Konservasi Penyu Terkendala Dana, Gaji Pengurus Tersendat

oleh -1 Dilihat
Pelepasan penyu laut di Pantai Taman. (Foto : Wisata Kampus PLSK UMM)
Pelepasan penyu laut di Pantai Taman. (Foto : Wisata Kampus PLSK UMM)
Pelepasan penyu laut di Pantai Taman. (Foto : Wisata Kampus PLSK UMM)
Pelepasan penyu laut di Pantai Taman. (Foto : Wisata Kampus PLSK UMM)

Pacitanku.com, NGADIROJO – Keberlangsungan konservasi penyu di Pantai Taman di Hadiwarno, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan terancam. Keterbatasan dana jadi masalah utama. Tak pelak kondisi ini dikeluhkan sejumlah pengurus konservasi.

Biaya operasional tidak sebanding dengan pemasukan di konservasi tersebut. Maklum, sejauh ini pendapatan konservasi berasal dari tiket flying fox dan kolam renang di Pantai Taman.

Itu tidak sebanding dengan biaya pakan saja yang sudah mencapai jutaan rupiah. Alhasil upah pengurusnya yang dikorbankan. ‘’Biaya operasionalnya ini yang jadi kendala sampai sekarang. Pemasukannya tidak sebanding. Saya tidak menerima gaji sama sekali,’’ ujar pengurus Konservasi Penyu Pacitan, Suyanto, dikutip dari Jawapos Radar Madiun, Kamis (20/7/2017).

Menurut Suyanto, sebagian besar biaya tersedot untuk pakan. Selain itu juga biaya perawatan penyu, mulai dari telur, tukik hingga penyu dewasa.‘’Disini, kami prinsipnya menyelamatkan penyu. Tidak hanya menjaga telur atau tukik,’’ jelasnya.




Suyanto memberi contoh, satu bulan lalu pihaknya menyelamatkan seekor penyu dewasa dengan diameter 1,5 meter. Dirinya memperkirakan umur penyu tersebut sekitar 150  tahun.

Saat ditemukan, penyu malang itu tersangkut di salah satu alat milik Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sudimoro. Karena dalam kondisi terluka, Suyanto mengevakuasinya ke konservasi untuk dirawat. ‘’Masih ada beberapa ekor penyu lain yang kami selamatkan ke konservasi. Tentu mereka harus diberi makan setiap hari,’’ ujarnya.

Alhasil, upah Suyanto yang terpaksa jadi korban. Dia mengaku sudah semakin jarang menerima upah dari jerih payah merawat penyu-penyu tersebut. Hanya ketika Pantai Taman ramai pengunjung, ada uang yang dapat disisihkan sebagai upahnya.

Tetapi, itu hanya pada waktu tertentu. Seperti pada libur panjang lebaran lalu. Selebihnya, Suyanto mengaku bekerja serabutan di sela kesibukan merawat penyu. ‘’Ketika ramai, kadang pemasukan ke konservasi bisa sampai Rp 70 ribu-Rp 100 ribu dalam sehari. Tetapi itu jarang. Kami (pengurus) pun bekerja sampingan,’’ tuturnya. (mn/naz/sib/JPR)