Dua Bulan, Tulakan Diterjang 30 Bencana Alam dengan Kerugian Rp 814 Juta

oleh -0 Dilihat
Masyarakat setempat sudah menutup jalur amblas di jalur alternatif Pacitan-Ponorogo.
Masyarakat setempat sudah menutup jalur ambles di jalur alternatif Pacitan-Ponorogo.

Pacitanku.com, TULAKAN – Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan adalah salah satu kecamatan diantara 12 kecamatan di Pacitan yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam yang cukup tinggi. Data dari Kecamatan Tulakan menyebutkan bahwa dalam kurun waktu dua bulan, yakni bulan November dan Desember tahun ini, ada 30 titik bencana alam yang terdiri dari tanah longsor dan tanah ambles berada di titik Kecamatan Tulakan. Atas kejadian tersebut, kerugian material pun ditaksir mencapai Rp 814 juta.

Tulakan sendiri, bersama wilayah Pacitan bagian utara dan timur, yakni Kecamatan Bandar, Nawangan, Tegalombo (utara), Ngadirojo dan Sudimoro masuk kategori rawan bencana alam. Beberapa kejadian bencana alam di Kecamatan Tulakan terbaru diantaranya gerusan air yang mengancam robohnya Gedung SDN Jatigunung 1 di Kecamatan Tulakan.

Gedung tersebut terancam roboh setelah talut pangaman tebing sungai ambrol tergerus arus deras banjir. Tak hanya menghancurkan pelengsengan sepanjang 40 meter. Selain itu, jalan ambles juga terjadi di kawasan ini, tepatnya di jalur alternatif Pacitan-Ponorogo yang melewati pasar Montongan, Desa Ketro Kecamatan Tulakan.




Amblesnya jalan alternatif yang menghubungkan Desa Ketro dengan Desa Ngrayun di Kabupaten Ponorogo tersebut semakin parah dengan intensitas hujan deras yang terjadi. Jalur ambles yang memiliki kedalaman sekitar  30 cm sepanjang 200 meter tersebut juga menyebabkan sekitar 6 rumah mengalami keretakan dengan panjang retakan mencapai sekitar 200 meter dengan lebar rongga tanah sekitar 10-15 sentimeter.

Sebagian warga Dusun Montongan pun terpaksa harus meninggalkan rumah dan kios mereka. Sedikitnya ada lima kios milik pedagang dan dua rumah warga yang berada di pinggir Jalan Raya Wonokarto-Ponorogo terdampak. Kepala Dusun Montongan Riyanto mengungkapkan, tanah di dusun tersebut cenderung labil saat hujan turun. Pergerakannya mencapai sekitar 5 sentimeter.

Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan, pada tahun ini, jumlah kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana alam di Pacitan tahun ini naik dua kali lipat dibanding pada tahun 2015 lalu. Pada tahun lalu, terjadi 245 kejadian bencana alam dengan kerugian material mencapai Rp 4 miliar.

Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan Pujono beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa selama musim penghujan bencana alam sulit dihindari. Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada warga di daerah rawan bencana untuk terus waspada. Karena tak menutup kemungkinan berpotensi terjadinya tanah longsor.

Terkait dengan besarnya kerusakan akibat bencana, pemkab memberikan garansi bagi para korban bencana berupa bantuan sosial yang anggarannya diambilkan dari pos dana tanggap darurat. Untuk kategori kerusakan berat alokasinya Rp 3 juta, sedang Rp 2 juta, dan ringan Rp 1 juta. (RAPP002)