Dinas Pertanian: Pacitan Negatif Antraks

oleh -0 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN – Dinas Pertanian Kabupaten Pacitan menyebut bahwa di Kabupaten Pacitan tidak ditemukan bakteri antraks alias negatif antraks. Kepastian tersebut disampaikan Agus Sumarno Kabid Kesehatan Hewan (Keswan), Dinas Pertanian Pacitan usai uji laboratorium atas beberapa sample tanah yang pernah dilakukan Dinas Pertanian Pacitan.

“Hasil tes oleh BP Vet, Wates, DI Yogyakarta, hasilnya negatif, kita memang belum menerima hasil tertulis. Namun dari informasi via telepon, hasilnya negatif, tidak ditemukan bakteri anthrax,” ujarnya selasa kemarin kepada wartawan.

Dia menjelaskan bahwa tes tersebut diambil dari Desa Ketro satu sampel dan dua sampel dari Desa Punjung, Kecamatan Kebonagung. Kemudian dua sampel tanah di Desa Pringkuku, Kecamatan Pringkuku, ‎Desa Kalikuning dan Desa Jati Gunung, Kecamatan Tulakan, masing-masing satu sampel.

“Sekalipun hasil negatif, namun sebagaimana standar operasional prosedurnya (SOP), BP Vet tetap akan mengambil uji sample lainnya. Termasuk pelaksanaan vaksinasi akan terus dilakukan disemua desa yang terindikasi,”katanya lagi.

Agus sendiri mengaku heran hasil tes ini berbeda dengan data dari Dinas Kesehatan yang menyebutkan bahwa beberapa warga di Pacian suspect antraks.

“Kita juga heran, padahal Dinas Kesehatan menyatakan ada beberapa warga terkena antraks, termasuk beberapa desa juga dinyatakan positif endemi antraks. Namun setelah kita cek lapangan, sama sekali tidak ditemukan hewan yang mati akibat serangan bakteri tersebut,” tandas Agus.

Sebelumnya pada pertengahan Agustus 2016 lalu, Pemkab menetapkan dua desa di Kecamatan Pringkuku serta satu desa di Kecamatan Donorojo sebagai kawasan endemik antraks.




Saat itu, Agus menyebutkan, ketiga desa yang masuk dalam pengawasan tim penanggulangan penyakit ternak tersebut adalah Desa Pringkuku dan Ngadirejan di Kecamatan Pringkuku serta Desa Cemeng, Kecamatan Donorojo.

Penetapan itu dilakukan seiring keluarnya hasil laboratorium dari pengujian sampel ternak dari Balai Besar Penelitian Veteriner (BBVet) nomor 09059/pk.300/D.D/.08 tanggal 8 Agustus 2016 bahwa hasilnya menunjukkan positif antraks.

Agus mengungkapkan, masa tanggap darurat dimulai selama tiga minggu sejak 9 Agustus lalu atau pasca penyebab kematian hewan ternak sapi milik warga diketahui. Selama itu juga, pihaknya melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak sapi secara rutin di tiga desa tersebut. Mulai dari pemberian suntik antibiotik LA dan ruboransia.

Agus menuturkan, selama masa tanggap darurat pihaknya juga membatasi keluar masuknya 2.000-2.500 ekor hewan ternak sapi dari wilayah endemik antraks. Begitupula dengan 10.000 ekor populasi ternak kambing dari Desa Ngadirjan, Pringkuku serta Cemeng.

Diakui, munculnya penyakit antraks tersebut sempat meresahkan warga setempat. Bahkan, ada salah seorang warga di Desa/Kecamatan Pringkuku dan Desa Cemeng, Kecamatan Donorojo yang dinyatakan suspect antraks. “Tapi kami belum tahu apakah itu disebabkan karena penyakit antraks atau tidak. Meskipun ada pernyataan bahwa ciri-cirinya sama dengan penyakit antraks,” pungkasnya.

Bahkan saat itu, dua warga asal Kecamatan Pringkuku dan Donorojo masuk rumah sakit dengan gejala dan keluhan mirip penyakit antraks. Dua orang warga berisinial S, 60, dan T, 40, yang masing-masing berasal dari Kecamatan Pringkuku dan Donorojo, terindikasi terinfeksi bakteri Bacillus anthracis.

Direktur RSUD dr Darsono dr Iman Darmawan menyatakan, dua orang tersebut dirawat sejak lima hari lalu. Saat ini mereka dipindahkan ke ruang Tulip setelah sempat menjalani perawatan di ruang isolasi.’’Dugaan awal ketika pasien ini masuk adalah mengalami penyakit infeksi karena disertai dengan keluarnya nanah di bagian tangan,’’ katanya saat itu.