Pendapatan Sektor Pariwisata di Pacitan Baru Capai 82,8 Persen

oleh -3 Dilihat
Wisatawan di Pantai Klayar. (Foto: Tuti Haryani)
Wisatawan di Pantai Klayar. (Foto: Tuti Haryani)

Pacitanku.com, PACITAN – Pemerintah Kabupaten Pacitan memasang target pemasukan dari sektor pariwisata sebesar Rp 10,7 miliar. Target tersebut terancam meleset. Pasalnya, per 24 September lalu, pendapatan yang masuk ke kas daerah (kasda) baru menyentuh Rp 8,44 miliar atau sekitar 82,84 persen.

Artinya, Disparpora masih harus mengejar setoran Rp 2,25 miliar untuk bisa mencapai target. ‘’Kami harapkan kekurangan itu bisa tertutup di akhir tahun,’’ ujar Hesti Suteki, Kabid Kelembagaan dan Sumberdaya Disparpora Pacitan, dikutip dari JPNN pada Minggu (8/10/2017).

Di sisa waktu kurang tiga bulan ini, Teki berharap tingkat kunjungan wisatawan di Pacitan bisa menggeliat. Apalagi, masih ada long weekend Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2018.

Untuk itu, dia akan berupaya menggerakkan promosi pariwisata Pacitan ke luar daerah. Dengan target kunjungan mencapai 1,7 juta wisatawan. ‘’Dari sisi kuantitas, kita oke. Sedangkan dari sisi kualitas masih jadi pekerjaan rumah,’’ katanya.




Target pendapatan dari sektor pariwisata di tahun ini memang naik tipis dibandingkan tahun lalu. Disparpora mencatat pendapatan tahun lalu surplus 0,1 persen. Sedangkan, total pendapatan dari sektor pariwisata pada tahun lalu mencapai Rp 9,56 miliar. Disparpora masih terus mencari solusi terbaik.

Termasuk menarik wisatawan agar semakin betah berlama-lama di Pacitan. ‘’Kami harus bersinergi dengan semua stakeholder dan masyarakat,’’ terangnya.

Dalam kasus ini, pemkab sudah berupaya untuk menata beberapa fasilitas umum agar bisa menjadi jujukan alternatif bagi para wisatawan yang berkunjung. Salah satunya dengan meningkatkan pelayanan tempat penginapan. Total 20 hotel dan 52 homestay siap menunjang. ‘’Kami juga sedang menjajaki kerjasama dengan desa wisata,’’ paparnya.

Bupati Pacitan Indartato meminta, kejar setoran pendapatan wisata harus diimbangi penyempurnaan manajemen kepariwisataan.

Semisal pembangunan wisata budaya dan pengembangan objek wisata minat khusus. Seperti mempopulerkan ritual budaya Tetaken dalam kemasan Festival Gunung Limo. ‘’Namun, semuanya tetap harus disesuaikan kekuatan anggaran daerah,’’ tuturnya.

Support anggaran itu, salah satunya telah diwujudkan dengan menganggarkan pembangunan tangga permanen menuju puncak Gunung Limo pada 2015 lalu. Namun, dukungan pemkab kurang bermakna tanpa disokong gencarnya partisipasi masyarakat dan pengusaha lokal.