Nostalgia Nonton Film Layar Lebar di Pacitan Zaman Dulu

oleh -23087 Dilihat
Gedung Film Balai Desa Tanjungsari Pacitan. (Foto: Istimewa)

PACITAN tempo dulu selalu menyimpan cerita unik dan menarik untuk dibuka kembali. Salah satunya adalah gedung film di Pacitan yang ada pada era tahun 80 hingga 90’an. Gedung film tersebut terletak di Balai Desa Tanjungsari, Kecamatan Pacitan, saat ini terletak di Jalan Jenderal Soedirman, atau sebelum jembatan jika ditempuh dari pusat kota.

Selain Balai Desa Tanjungsari di pusat kota, sebenarnya ada satu tempat lain yang digunakan untuk menonton film layar lebar, yakni Balai Desa Punung. Akan tetapi karena letaknya yang lebih strategis, yakni di pusat kota dan berada di jalur perdagangan di Pasar Arjowinangun dan transportasi menuju ke Tulakan, Gedung Film Balai Desa Tanjungsari lebih dikenal.

Selain sebagai tempat pemutaran film, Balai Desa Tanjungsari saat itu, sebelumnya juga digunakan tempat hiburan rakyat, yakni pemutaran Ketoprak dan Wayang Orang. Namun demikian, menonton film menjadi paling populer saat itut. Dan bagi masyarakat Pacitan yang masih menyimpan memori saat gedung film ini aktif, tentu menjadi kisah dan nostalgia tersendiri.

Pengelola gedung film meminjam Balai Desa Tanjungsari dan dioperasikan sekitar tahun 1975 an hingga 1980an sampai terakhir ditutup pada tahun 1999 dengan film terakhir yang diputar di gedung film Pacitan ini adalah film Titanic. Saat itu, perkembangan film layar lebar, khususnya di tanah air memang sedang menggeliat tinggi, termasuk salah satunya di Pacitan.

Masyarakat Pacitan saat itu, menjadikan tempat ini menjadi hiburan bersama, dan film-film andalan, baik tanah air maupun film luar negeri pun sering ditayangkan di gedung film ini.




Untuk menarik minat pengunjung, pihak pengelola gedung film berkeliling kota Pacitan untuk mengabarkan film yang hendak ditayangkan saat itu menggunakan layar lebar. Sebelum metode pasang iklan film di koran eksis, pengelola setempat keliling kota Pacitan dengan mobil pick-up yang ditempel poster film sambil menyebarkan pamflet berisi jadwal film. Lalu ada orang yang bertugas “woro woro” soal film yang tayang sambil teriak pakai toa.

Cara promosi lain yang dilakukan pengelola Gedung Film Tanjungsari adalah dengan poster berupa spanduk yang terpampang di depan gedung. Poster tersebut dibuat pakai kain belacu dan dilukis secara manual pakai cat minyak, sehingga terkadang antara poster asli dan poster versi lukisannya tidak mirip sama sekali. Tak ketinggalan, untuk menarik minat pengunjung, terutama pengunjung pria, untuk film-film tertentu yang kategori dewasa, pengelola membubuhkan sedikit gambar dewasa.

Tak hanya itu, pengelola juga menyajikan extra show untuk pengunjung, yang diputar pada hari Kamis dan hari Minggu. Kelebihan extra show ini adalah harga tiket masuk yang cukup murah, yakni Rp300 saja. Sementara, harga tiket hari biasa dijual dengan harga Rp500 hingga Rp700.

Saat itu, film-film andalan yang sedang ngehits pun sering tayang di gedung film ini, seperti film Panggilan Ka’bah, Saur Sepuh, Misteri Gunung Merapi, hingga film remaja Lupus dan film mancanegara, yakni Titanic.

 Film-film tertentu dengan bintang-bintang terkenal pun digandrungi warga Pacita kala itu, seperti Rhoma Irama, Sally Marcelina, Malfin Sayna, Barry Prima dan bintang-bintang lainnya, terbukti dengan banyaknya yang menonton untuk film-film yang dibintangi oleh artis kenamaan.

Meski dengan fasilitas ala kadarnya, yakni dengan kursi berbahan rotan dan kipas angin yang disediakan pengelola, warga Pacitan sangat terhibur, sebab mereka bisa menyaksikan film dengan layar lebar yang sedang populer.

Saking terhiburnya, kadang banyak diantara warga Pacitan tersebut yang duduk di kursi dan digigit serangga hingga bau pesing di ujung gedung film. Sementara, jika tak kebagian kursi karena penonton membludak, ada penonton yang rela lesehan di depan.

Saat itu, para penonton pun bebas memilih tempat duduk karena tak ada nomor kursi, sementara, suasana di dalam gedung hanya mengandalkan kipas angin dan tanpa Air Conditioner (AC), bebas merokok dan penonton juga bebas bawa makanan dari luar.

Meskipun suasana serba tidak karuan, namun gedung film ini sangat digandrungi masyarakat setempat, dan menjadi tempat paling populer selain tempat publik lain di Pacitan, seperti alun-alun Pacitan.

Bagaimana, Anda pernah merasakan menonton film di gedung film Balai Desa Tanjungsari? Jika pernah, tentu mas kecil dan remaja Anda dalam “kegelapan” tapi membahagiakan. Selamat bernostalgia.