Dampak Leptospirosis di Pacitan Semakin Gawat: 8 Orang Meninggal, Sebaran Meluas di 5 Kecamatan

oleh -0 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN – Dampak penyakit mematikan leptospirosis di Pacitan semakin mengkhawatirkan. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, Rachmad Dwiyanto, Kamis (2/3/2017) kemarindi Pacitan mengatakan bahwa penyakit yang disebabkan bakteri leptospora itu sudah menelan korban delapan orang meninggal dunia.

Menurut Rachmad, pada awal Februari lalu lepstospirosis baru terkonsentrasi di dua kecamatan. Di antaranya Ngadirojo serta Tulakan. Namun saat ini sebaran penyakit itu sudah merambah di lima kecamatan.”Selain Tulakan dan Ngadirojo, juga Kecamatan Punung, Arjosari serta Kebonagung dengan total korban 23 orang. Delapan diantaranya meninggal dunia,” katanya.

Atas kondisi yang memprihatinkan itu, Rachmad mengatakan bahwa Dinkes sudah melayangkan surat ke semua kecamatan guna memberikan sosialisasi ke semua desa terkait ancaman leptospirosis. Selain itu, pihaknya juga merekomendasikan adanya gerakan gropyokan tikus secara serentak.

“Namun sekali lagi, sebagaimana standar operasional prosedurnya (SOP), masyarakat yang terjun ke sawah untuk membasmi tikus diimbau agar menggunakan alat pelindung diri (APD). Seperti sepatu, dan kaos tangan, bila mana perlu tangan harus dibungkus dengan plastik.

Cara pencegahan itu, katanya lagi, agar warga yang ikut dalam gerakan gropyokan tikus tidak terinfeksi bakteri mematikan tersebut. Penyakit ini memang bersifat yonosis, artinya penularannya melalui hewan terutama tikus.

Rachmad menuturkan, beberapa gejala yang dapat diketahui adalah demam yang disertai panas tinggi serta nyeri otot. Di samping dua gejala itu, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui tingkat leukosit penderita. ’’Ukuran leukosit itu bisa menjadi bukti apakah terjangkit leptospirosis,’’ ucapnya.


Mayoritas penderita yang meninggal terpapar penyakit dari lingkungan yang tidak sehat. Di antaranya, genangan di sawah serta tempat pembuangan sampah (TPS). Maklum, tempat-tempat tersebut menjadi media penyebaran urine atau darah tikus, anjing, sapi, dan babi yang membawa bakteri leptospira.

Dia mengatakan agar masyarakat waspada ketika mengalami demam tinggi dan berlangsung beberapa hari.”Jangan dianggap hal tersebut sebagai gejala flu pada umumnya. Disarankan, agar secepatnya datang ke puskesmas terdekat guna dilakukan pemeriksaan dokter. Apabila sampai ‎satu minggu belum sembuh, sebagaimana SOP-nya tim medis yang ada di setiap puskesmas agar memberikan obat antibiotik,”pungkasnya.

Secara terpisah,belum lama ini Direktur RSUD dr. Darsono, Iman Darmawan, menilai, perkembangan penyakit lepotospirosis mulai mengkhawatirkan. Sebab, penyakit tersebut awalnya belum pernah terdeteksi ada di Pacitan. Begitu ditemukan pertama kali, Desember 2016 lalu, jumlah penderita leptospirosis di Pacitan terus menunjukkan adanya peningkatan hingga bulan ini. (RAPP002)