Sembunyi Dibalik Lemari, Tumi Selamat dari Bencana Tanah Longsor yang Hancurkan Rumahnya

oleh -0 Dilihat
Bupati Pacitan didampingi Kalaksana BPBD Pacitan memberikan bantuan untuk Tumi, korban tanah longsor di Bandar. (Foto: Instagram Indartato)
Bupati Pacitan didampingi Kalaksana BPBD Pacitan memberikan bantuan untuk Tumi, korban tanah longsor di Bandar. (Foto: Instagram Indartato)

Pacitanku.com, BANDAR – Hujan deras yang mengguyur sejumlah titik di Pacitan menyebabkan bencana alam terus mengintai dan mengancam warga. Ancaman tersebut berbuah kenyataan dan menghancurkan rumah seorang nenek atas nama Tumi, warga RT/RW 2/IXX, Dusun Sidodadi, Desa Jeruk, Kecamatan Bandar pada Minggu (12/2/2017).

Rumah satu-satunya milik Mbah Tumi pun hancur tertimpa material longsor, sehingga dirinya tak lagi bisa menempati rumahnya tersebut. Kondisi rumahnya sebagian besar tertimbun tanah. Cukup beruntung dirinya dan dua cucunya selamat dari musibah tersebut.

Mereka selamat lantaran berlindung lemari yang berdiri di samping tempat tidur. Tumi dan cucunya diungsikan ke rumah kerabat berjarak 100 meter dari rumahnya.

Sebelum peristiwa tersebut terjadi wilayah di ujung utara Kabupaten Pacitan tersebut diguyur hujan deras. Guyuran air disertai angin kencang sempat membuat warga cemas. Hanya saja mereka tak menduga tebing di samping pemukiman warga akan longsor.

Mengetahui warganya terkena musibah, usai sibuk peringati Hari Jadi Pacitan (Hajatan) ke 272, Bupati Pacitaan Indartato bersama jajaran meninjau lokasi bersama Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tri Mudjiharto dan Sekretaris Daerah Suko Wiyono.

Bupati juga menyerahkan bantuan bagi para korban. Bantuan berupa sarana berlindung dan logistik diharapkan meringankan beban sementara sambil menunggu langkah penanganan. Dia mengapresiasi warga setempat yang telah bergotong royong dalam penanganan bencana tanah longsor tersebut.




Dalam kesempatan tersebut, Indartato mengatakan bahwa bencana alam di Kabupaten Pacitan yang rumahnya mengalami kerusakan akan dimasukkan dalam program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). “Pemerintah daerah membantu sesuai kemampuan. Sehingga dimasukkan dalam (program,Red) RTLH agar lebih cepat penanganannya dan tidak menyalahi aturan,” katanya, dilansir laman Pemkab Pacitan.

Menurut Indartato, mayoritas permukiman warga Pacitan berada di kawasan rawan bencana. Karena itu ia menghimbau agar warga di zona merah selalu menjaga kewaspadaan. Terlebih sampai saat ini curah hujan masih tinggi.

“Sebagian besar daerah kita memang rawan bencana, baik longsor, banjir, gempa, maupun tsunami. Oleh karena itu saya mengimbau semua pihak meningkatkan kesiapsiagaan sebagai upaya mengurangi risiko bencana,” pungkasnya.

Selain menimpa rumah Tumi, bencana tanah longsor tersebut  juga mengenai  satu rumah warga lain bernama Tumadi. Meski tidak sampai roboh namun kondisi bangunan sangat membahayakan. Selain  dua rumah tersebut, masih ada beberapa rumah warga lain yang terancam jika hujan deras kembali turun.