Semangat Mandiri dan Berdikari Desa Wisata Nglanggeran

oleh -1 Dilihat

SEPERTINYA untuk waktu saat ini dan di masa-masa yang akan datang, sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang ‘basah’. Hal ini selaras dengan upaya pemerintah untuk menjadikan sektor ini menjadi salah satu sektor unggulan untuk pembangunan. Gayung bersambut, sebagian masyarakat di Indonesia mulai sadar akan peluang tersebut. Mereka begitu memahami bahwa pariwisata adalah lahan basah pengeruk uang. Orang-orang yang datang berwisata, tentunya dengan berbagai motif dan tujuan, menjadi mesin penyetor uang yang secara tidak langsung menjadi penyumbang devisa terbesar.

Salah satu daerah yang menurut saya mulai tersadar, baik masyarakat maupun pemerintahnya adalah di Gunungkidul, DI Yogyakarta, lebih khusus lagi adalah desa wisata Nglanggeran yang terletak di Desa Nglanggeran Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul.

Di kawasan ini, konsep wisata live in village diperkenalkan. Para wisatawan menginap di rumah warga, menikmati hidangan dan berbincang dengan warga. Tak hanya berwisata, wisatawan juga dimanjakan dengan program yang alami, misal menanam padi, membajak sawah dan sebagainya. Saya sendiri waktu di desa tersebut terkenang dengan konsep menginapnya dan juga makan ingkung secara keroyokan.

Nah, perlu diketahui, jika Anda mau berkunjung kesana, lokasinya hanya berjarak 20 kilometer dari Wonosari, ibu kota Kabupaten Gunung Kidul, atau 25 km dari Yogyakarta. Jika kita bisa naik bus dari Wonosari ke Nglanggeran dengan ongkos sekitar Rp 5.000 per orang.

Saya kebetulan pernah menginap di kawasan desa tersebut selama semalam. Selama menginap tersebut, ada banyak hal yang ingin saya bagikan. Diantaranya tentang pesona desa wisata, seperti embung, kebun buah, hingga konsep homestay desa wisata tersebut.

Puncak Gunung Api

Gunung Api Purba Nglanggeran. (Dok.Pacitanku)

Salah satu kawasan wisata utama di Desa Wisata Nglanggeran adalah puncak Gunung Api Purba. Puncak gunung api ini masuk dalam geosite yang berada di kawasan gunungsewu, yakni Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan.

Saya kebetulan transit awal di pendopo di bawah gunung api ini. Dan untuk diketahui, puncak Gunung Api Purba Nglanggeran berada diketinggian 700 mdpl, menjadi salah satu spot moment sunrise yang sering diburu para pecinta mentari pagi.

Jika naik keatas, membutuhkan waktu sekitar 50-60 Menit untuk bisa sampai kelokasi ini. Gunung Gedhe sebutan puncak barat Gunung Api Purba ini memiliki kondisi yang agak lapang namun tidak bisa digunakan untuk camping/mendirikan tenda. Katanya, tempat ini bisa untuk camping. Jika ingin Camping atau mendirikan tenda bisa dengan cukup bergeser kebawahnya saja sekitar 50 meter.

Embung dan Kebun Buah

Embung Nglanggeran. (Foto: Dok. Pacitanku)

Selain puncak gunung api, yang menarik di kawasan desa wisata Nglanggeran adalah adanya embung atau tampungan air Kebun Buah Nglanggeran.

Embung ini, memiliki luas 0,34 Ha, digunakan sebagai pengairan kebun buah durian dan kelengkeng. Jenis durian yang ditanam adalah jenis durian Montong dan kelengkengnya adalah Kane. Terletak sekitar 1,5 KM sebelah tenggara pintu masuk Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba.

Nah, perlu juga diketahui bahwa embung Nglanggeran adalah Embung pertama di DI.Yogyakarta, dibangun pada pertengahan 2012 dan diresmikan oleh Gubernur D.I.Yogyakarta pada tanggal 19 Februari 2013. Waduk mini yang berada di ketinggian 495 mdpl ini menjadi primadona para pemburu Senja dengan keindahan Sunset yang ditawarkan. Saya sendiri berkesempatan menikmati suasana pagi di kawasan embung, berada di spot atas, dan serasa berada di atas awan. 

Sementara, lokasi parkir dikawasan Embung Nglanggeran juga sangat luas cocok digunakan untuk acara Gathering atau temu komunitas. Disini juga ada Taman Teknologi Pertanian yang dikembangkan pemerintah pusat.

Homestay

Homestay di Desa Wisata Nglanggeran. (Foto: Dok.Pacitanku)

Untuk memudahkan wisatawan bermalam, situs Gunung Api Purba yang ada di desa Nglanggeran ini pun kini sudah dilengkapi dengan homestay. Tak tanggung-tanggung homestay yang disediakan pun sudah bergaya internasional. Di Desa Wisata Nglanggeran, ada 80 homestay sudah siap menampung wisatawan yang akan pelesiran disini. Saya sendiri waktu itu menginap di rumah Pak Tumin. 

Nah, menurut cerita salah satu anggota Pokdarwis, Triyono, homestay yang ada di kawasan desa wisata ini merupakan binaan Kelompok Sadar Wisata desa Nglanggeran bersama dengan masyarakat sekitar. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki perekonomian masyarakat di kawasan objek wisata. Tidak hanya menguntungkan satu pihak saja, namun masyarakat pun ikut merasakan manfaat desa mereka dikunjungi banyak wisatawan baik asing maupun domestik.

Perlu diketahui, deda Homestay disini dengan penginapan pada umumnya adalah adanya interaksi dengan pemiliknya.Anda bisa melakukan interaksi dan mendapatkan keramahan pemilik Homestay selama tinggal di Desa. Bahkan, disini Anda akan mendapati makanan Desa dan kuliner seperti yang dikonsumsi masyarakat Desa pada umumnya. Tentu makanan yang tidak terlalu mahal tapi saya yakin lebih menarik karena merupakan menu tradisional.

Rekomendasi untuk Anda yang jenuh dengan nuansa kota

Embung Nglanggeran. (Foto: Dok. Pacitanku)

Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba di Desa Nglanggeran ini menawarkan penginapan bernuansa perdesaan untuk menarik kalangan wisatawan.

Fasilitas yang ditawarkan di penginapan, antara lain masyarakat sekaligus induk semang, makanan khas desa, dan mengikuti kegiatan induk semang yang tidak pernah didapatkan kalangan wiastawan di perkotaan.

Desa Wisata Nglanggeran yang berlokasi di Kawasan Ekowisata ini sangat cocok bagi para wisatawan yang jenuh dengan kehidupan di perkotaan, kesibukan bekerja sehari-hari di tengah perkotaan dengan suasana bising, dan penuh polusi udara.

Selain alamnya yang indah warga desanya juga ramah – ramah terhadap wisatawan, sangat menyenangkan dan berkesan berwisata ke sini. Tentu ini menjadi pengalaman yang berharga bagi saya. Kedepan, saya sendiri berharap konsep desa wisata Nglanggeran ini bisa diterapkan daerah lainnya di Indonesia.

Desa wisata ini adalah contoh kemandirian dan semangat berdikari. Sinergi masyarakat dengan alam yang merupakan simbiosis mutualisme. Dan ini adalah cara mensyukuri nikmat Tuhan, mengelola alam, bersama alam mencipta harmoni.