terjadi. Pasalnya, pemerintah sudah berupaya mengeruk sungai, membuat embung, waduk dan sebagainya.

“Namun, upaya yang dilakukan itu kalah cepat dengan faktor-faktor penyebabnya karena di hulu masih kritis. Sungai dikeruk, dua tahun sudah dangkal lagi karena sedimentasi akibat aktivitas manusia,” tuturnya. (Ant/RAPP002)