Tiga Seniman Kethek Ogleng Pacitan Diberi Gelar Pegiat Budaya dari Keraton Surakarta

oleh -1 Dilihat
Sutiman menerima gelar Penewu dari keluarga Keraton Surakarta. (Foto: Sukisno)
Sutiman menerima gelar Penewu dari keluarga Keraton Surakarta. (Foto: Sukisno)

Pacitanku.com, SURAKARTA – Tiga seniman Kethek Ogleng dari Desa Tokawi, Kecamatan Nawangan yang menjadi penjaga budaya dan warisan budaya di Kabupaten Pacitan mendapat penghargaan gelar penewu atau pegiat budaya di tanah Jawa dari keluarga keraton kasunanan Surakarta, baru-baru ini di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah.

Ketiga seniman yang mendapatkan penghargaan tersebut adalah Sutiman selaku pendiri dan penggagas kesenian Kethek Ogleng, Sukisno yang merupakan ketua Sanggar Condro Wanoro dan Suratno yang merupakan murid kesayangan Sutiman.

“Beliau (Sutiman-red) dan dua seniman lain, yakni saya dan Suratno yang juga anak angkat Bapak Sutiman mendapatkan gelar Penewu atau pegiat budaya di tanah Jawa dari keluarga Keraton,”kata Sukisno, Ketua Sanggar Condro Wanoro, saat dikonfirmasi Pacitanku.com pada Senin (6/3/2017).

Sutiman dan Sukisno yang terus mengembangkan kesenian Kethek Ogleng. (Foto: Sukisno)

Sebagaimana diketahui, seni Kethek Ogleng tersebut sudah ada sejak tahun 1963 hasil karya dari Sutiman yang saat itu masih berusia  18 tahun. Dikatakan Sukisno, penamaan Kethek Ogleng diambil dari nama binatang yaitu kera dalam bahasa jawa, sementara ogleng berasal dari bunyi gamelan yang berbunyi gleng-gleng.




“Tari Kethek Ogleng pertama kali ada di tempat orang punya hajat perkawinan tepatnya akhir tahun 1963, adapun entas tersebut terlaksana atas permintaan Kepala Desa Tokawi pada waktu itu Haryo Prawiro,”ujarnya.

Selanjutnya, sejarah Kethek Ogleng terus diakui, seperti pada akhir tahun 1964, Dinas Pendidikan atas persetujuan Bupati RS Tedjo Sumarto, meminta Sutiman agar tari Kethek Ogleng menggunakan cerita rakyat Panji Asmorobangun.Hal itu bertujuan apabila menggunakan unsur cerita agar menjadi lebih baik. Cerita panji dalam versi raden panji yang akan dijodohkan dengan Sekartaji atau Candra Kirana.

“Nah, tari Kethek ogleng memiliki alur cerita, secara utuh terdiri dari enam tokoh yaitu Panji Asmorobangun, Dewi Sekartaji, Endang Rara Tompe, Punakawan, Bathara Narada dan Wanaraseta dan tari tersebut berkembang hingga sekarang,”ujar menantu Sutiman ini.

Perkembangan tari Kethek Ogleng sendiri juga sudah diakui oleh Pemkab. Terbukti beberapa tahun silam seni tari Kethek Ogleng dimodifikasi dalam seni tari kontemporer yang mengadopsi cerita Kethek Ogleng dengan tajuk Pacitan Bumi Kaloka. Tarian Pacitan Bumi Kaloka yang terinspirasi dari tari Kethek Ogleng sendiri sudah tampil beberapa kali di tingkat provinsi maupun nasional.

Yang terbaru, dalam gelaran puncak Hari Jadi Pacitan (Hajatan) ke-272 hari Minggu (19/2/2017) lalu, tarian Kethek Ogleng turut menyemarakkan acara tersebut.

Saat digelar puncak Hajatan ke-272 tersebut, penampilan tari Kethek Ogleng ini diapresiasi. Dia pun berharap dengan adanya banyak apresiasi, bisa menjadi penyemangat dalam meningkatkan kualitas.”Semoga jadi penyemangat kami lebih giat meningkatkan kwalitas seni Kethek Ogleng,”pungkas Sukisno. (RAPP002)