Kemajuan Ekonomi Geopark Belum Dirasakan di Wonogiri dan Pacitan

oleh -1 Dilihat
Siswa kelas XII SMAN I Pacitan menggelar kunjungan Geopark di Pantai Klayar. (Foto: Eko Rias Prahmono)

Siswa kelas XII SMAN I Pacitan menggelar kunjungan Geopark di Pantai Klayar. (Foto: Eko Rias Prahmono)Pacitanku.com, YOGYAKARTA– Kemajuan perekonomian masyarakat karena pengesahan Geopark Gunungsewu oleh UNESCO ternyata belum dirasakan di wilayah Wonogiri dan Pacitan. 

Pernyataan ini muncul saat Forum Group Disscusion (FGD) Geopark Gunungsewu Menuju Destinasi Pariwisata Prioritas Nasional di Lobby DPRD DIY Selasa (27/12/2016). 

Budi Martono, GM Geopark Gunungsewu mengatakan saat ini iklim pariwisata Gunungkidul yang menjadi salah satu kabupaten pemilik Geopark Gunungsewu sudah terbangun dengan cukup baik. Destinasi gua dan gunung api purba dirasa mampu mendongkrak perekonomian masyarakat di wilayah tersebut. 

“Namun memang masih ada kesenjangan dengan Wonogiri dan Pacitan yang memang belum terbangun dengan baik, salah satunya karena letak wilayahnya yang di pinggiran. Masih perlu ada koordinasi dengan masyarakat dan pemegang kebijakan di dua wilayah tersebut,” terangnya. 




Dari segi potensi, menurut Budi kedua daerah yakni Wonogiri dan Pacitan memiliki objek yang tak kalah luar biasa dari Gunungkidul. “Kalau di Gunungkidul ada 13 objek, di Wonogiri ada 7 dan Pacitan ada 13 jadi memang merata dan semuanya sangat berpotensi,” imbuhnya. 

Sementara M Baiquni Ketua Program Magister dan Doktor Pariwisata Pascasarjana UGM mengungkap harus ada perhatian pada daerah berpotensi yang berada cukup jauh dari akses utama pariwisata. Menurut dia, pemerintah daerah dan masyarakat harus menyamakan visi untuk menggarap betul potensi pariwisata yang dimiliki terlebih trend era baru pariwisata mulai melirik wilayah Asia Pasifik setelah Eropa. 

“Kita punya destinasi luar biasa ada Geopark Gunungsewu, world heritage Borobudur,  Prambanan dan Sangiran, taman nasional Gunung Merapi dan Merbabu. Tapi memang harus saling menemani wilayah seperti Wonogiri dan Sangiran yang wilayahnya agak pinggiran agar berkembangnya bersamaan,” ungkapnya. 

Adanya tiga airport kelas internasional di Yogyakarta, Semarang dan Boyolali menurut Baiquni menjadi salah satu faktor pembuka jalan terbaik untuk memperkenalkan pariwisata yang dimiliki. “Ini merupakan aset kita dan potensi ini harus dikerjakan dengan benar karena era kedepan banyak turis internasional yang menyasar kawasan Asia Pasifik dan Eropa,” pungkasnya. (Fxh/KRjogja)