Pengembangan Usaha Kerupuk Rumahan di Kabupaten Pacitan: Secercah Harapan Peningkatan Ekonomi Masyarakat

oleh -19 Dilihat

Program IbM (Iptek bagi Masyarakat) P2M IKIP Budi Utomo Malang dan DRPM RISTEK-DIKTI 2017)

Oleh: Titik Wijayanti, S.Pd., M.Si

Tantangan Kemandirian

Pacitan merupakan salah satu daerah di wilayah Jawa Timur dengan potensi sekaligus tantangan. Di Jawa Timur, Pacitan termasuk dari beberapa kabupaten/kota yang masih harus mengejar ketertinggalannya dengan daerah lain. Namun begitu, masyarakat Pacitan mempunyai semangat untuk maju, dan bukan tidak mungkin dalam waktu yang tidak terlalu lama, ekonomi masyarakat Pacitan akan bergerak lebih maju dan dapat sejajar dengan wilayah lain di Jawa Timur.

Kerupuk Rumahan, Alternatif Wirausaha

Salah satu upaya pengembangan ekonomi masyarakat adalah lewat wirausaha. Masyarakat Pacitan seperti masyarakat di daerah lain memilih jalan sebagai wirausaha di sektor informal, karena minimnya jalur formal.

Salah satu bidang wirausaha yang banyak digeluti masyarakat adalah pembuatan produk makanan,  salah satunya adalah produksi kerupuk. Produksi kerupuk di Pacitan umumnya merupakan usaha keluarga, dimana karyawannya adalah anggota keluarga itu sendiri. Beberapa usaha kerupuk di Pacitan sudah dirintis sejak lama. Umumnya mulai dari awal proses produksi, dari membuat adonan kerupuk, memasak adonan kerupuk, perajangan kerupuk, pengeringan, penggorengan, pengemasan dan penjualan kerupuk. Namun demikian saat ini telah bermunculan usaha kerupuk yang hanya menggoreng, mengemas dan menjual bahan baku kerupuk yang dibeli dari pihak lain.

Hal yang menarik, adalah bahwa pengusaha kerupuk rumahan yang memulai dari nol dan melakukan semua proses produksinya sendiri lebih bertahan lama dan mampu menghidupi ekonomi keluarga secara lebih baik. Hal ini dikarenakan pada usaha tersebut ada sisi inovasi dari pengusaha untuk terus berkembang dengan produk yang dibuat sesuai keinginan konsumen.

Iptek bagi Masyarakat, Sebuah Jembatan

Namun demikian, untuk lebih mendorong kemajuan produktifitas dan ekonomi usaha kerupuk rumahan perlu sentuhan inovasi produk, sistem produksi dan manajemen usaha yang lebih baik. Disinilah peran perguruan tinggi dengan salah satu tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat.

Kampus IKIP Budi Utomo Malang, melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) bekerjasama dengan Direktorat Riset Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) Ditjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti melakukan program Iptek bagi Masyarakat yang bertajuk Pendampingan Kerupuk di Desa Kembang Kabupaten Pacitan Guna Meningkatkan Mutu dan Nilai Gizi Kerupuk. Pada program ini, dipilih dua pengusaha kerupuk dari desa Kembang kabupaten Pacitan yang telah mengembangkan usaha kerupuk mulai dari proses produksi bahan mentah sampai menjadi produk kerupuk serta memasarkannya selama bertahun-tahun.

Program bertujuan untuk membantu memberi solusi terhadap masalah mutu produk dari segi tampilan produk sehingga lebih menarik, konsistensi rasa dan kemasan yang lebih memadai serta meningkatkan nilai gizi produk kerupuk yang dihasilkan.

Setelah dilakukan kajian bersama pengusaha kerupuk yang bersangkutan, maka disepakati bahwa kegiatan yang dilakukan lewat program IbM ini adalah menambah varian produk kerupuk baru selain yang telah diproduksi oleh pengusaha kerupuk itu sendiri, pelatihan produksi kerupuk sesuai dengan proses produksi varian baru yang ditawarkan dan manajemen usaha, bantuan peralatan usaha kerupuk, dan peningkatan kualitas kemasan.

Varian kerupuk yang ditawarkan adalah kerupuk ikan dan kerupuk sayur. Dipilihnya kedua varian kerupuk ini bukan tanpa alasan. Selain kedua varian ini mempunyai nilai gizi yang cukup baik dan memenuhi standar kerupuk, bahan baku yang mudah didapatkan di daerah Pacitan, nilai ekonomis yang lumayan baik, kedua varian ini relatif baru untuk produk kerupuk rumahan. Sehingga merupakan pengalaman yang menarik dan baru bagi pengusaha kerupuk rumahan untuk mengembangkan produk dengan kualitas yang baik dengan faktor produksi sesuai kondisi yang dimiliki.

Kerupuk ikan menggunakan bahan baku utama, ikan tuna yang merupakan salah satu produk laut unggulan Kabupaten Pacitan. Sedangkan untuk kerupuk sayur menggunakan sayur seledri dan bawang prei/kucai yang mudah didapatkan di pasar Kabupaten Pacitan yang memiliki aroma dan rasa khas yang banyak disukai masyarakat. Yang menarik, varian baru ini menggunakan tepung mocaf, yang merupakan tepung singkong yang termodifikasi fermentasi yang dapat menggantikan tepung terigu sehingga dapat menurunkan biaya produksi akibat mahalnya harga tepung terigu.

Pada program IbM ini juga dilakukan kegiatan pelatihan produksi kerupuk dengan varian yang baru, mulai dari penghitungan kebutuhan bahan baku, formulasi, pembuatan adonan, pencetakan, pengukusan, perajangan, pengeringan, penggorengan dan pengemasan produk yang siap dipasarkan. Kegiatan pelatihan diharapkan memberikan konsep dan keterampilan produksi yang baik sehingga menghasilkan produk kerupuk dengan kualitas yang baik.

Program pelatihan tidak hanya menyentuh sisi ketrampilan produksi, namun juga sisi pengelolaan manajemen usaha. Oleh karena itu diberikan pelatihan manajamen yang mudah dilakukan oleh pengusaha namun sudah mampu memberikan gambaran tentang perkembangan usaha kerupuk yang dijalani untuk dapat dijadikan salah satu bahan pengambilan keputusan usaha. Kegiatan pengelolaan manajemen usaha meliputi: teknik pencatatan inventori bahan baku, jumlah produksi, pemasaran produk, jumlah produk terjual, pendapatan, pengeluaran serta keuntungan yang didapatkan. Penerapan manajemen usaha tersebut disesuaikan dengan kondisi usaha yang ada. Program pelatihan produksi kerupuk dan manajemen usaha dilaksanakan di rumah pengusaha kerupuk di desa Kembang kabupaten Pacitan pada bulan Maret hingga April 2017.

Untuk meningkatkan produktifitas, pada program ini juga dilakukan pemberian bantuan peralatan usaha yang diperlukan dalam proses produksi, yaitu timbangan, plastik roll, wajan cekung ukuran besar (diameter 90 cm) mereka biasa menyebutnya Jedi Bordes, serokan penggorengan dan sealer (mesin packing), serta buku kas untuk pengelolaan manajemen usaha.

Produk kerupuk dari program ini juga dilakukan pengujian kadar gizi yang terkandung dalam kedua varian baru yang dibuat. Hasil pengujian laboratorium terhadap kadar gizi dan keamanan pangan terhadap kedua varian kerupuk baru yang dibuat sudah memenuhi nilai gizi dan keamanan pangan yang disyaratkan pada standar SNI No. 8272: 2016. Sedangkan dari sisi kemasan, produk kerupuk sudah dikemas dengan cukup baik dan menarik dengan biaya produksi yang masih dapat dijangkau. Dengan kemasan yang baru, produk mampu bertahan sampai 1 bulan dengan uji organoleptik dan ketengikan.

Tahap pendampingan usaha dilakukan seusai tahap pelatihan dilaksanakan. Pendampingan dilakukan secara menyeluruh mulai dari proses produksi, pengemasan, pemasaran dan pengelolaan manajemen usahanya. Kegiatan diskusi pemecahan masalah yang timbul pada saat pelaksanaan di lapang baik pada proses produksi, pemasaran dan pengelolaan manajemen.

Pada proses ini juga dilakukan riset pasar secara sederhana terhadap kedua varian baru. Harapan dari proses pendampingan ini pengusaha dan pendamping memperoleh feedback terhadap kedua produk baru di pasaran serta penyelesaian masalah yang ada. Selain itu memberikan pengalaman baru bagi pengusaha untuk tidak takut dalam membuat inovasi kerupuk varian baru. Proses pendampingan ini dilakukan sejak bulan April hingga september tahun 2017 ini.

Tahap akhir dari program ini adalah monitoring dan evaluasi kegiatan yang dilakukan untuk dapat menentukan dan membantu pengusaha kerupuk dalam meneruskan usaha produksi kerupuk dari kedua varian yang baru meskipun program Iptek bagi Masyarakat (IbM) ini telah usai nantinya.

Harapannya, virus keberhasilan usaha kerupuk rumahan ini dapat menularkan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya. Dengan meningkatnya masyarakat yang semangat dalam berwirausaha akan menjadikan daerah Pacitan yang mandiri secara ekonomi.