Leptospirosis Mewabah, Dinkes Didorong Gencarkan Sosialisasi ke Warga Pacitan

oleh -0 Dilihat
Pelayanan di RSUD Pacitan. (Foto : SKPD Pacitan)
Pelayanan di RSUD Pacitan. (Foto : SKPD Pacitan)
Pelayanan di RSUD Pacitan. (Foto : SKPD Pacitan)
Pelayanan di RSUD Pacitan. (Foto : SKPD Pacitan)

Pacitanku.com, PACITAN – Nyawa warga Pacitan diharapkan tidak ada lagi yang melayang akibat leptospirosis. Persebaran leptospirosis dinilai Ketua DPRD Pacitan sudah mengkhawatirkan. Dari 23 penderita selama Januari-Maret, sudah ada delapan warga Pacitan yang meninggal dunia.

Catatan tersebut diharapkan dapat ditekan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes). Sosialisasi terhadap masyarakat wajib lebih intens dilakukan. ‘’Selama menyangkut nyawa, berapapun yang jadi korban tetaplah memprihatinkan. Termasuk, penyakit leptospirosis ini,’’ ujar Ronny, sebagaimana dikutip dari Radar Madiun, Kamis (9/3/2017).

Menurut Ronny, perkembangan pesat leptospirosis di Pacitan ditengarai juga disebabkan oleh awamnya masyarakat terhadap penyakit tersebut. Pasalnya, penyebab leptospirosis dinilai Ronny cukup sederhana, yakni hanya dari urine tikus.

Jika masyarakat lebih menjaga kebersihan lingkungan sekitar, maka tentu kemungkinan terjangkit pun dapat diminimalisasi. ‘’Masalahnya adalah ketidaktahuan masyarakat. Penyebabnya simple sebenarnya, namun karena tidak tahu, ya menjadi merebak dan parahnya sampai menelan korban jiwa,’’ terangnya.

Leptospirosis tidak dipungkiri menjadi momok di Pacitan. Penyebarannya dinilai unik, lain dari yang biasanya terjadi di daerah lain. Tren buruk itu wajib ditekan. Ronny menilai, karena banyak masyarakat yang masih awam terhadap leptospirosis, maka sosialisasi yang wajib getol dilakukan.




Dia berharap, Dinkes dapat berkoordinasi dengan camat hingga desa, agar sosialisasi leptospirosis dapat tepat sasaran di masyarakat. ‘’Masyarakat harus lebih tahu soal leptospirosis. Terkait bagaimana pencegahannya, atau seputar penanganan penyakit tersebut. Sebab, gejalanya juga tidak jauh berbeda dengan demam seperti biasanya,’’ jelas Ronny.

Selain upaya sosialisasi, langkah lain yang bisa dilakukan adalah mengurangi tikus yang notabene biang penyakit tersebut. Sebab tidak hanya menyebabkan leptospirosis, tikus juga rawan menjadi hama bagi lahan pertanian Pacitan.

Oleh karena itu, upaya pengurangan populasi tikus juga dinilai Ronny layak untuk dilakukan. Tradisi gropyak tikus dipandang masih cocok diterapkan berkaca pada kondisi saat ini. ‘’Penekanan populasi biangnya itu juga bisa dilakukan agar semakin menekan penyebaran leptospirosis. Upaya apapun jika memang realistis, sebaiknya dilakukan. Sebab, begitu sayang jika nyawa harus melayang karena penyakit tersebut,’’ ujarnya.