Sisa Tunjangan Profesi Guru tak Terserap di Pacitan Capai Rp 19 M

oleh -1 Dilihat
Ilustrasi guru mengajar. (Foto: istimewa)

Pacitanku.com, PACITAN – Sisa lebih perhitungan anggaran (silpa) 2016 bakal menggunung. Dinas Pendidikan (dindik) Pacitan menjadi salah satu penyumbang silpa senilai Rp 19 miliar. Silpa tersebut bersumber dari tunjangan profesi guru (TPG) tak terserap hingga akhir tahun ini.

Kabid Tenaga Kependidikan Dindik Pacitan Anna Sri Mulyati mengatakan, saat ini saldo TPG di kas daerah sebesar Rp 59,25 miliar. Rencananya anggaran tersebut bakal digunakan untuk pembayaran TPG untuk triwulan ke empat yang rencananya akan dicarikan akhir Desember 2016 kepada 3.623 guru. ‘’Rencana realisasi TPG untuk triwulan ke empat sebesar Rp 40,2 miliar,’’ ujarnya, baru-baru ini.

Meskipun ada belasan miliaran rupiah anggaran tunjang guru yang terserap pada tahun ini, namun Anna mengungkapkan nilai SILPA itu jauh lebih kecil dibandingkan semester pertama lalu. Menurutnya, pada Juli lalu silpa TPG mencapai Rp 99,45 miliar. ‘’Meskipun masih ada sisa anggaran, tapi nilainya sudah sudah berkurang,’’ katanya.

Anna menjelaskan, berkurangnya serapan TPG secara drastis itu bukan karena pengangkatan sertifikasi guru secara masal. Melainkan proses transfer dana dari pusat ke daerah sengaja dikurangi setelah dindik melakukan permohonan secara langsung. Sehingga, dana transfer dari pusat untuk kepentingan pembayaran TPG tidak penuh seperti lalu. ‘’Jadi dananya ditransfer sesuai kebutuhan,’’ ungkapnya.

Kondisi seperti itu akan diterapkan kembali pada tahun depan. Pihaknya bakal mengajukan penambahan dana transfer untuk keperluan TPG sesuai dengan jumlah guru sertifikasi. ‘’Jadi pada tahun ini saja. Untuk tahun depan diharapkan kembali ada penambahan untuk dana transfer TPG dari pemerintah pusat,’’ jelasnya.




Sementara itu, anggota komisi III DPRD Pacitan Bambang Setyabudi menegaskan, besarnya silpa dari TPG ini menunjukkan bahwa dindik lemah dari sisi perencanaan dalam memprediksi kebutuhan tunjangan sertifikasi guru. ‘’Kami sudah berulang kali mengingatkan eksekutif terkait tingginya alokasi belanja pegawai saat pembahasan anggaran. Tapi tetap saja silpa dari belanja pegawai tetap paling tinggi setiap,’’ ujarnya.

Menurut Bambang, kondisi itu tidak perlu terjadi jika dindik cermat melakukan perhitungan anggaran. Sehingga, alokasi anggaran yang ada bisa digunakan untuk kebutuhan lain. Misalnya, untuk peningkatan kualitas atau kompetensi guru. ‘’Tahun depan mesti harus lebih cermat dalam menghitung kebutuhan dana untuk TPG,’’ tegasnya. (her/yup/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun