Masyarakat Posdaya Pacitan Semakin Super Modern

oleh -1 Dilihat

Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono*

SEJAK lima tahun lalu Bupati Pacitan, Drs. H. Indartato, MM diangkat pertama kali sebagai Bupati secara langsung membentuk sekitar 2.050 Posdaya di seluruh desa di Pacitan. Ribuan Posdaya itu berkat pembinaan suatu Tim yang dibentuk oleh Pemda Pacitan dan kerjasama dengan Perguruan Tinggi se tempat, berkembang dan diikuti pengisian berbagai kegiatan oleh masyarakat luas.

posdayaKabupaten Pacitan yang biarpun merupakan kabupaten kecil yang jarang keluar menonjol tetapi telah menghasilkan anak-anak bangsa yang kariernya dalam lingkungan pemerintahan tidak memalukan. Pacitan telah “menghibahkan” anak-anak desa yang pernah menduduki pengabdian dalam lingkungan DPR RI, beberapa Direktur dan Dirjen di kalangan Departemen atau Kementerian, anggota dan Wakil Ketua DPD RI, beberapa Menteri, Menko sampai dua kali masa jabatan serta bahkan terakhir sebagai Presiden RI selama dua kali masa jabatan.  

Pada pertengahan bulan lalu, atas prakarsa dari relawan Posdaya yang dipimpin oleh Ibu Dian Budi Anggraeni, banyak Posdaya yang diarahkan oleh Bupati Indartato untuk mulai menanam pisang Cavendish yang bibitnya memperoleh bantuan dari Yayasan Damandiri semasa yayasan itu dipimpin oleh Prof. Dr. Haryono Suyono, telah mengalami panen yang menggembirakan.

Keluarga prasejahtera mulai merasakan bahwa kerajinan mereka memelihara pisang ternyata dalam waktu sekitar delapan bulan telah menghasilkan buah yang harganya cukup tinggi dan memadai guna menolong keluarga yang bersangkutan. Apalagi bibit itu menghasilkan anak-anak pisang yang melestarikan pisang yang berbuah itu dengan pisang baru yang dalam waktu singkat akan segera menghasilkan tandan pisang yang siap panen. Bibit baru itupun dapat dibagi kepada keluarga lain yang membutuhkan.

Dari pusat Seameo Biotrop di Bogor, Bupati telah pula mendapatkan bantuan berupa bibit-bibit pohon seperti durian dan tanaman buah lain yang tidak sedikit jumlahnya yang di kemudian hari akan membuat Pacitan sebagai sumber buah-buahan yang menarik.

Dari Lembang telah pula didatangkan pelatih cangkokan yang dengan gesit melatih para pengasuh Posdaya di Pacitan untuk “mengawinkan” pohon dengan akar lemah dengan pohon lain yang menghasilkan buah yang manis dan enak dimakan sehingga kalau dipelihara dengan baik bakal menghasilkan buah yang laku jual dan menguntungkan. Kesemuanya itu menambah kekayaan hayati yang dimiliki oleh tanah tandus seperti di Kabupaten Pacitan.

Karena kemajuan Posdaya itu pula kegiatan pemeliharaan kesehatan bertambah maju. Ribuan Jamban Keluarga telah dibangun di banyak desa dengan sumbangan gotong royong dari kalangan sipil dan militer. Para anggota TNI yang ada di Pacitan telah ikut kerja bakti membantu rakyat menambah jumlah jamban di lingkungan pedesaan sehingga keluarga yang tidak memiliki jamban telah sangat berkurang dan kenikmatan untuk membuang kotoran di lingkungan rumah sendiri menambah keyamanan hidup keluarga miskin di Pacitan.

Keluarga petani di Pacitan sebagian juga berubah menjadi keluarga petani yang menanam sayur mayur yang dapat dijual di pasar karena memiliki nilai kualitas hidroponik yang unik dan memiliki cita rasa tersendiri. Kegiatan berkebun itu akhir-akhir ini dilengkapi dengan pengembangan Kampung Kambing yang makin prospektif. Tidak kurang dari sekitar limapuluh induk dan bakalan kambing telah dibeli dari Jombang untuk diternakkan di Pacitan.

Kambing ini, tidak seperti kambing biasa, telah mengalami modifikasi dalam hal jenis makanan yang mereka makan setiap hari, yaitu bukan saja rumput hijau tetapi kombinasi dari bonggol jagung, kulit kacang dan segala ramuan lain yang diolah secara khusus untuk menghasilkan makanan dengan gizi yang sangat tinggi dan merangsang peningkatan bobot kambing yang memadai setiap harinya.

Karena kegiatan yang makin padat tersebut ternyata selama bulan Ramadhan yang lalu Ibu Dian yang memprakarsai kegiatan Bazar Sembako dengan dukungan Yayasan Racana di Jakarta telah berhasil membantu rakyat desa dengan supply sembako berkualitas dengan harga memadai. Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan pembentukan ‘warung sembako di Posdaya’ yang intinya mempermudah keluarga Posdaya mendapatkan jatah supply sembako dengan kualitas tinggi dan harga yang memadai.

Beberapa Posdaya telah bergerak dengan gotong royong mengubah tatanan budaya masyarakatnya disesuaikan dengan kekayaan alam dan budaya daerahnya. Dalam hal kekayaan alam Posdaya di Ngiroboyo telah menyulap pantainya menjadi pantai wisata yang menarik.

Di pantai lain telah dikembangkan kerumbu karang buatan yang mulai tumbuh dan penghiasi pemandangan dalam laut yang makin menarik. Bahkan tempat parkir yang tadinya liar telah mulai dikelola dengan baik sehingga bisa menghasilkan pendapatan lokal yang bisa dimanfaatkan guna keperluan pemberdayaan keluarga miskin di desa yang bersangkutan. 

Pacitan dan pantainya telah berubah menjadi tempat wisata yang menarik. Dalam waktu singkat tidak mustahil Pacitan bisa menjadi tujuan wisata yang mendatangkan pengunjung dari berbagai bagian dunia yang ingin mendapatkan nilai keindahan yang tidak kalah dibanding dengan pulau Bali yang sudah sangat padat itu. Bahkan tidak mustahil pula Pacitan bisa menjadi tempat wisata untuk selancar atau olah raga di lautan yang menarik.

Dalam konteks tinggal lebih lama, Pacitan bisa dengan sederhana disulap menjadi tempat tinggal para lansia dari berbagai penjuru tanah air untuk menikmati hari tua yang penuh damai, murah dan nikmat, atau bahkan menampung tamu dan lansia dari luar negeri yang menetap sambil menunggu ajalnya di Pacitan yang indah dan damai.

Berbagai kegiatan itu merangsang silaturahmi antar pejabat daerah termasuk camat, lurah dan kepala desa serta Pimpinan dan anggota Posdaya yang makin akrab dan bisa menimbulkan saling tukar menukar kelebihan masing-masing antar kecamatan dan antar desa lainnya.

Terakhir mereka bergabung dalam jaringan WhatsApp yang akrab antar sesama Camat, Kepala Desa dan sesama pengasuh Posdaya. WhatsApp ini berhasil menyatukan berbagai kepentingan kemasyarakatan dan berbagi sesama pejabat atau antar sesama warga biasa. Tidak jarang kegiatan WhatsApp ini menjadi petunjuk jalan silaturahmi bagi keluarga jauh yang mendadak bertemu dengan sesama keluarga yang terpisah sebelumnya.

Masyarakat Pacitan secara otomatis menjadi bagian dari masyarakat Super Modern dimana kearifan lokal tetap terpelihara dengan baik tetapi tanda-tanda modernisasi dan Super Modernisasi mulai masuk dalam budaya antar anak bangsanya menyatukan kekeluargaan dalam silaturahmi yang akrab dan menguntungkan semua kalangan.

(* Sosiolog Pengamat Sosial).