Menanti Pahlawan Pada Zamannya

oleh -2 Dilihat
Napak Tilas Jenderal Soedirman. (Foto : Doc Info Pacitan)
Napak Tilas Jenderal Soedirman. (Foto : Doc Info Pacitan)

Oleh: Dr. Susanto, MA*

HARI pahlawan yang diperingati 10 November setiap tahun terus menggelorakan semangat kebangsaan.

Peringatan ini bukan sekadar bermakna ritual penghormatan atas jasa-jasa pahlawan, namun harus menjadi pemantik perubahan cara berfikir, menggelorakan spirit perjuangan mengisi kemerdekaan dan memantapkan internalisasi nilai-nilai kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari.

Sekecil apapun yang bisa kita lakukan untuk yang terbaik bagi anak bangsa, sejatinya merupakan bentuk komitmen mempraktikkan nilai-jasa kepahlawanan.

Dulu pahlawan kita mengorbankan jiwa untuk kemerdekaan, perang menghadapi penjajah, rela mengorbankan semuanya demi mengusir penjajah dari bumi pertiwi.

Bagaimana saat ini?Jika anak bangsa terus dijejali oleh budaya konsumerisme, materialisme, cara berfikir instan, fokus pada semata hasil menafikan proses, gaya hidup serba digital tanpa literasi, terus dimanjakan bukan didewasakan, hal ini bisa menimbulkan kerentanan yang tak terbendung bahwa suatu saat anak bangsa kita akan rapuh etos kerja, etos belajar, etos berinovasi, etos berdedikasi dan etos kebangsaannya.

Ingat, 85 juta anak Indonesia akan menentukan nasib negara 40 hingga 70 tahun yang akan datang. Konsekuensinya, mentalitas harus dibentuk. Jiwa perjuangan dan nasiolisme harus terus ditanamkan, etos inovasi terus dirangsang dan dibiasakan.

Siapapun anak bangsa itu dan darimanapun ia lahir. Inilah kelak yang akan jadi pahlawan pada zamannya.

Memang tantangan kita tak mudah. Ditengah kita menyiapkan kader pahlawan pada zamannya, kita terus dihadapkan beragam kejahatan yang serius; traficking, prostitusi online, kejahatan pornografi, kejahatan narkoba yang menyasar anak bangsa.

Ini jika tak dapat diatasi, langkah besar kita memimpinan pahlawan di kemudian hari, akan sirna. Apalagi  ragam kejahatan dimaksud, menjadi bentuk penjajahan baru yang tak mudah dideteksi oleh orang terdekat anak.

Tak ada kata lain, spirit nasionalisme dan patriotisme harus ditanamkan sejak usia dini. Apalagi gempuran ekstrimisme, radikalisme, dan kejahatan berbasis cyber saat ini luar biasa. Ini bisa melemahkan dan menyusutkan kualitas anak bangsa kita, jika tidak dibentengi sejak awal.

Selamat hari pahlawan, selamat menghadirkan pahlawan pada zamannya.

*Penulis adalah Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

Dr Susanto MA (Ketua KPAI)

No More Posts Available.

No more pages to load.