Hello Pacitan Pro 2017 Awali 10 Kompetisi Surfing Internasional

oleh -2 Dilihat
JUARA. Rina Kitazawa juara ASC Hello Pacitan 2016 kategori wanita. (Fot: ASC Media-Hain/Pemburu Ombak)
JUARA. Rina Kitazawa juara ASC Hello Pacitan 2016 kategori wanita. (Fot: ASC Media-Hain/Pemburu Ombak)

Pacitanku.com, JAKARTA – Sudah tidak diragukan lagi, wisata bahari Indonesia memiliki standar kelas dunia. Khususnya untuk para penggemar surfing. Ombak yang berada di Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi peselancar dari berbagai belahan dunia.

Karena potensi itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan mengadakan 10 kompetisi surfing di 10 lokasi yang berbeda di Indonesia.

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kemenpar Indroyono Soesilo mengatakan Indonesia memiliki spot-spot surfing terbaik di dunia. Sayang bila tidak dimanfaatkan dengan optimal. Di Indonesia kini sudah ada ribuan orang yang berselancar dan dipekerjakan oleh industri surfing.

Sebagian dari mereka juga menjadi profesional surfing yang pergi ke berbagai belah dunia untuk berselancar. Hebatnya lagi, mereka menang diberbagai kompetisi surfing yang ada di sana.

“Kami sedang berkoordinasi dengan World Surf Leauge (WSL), Regional Manager Asia (WSL),  dan Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI) yang dipimpin oleh Stephen Robinson, serta didampingi Tipi Jabrik Sekjen PSOI. Itu dilakukan untuk mengadakan 10 kompetisi selancar tingkat regional di 10 lokasi yang ada di Indonesia pada 2018,” ujar Indroyono dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/8/2017).

Indroyono juga menjelaskan, Indonesia saat ini memiliki hampir seribu spot surfing dan memiliki ombak terbaik di belahan bumi. Ribuan international surfer juga sudah penah datang ke Indonesia untuk merasakan kesempurnaan ombak yang berada di berbagai lokasi. Jadi sangat pantas bila Indonesia menjadi destinasi surfing terbaik di dunia.

“Sebagai langkah awal pada Rabu (16/8/2017) kita adakan lomba selancar internasional, di Pantai Pacitan Jawa Timur. Serta pada Jumat (6/10/2017) akan ada Focus Group Disscusion  untuk mengundang 10 bupati yang akan menjadi tuan rumah kompetisi regional surfing,” bebernya,




“Nantinya akan di koordinatori oleh Ketua Bidang 1 Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari, Mayjen Marinir (Purn) Buyung Lelana. Kesepuluh lokasi itu seperti Kepulauan Mentawai, Pesisir Barat, Nias Selatan, Pacitan, Batu Karas, Canggu-Bali, Keramas-Bali, Maluk, Dompu, dan Rote,” sambungnya.

Selain memiliki karakteristik ombak terbaik, para surfer internasional juga merupakan salah satu peserta dan penonton paling loyal dalam bidang olahraga. Oleh karena itulah Kemenpar berencana mengadakan 10 kompetisi surfing internasional.

“Bedasarkan sumber dari Repucom pada 201, surfing berada di posisi pertama, lalu balap mobil nascar, MLB, kompetisi bola basket NBA dan kompetisi football NFL yang memiliki penonton paling loyal. Sehingga bisa dipastikan para surfer mancanegara itu nantinya akan membawa penonton untuk ke Indonesia. Goals-nya, kita berharap Kompetisi Selancar Tingkat Dunia akan berlangsung pada 2019 di Mentawai-Sumatera Barat,” katanya.

Bukan tanpa alasan Mentawai dipilih sebagai venue kompetisi selancar tingkat dunia. Berbagai jenis gulungan ombak yang menggairahkan hingga klasifikasi ekstrem bisa ditemukan di sana. Ada dua spot di Mentawai, yakni spot Lances Right dan Macaronies yang masuk ke dalam 10 spot terbaik dunia.

Kepulauan Mentawai memiliki 71 titik lokasi selancar dengan 49 titik yang terkategori eksklusif. Menurut dia, olahraga selancar merupakan pasar unggulan dalam memacu laju kunjungan wisatawan ke Kepulauan Mentawai. Karakter ombak yang bermacam-macam menjadi daya tarik bagi para peselancar untuk berselancar di kepulauan ini.

Di lain sisi, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan ada dua dukungan dari Kemenpar di event ini. Pertama, penggemar surfing merupakan wisman yang kebanyakan berasal dari Australia.

Mereka sudah menjadikan Bali sebagai the second home, karena surfing. Mereka pun sudah tidak asing untuk berselancar di ombak Kuta Bali.”Marketnya sudah jelas, mereka sudah ke Bali. Sekarang tinggal diperkenalkan spot baru itu ke negaranya,” kata Arief.

Kedua, prinsip dalam sport tourism juga harus dipakai. Di event-nya sendiri, mungkin tidak besar direct impact-nya, tetapi indirect-nya, atau media value-nya pasti jauh lebih tinggi.

“Dari media value itulah opportunity baru terbangun. Kalau wisman sudah jatuh cinta, mereka akan datang lagi bersama keluarga dan rombongannya. Rata-rata sport tourismitu 60 persen menjadi repeater,” ujar Arief.