Penyakit Mematikan Tubercolusis Masih Hantui Masyarakat Pacitan

oleh -0 Dilihat
Ilustrasi perawatan pasien di RS

Pacitanku.com, PACITAN – Tuberculosis (TB) masih menjadi momok bagi masyarakat Pacitan. Jumlah penderitanya dari tahun ke tahun selalu tembus angka ratusan. Sepuluh besar penyakit paling mematikan di dunia berdasarkan data WHO itu memang cukup mudah menular, dari satu penderita ke penderita lain.

Persepsi salah kaprah terhadap penyakit tersebut juga jadi biang tingginya angka penderita TB setiap tahunnya. ‘’Yang paling menentukan dalam penularan TB adalah penderitanya. Sementara saat ini masih banyak persepsi keliru di masyarakat terhadap TB,’’ ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), dr. Eko Budiono.

Angka penderita TB di Pacitan dari tahun ke tahun diakui Eko sulit terbendung. Sejak tahun 2014, angka penderitanya terus turun, konsisten pada angka puluhan hingga ratusan. Klaim data terakhir dari Dinkes, ada 33 penderita hingga pertengahan tahun lalu.

Menurut Eko, tingginya angka penderita TB tak lepas dari karakteristik penyakit tersebut yang mudah menular. Mycobacterium tuberculosis yang jadi biang penyakit tersebut, masuk ke paru-paru orang lain melalui bersin dan batuk seorang penderita TB. ‘’Mengetahui bahwa penyakit TB mudah menular, para penderitanya pun harus menjaga diri, sebisa mungkin tidak menularkan ke orang lain. Misalnya, dengan mengenakan masker,’’ jelasnya.




Karena mudah menular, Eko menyebut yang memegang peranan penting untuk meminimalisir penularan adalah penderitanya sendiri. Ada masa intensif selama satu bulan bagi penderita TB. Selama kurun waktu tersebut, penderita TB punya potensi lebih tinggi untuk menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Saat masa intensif, pengobatan bagi penderita TB harus dilakukan secara tertib. ‘’Itu yang menentukan, apakah di bulan-bulan berikutnya, masih ada potensi penularan atau tidak,’’ ujar Eko.

Setelah masa intensif, penderita TB perlu untuk lebih memerhatikan lingkungan rumahnya. Persoalannya, masih banyak masyarakat yang merasa bahwa dengan pengobatan saja cukup. Padahal, bakteri TB akan tetap ada di dalam rumah, dan berpotensi menularkan ke orang lain jika tidak ‘’dibuang’’.

Cara paling sederhana menyingkirkan bakteri TB adalah dengan mengatur sirkulasi udara rumah dengan baik. Minimal, setiap pagi harus membuka jendela agar udara di dalam rumah bisa berganti. Disamping itu, tingkat pencahayaan rumah juga dapat berpengaruh. ‘’TB itu ada obatnya. Tetapi, bergantung pada pengobatan saja juga tidak baik. Untuk bisa meminimalisir penularan, kesehatan lingkungan juga harus diperhatikan,’’ jelasnya.

Sumber: radar madiun