Alun-alun Pacitan dari Masa ke Masa: Dari Zaman Penjajahan Hingga Kekinian

oleh -191 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN – Setiap pusat kota di pulau Jawa khususnya, akan kita jumpai satu tempat publik yang cukup luas di tengah kota. Ya, adalah alun-alun, atau menurut ejaan dulu ditulis dengan aloen-aloen atau aloon-aloon.

Jika kita amati lebih dalam, pengaturan pusat kota Jawa pada umumnya mempunyai bentuk dasar yang hampir sama, yaitu selalu dibentuk dengan adanya alun-alun dengan dikelilingi pusat pemerintahan dan masjid besar, demikian halnya dengan Pacitan, yang juga memiliki alun-alun besar di pusat kota, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Pacitan.

Baca juga: Alun – Alun, Tempat Nongkrong Asyik Warga Pacitan

Alun-alun Pacitan, seperti halnya alun-alun pada masa kerajaan, dikelilingi oleh masjid besar, kemudian ada Pendopo Kabupaten dan juga pasar (pasar sawo yang kini dialihfungsikan menjadi bangunan dan ruko).

Bahkan, fungsi alun-alun Pacitan kini juga sangat mirip dengan fungsi alun-alun pada masa kerajaan. Jika masa kerajaan dulu, alun-alun merupakan tempat berlatih perang (gladi yudha) bagi prajurit kerajaan, tempat penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah (sabda) raja kepada kawula (rakyat), pusat perdagangan rakyat, juga hiburan. Maka dalam konteks saat ini, alun-alun, terutama di Pacitan hampir sama fungsinya, untuk kegiatan kemasyarakatan.




Alun-alun Pacitan sendiri terbagi menjadi dua sisi, yakni sisi barat dan sisi timur. Alun-alun di sisi barat digunakan untuk olahraga, seperti sepakbola, voli, basket, kemudian kegiatan kebudayaan seperti peringatan hari jadi Pacitan, hingga upacara kemerdekaan.

Sementara di sisi timur, alun-alun Pacitan digunakan sebagai taman hiburan, ada taman membentang di sisi ini, termasuk komplek pedagang kaki lima yang berderet rapi di sepanjang alun-alun sisi timur. Lalu seperti apa sebenarnya perkembangan alun-alun Pacitan dari masa ke masa? Berikut ulasannya.

1. Alun-alun Pacitan Masa Pendudukan Belanda

Suasana alun-alun Pacitan masa penjajahan. (Foto: kitlv.nl)
Suasana alun-alun Pacitan masa penjajahan. (Foto: kitlv.nl)

Sebuah foto grayscale yang diunggah di laman KITLV, media informasi sejarah milik Universitas Leiden, Belanda menerangkan dengan jelas kondisi alun-alun Pacitan saat pendudukan Belanda kala itu. Foto yang diambil sekitar tahun 1915-1930  tersebut adalah saat Pacitan dipimpin oleh Bupati Raden Adipati Tjokronegoro II (1906-1933).

Pada masa itu, seperti yang tergambar dalam foto, kondisi alun-alun Pacitan terlihat sunyi, dan pepohonan besar pun menghiasi alun-alun Pacitan yang kala itu belum terbagi menjadi dua sisi. Sementara ditengah alun-alun, pohon besar menjadi penanda alun-alun tersebut.

2. Alun-alun Pacitan Tahun 70-an

Ada jalan di alun-alun Pacitan. (Sumber Foto: pacitantempodoeloe.blogspot.co.id)
Ada jalan di alun-alun Pacitan. (Sumber Foto: pacitantempodoeloe.blogspot.co.id)

Setelah masa pendudukan Belanda, Indonesia mulai merdeka dan terus membangun berbagai sektor, seperti infrastuktur, ekonomi dan pemerintahan. Di Pacitan, pembangunan infrastuktur juga terus dijalankan pemeirintah daerah tingkat II. Pada tahun 1970-an, alun-alun Pacitan juga terus mengalami perbaikan dan pembangunan oleh pemerintah setempat. Pada tahun 1970-an, Pacitan dipimpin oleh Bupati yang masih dari kalangan militer, yakni Raden Mochamad Koesnan.

Baca juga: Menikmati Nuansa Klasik Suasana Pusat Kota Pacitan Tempo Dulu Tahun 70-an

Berdasarkan foto yang diperoleh Pacitanku.com dari laman Pacitan Tempo Dulu, pembangunan alun – alun kala itu juga mengalami perkembangan pesat. Perkembangan tersebut adalah adanya tugu nol kilometer Pacitan. Kemudian ada jalan yang membelah di tengah alun-alun tersebut, yang membagi alun-alun Pacitan menjadi dua sisi, yakni sisi barat dan sisi timur. Di sepanjang jalan yang membelah alun-alun ini, lampu hias sudah terpasang untuk menerangi jalan.

alun-alun Pacitan
(Sumber Foto: pacitantempodoeloe.blogspot.co.id)

Pada masa tahun ini, beberapa sudut alun-alun yang tergambar juga menyajikan perkembangan transportasi di Pacitan, dimana kala itu ada becak dan dokar yang berjejer di kompleks alun-alun Pacitan. Selain itu pada masa ini, juga sudah ada drainase alun- alun Pacitan. Satu-satunya pemandangan yang mirip alun-alun masa tahun 1970-an dan sebelumnya di Pacitan adalah masih banyaknya pohon rindang yang mengelilingi alun-alun Pacitan.

3. Alun – alun Pacitan Tahun 80-an

PERSPA Pacitan Binaan Imam Hanafi
PERSPA Pacitan Binaan Imam Hanafi akan bertanding di alun-alun Pacitan

Dampak yang cukup terasa di masa ini adalah nuansa olahraga yang ada di Pacitan, terutama sepakbola. Karena saat itu alun-alun Pacitan digunakan sebagai tempat bertandingnya tim sepakbola kebanggan Pacitan, PERSPA. Adalah sosok Kolonel Imam Hanafie, sang bupati Pacitan dan disebut sebagai perintis klub sepakbola di Pacitan yang cukup pupoler saat itu.

Baca juga: Mengenal Bupati Pacitan (3) : Imam Hanafi, Pelopor Sepakbola Pacitan

Kecintaan Imam Hanafie pada sepakbola membuat kompetisi lokal di Pacitan menjadi hidup. Dampaknya, alun-alun Pacitan menjadi sangat hidup, karena setiap hari kamis sampai Ahad selalu ada pertandingan bola di alun – alun Pacitan.

Seringkali di alun – alun Pacitan digelar pertandingan persahabatan. Dengan harga tiket karcis Rp 100 kala itu, penonton dapat menyaksikan pemain bola lokal yang hebat. Lebih enak lagi karena penonton mendapatkan kesempatan untuk memenangkan undian kambing melalui undian tiket masuk.

4. Alun – alun Pacitan Tahun 90-an

alun-alun PacitanPada masa ini, Pacitan dipimpin bupati masih dari kalangan militer, yakni H. Soedjito pada tahun 1990 dan Sutjipto HS pada tahun 1995-2000. Pada masa ini, dua bupati tersebut sudah mulai membidik wisata sebagai salah satu andalan pembangunan, yakni dibukanya Goa Gong dan juga program pemberdayaan ekonomi melalui Gerbang Intan.

Sebagai dampaknya, alun-alun Pacitan menjadi salah satu tempat publik yang dibuka seluas-luasnya untuk kepentingan piknik sekaligus perekonomian warga. Di masa ini, alun-alun Pacitan sudah dibagi menjadi dua sisi, yakni alun-alun Pacitan bagian timur. Bahkan jalan yang membelah alun-alun yang dibuat tahun 1970-an juga sudah dihilangkan.

Sementara, banyak pedagang kaki lima (PKL) yang mulai menempati kawasan alun-alun Pacitan, terutama di sisi timur atau bagian taman. Nah, di sisi timur alun-alun Pacitan ini kita, terutama generasi yang lahir tahun 80-an mungkin kenal dengan istilah Pacitan berhias, yang merupakan akronim dari Pacitan bersih, hijau dan asri. Ini adalah sebuah alat kampanye untuk menjadikan Pacitan menjadi daerah yang bersih, hijau dan asri. Bahkan tulisan Pacitan berhias masih bisa disaksikan di taman alun-alun Pacitan yang dibuat menggunakan tanaman yang dibentuk sedemikian rupa.

5. Alun – alun Pacitan tahun 2000

alun-alun6Pada masa ini, tampuk kepemimpinan Pacitan dipegang oleh kalangan sipil, yakni Soetrisno pada tahun 2000 hingga 2005. Kemudian dilanjutkan oleh Sujono pada tahun 2005 hingga 2010. Pada masa ini, perkembangan pembangunan di Pacitan juga melanjutkan Gerbang Intan, terutama masa kepemimpinan Sujono.




Keran investasi dari luar ke Pacitan juga mulai dibuka pada masa kepemimpinan Sujono di Pacitan. Tak banyak berubah jika dilihat dari kondisi alun-alun Pacitan. Hanya saja, dii masa tahun ini, kondisi alun-alun semakin ramai dan jadi tempat warga Pacitan menghabiskan waktu santai dan olahraga.

Kompleks alun-alun timur juga masih digunakan para PKL untuk berdagang dan mengais rezeki. Keramaian kawasan alun-alun Pacitan biasanya memuncak saat ada pesta hari besar, seperti hari jadi Pacitan dan sejenisnya. Bahkan para PKL alun-alun Pacitan membuka lapak dagangannya hingga 24 jam non stop untuk melayani warga Pacitan.

6. Alun- alun Pacitan tahun 2010 hingga kini

alun-alunSemakin modern, penataan alun-alun Pacitan juga semakin berkembang. Demikian juga halnya dengan alun-alun Pacitan. Di masa kepemimpinan Indartato, mulai 2011 hingga kini, ada beberapa perubahan yang cukup mencolok. Misalnya kawasan PKL ditata dengan rapi berkat bantuan Corporate Social Responsibility salah satu Bank di Jawa Timur. Kemudian trotoar alun-alun Pacitan pun semakin dipercantik dengan pot bunga serta lantai marmer yang halus.

Dari sisi fasilitas alun-alun, semakin banyak terdapat didalamnya, seperti toilet umum, tempat sampah di banyak titik, hingga taman yang dipugar yang cukup modern. Selanjutnya, peruahan lainnya adalah tak adanya lagi tugu nol kilometer di alun-alun Pacitan. Titik ini diganti dengan tugu pancasila. Dan yang kekinian adalah dibangunya tulisan besar Taman Alun-alun Pacitan, yang menjadi sarana obyek fotografi anak-anak muda Pacitan.

Demikianlah, perkembangan alun-alun Pacitan dari masa ke masa, dan meski alun-alun berubah menyesuaikan zaman dan kepemimpinan, namun yang tak berubah hanya satu, yakni semangat mencintai Pacitan. Hal itu terbukti dengan semakin ramainya alun-alun Pacitan, terutama saat sore dan malam hari.