3 Jenis Pariwisata Jadi Andalan Dulang PAD di Pacitan

oleh -0 Dilihat
SBY saat menggelar peresmian Monumen Jenderal Soedirman beberapa waktu lalu
SBY saat menggelar peresmian Monumen Jenderal Soedirman beberapa waktu lalu
SBY saat menggelar peresmian Monumen Jenderal Soedirman beberapa waktu lalu
SBY saat menggelar peresmian Monumen Jenderal Soedirman beberapa waktu lalu

Pacitanku.com, PACITAN – Pemerintah Kabupaten Pacitan terus berupaya mengembangkan sektor pariwisata.

Strategi Pengembangan Kekayaan potensi wisata Pacitan secara umum boleh dibilang beragam. Selain kekayaan alam dengan puluhan destinasi wisata pesisir yang mempesona, goa-goa karst berusia tua dan sejumlah wahana alam pegunungan yang indah, daerah yang berada di pojok selatan bagian barat Jatim ini memiliki ragam jenis wisata yang menjadi daya tarik pengunjung.

Ada tiga jenis pariwisata yang menjadi andalan Pacitan, yakni ‘geo-diversity‘ (ragam wisata taman bumi), ‘bio-diversity‘ (ragam wisata alam), ‘culture-diversity‘ (ragam budaya dan sejarah).

Ragam rupa bumi atau geo-diversity Kabupaten Pacitan menjadi perhatian dunia sejak struktur batuan karst di daerah ini ditetapkan sebagai jaringan taman dunia (global geopark network/GGN) bersama struktur batuan karst di Wonogiri, Jawa Tengah dan Gunung Kidul, Yogyakarta yang diberi nama Gunungsewu Global Geopark Network.

Sementara ragam wisata budaya dan sejarah di Pacitan tak bisa lepas dari keberadaan dapur pra-sejarah yang ada di daerah Ngrijangan dan beberapa daerah lain sekitarnya. “Banyak artefak maupun fosil prasejarah yang ditemukan di wilayah (Kecamatan) Punung dan Donorojo berusia tua dan menjadi barometer penelitian ilmuwan dunia,” kata Kepala Disbudparpora Pacitan, Wasi Prayitno, beberapa waktu lalu.

Selain itu, lanjut Wasi, keberadaan museum Panglima Jendral Sudirman di daerah Nawangan menjadi ikon wisata sejarah yang diminati kalangan pendidikan Tanah Air. Namun diakui Wasi, segmen wisata pendidikan tidak cukup menonjol dalam mendongkrak pertumbuhan pariwisata di daerahnya.

Menurut dia, tingginya angka kunjungan yang berdampak lonjakan PAD didominasi oleh pariwisata alam, terutama wisata pesisir seperti Pantai Klayar, Srau, Watukarung, Teleng Ria dan sejumlah wisata pantai lain.
“Panjang pesisir pantai Pacitan ada sekitar 71 kilometer, dengan 51 titik kawasan pantai dan enam di antaranya telah dikelola oleh daerah,” paparnya.

Wasi menjelaskan, pertumbuhan pariwisata mulai terlihat sejak 2014 setelah JLS setempat resmi dibuka pada 2013 dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan ke Pantai Klayar.

Sejak itu, kata dia, PAD sektor pariwisata Pacitan yang semula mencapai sekitar Rp1,2 miliar naik 200 persen dan terakhir melonjak lagi hingga 300 persen. Namun, bukan berarti mimpi Pacitan untuk menjadi “The New Paradise of Java” (surga wisata baru di Pulau Jawa) tanpa kendala.

Ada beberapa faktor yang disebut Wasi menjadi hambatan dalam pengembangan pariwisata setempat, terutama menyangkut akses yang cukup jauh dari beberapa kota metropolitan seperti Surabaya dan Malang. Empat poin yang disebut Wasi sebagai kelemahan Pacitan dibanding Banyuwangi, Malang ataupun Yogyakarta antara lain menyangkut ketiadaan sarana transportasi seperti bandar udara, pelabuhan dan kereta api.

Satu-satunya keuntungan yang dimiliki Pacitan adalah lokasinya yang cukup dekat dengan Solo dan Yogyakarta dengan jarak tempuh darat rata-rata 1-2,5 jam. “Beda dengan Surabaya yang harus ditempuh perjalanan antara 8-10 jam. Itu sebabnya kami lebih banyak berharap kunjungan dari daerah barat ketimbang timur,” ujarnya.

Kendati tantangan akses cukup pelik, Pacitan seakan tak lelah untuk terus menggeliat. Fakta lonjakan kunjungan wisatawan dalam beberapa tahun terakhir menjadi spirit daerah ini untuk membuat sejumlah terobosan guna menutup kelemahan soal akses, seperti pembangunan infrastruktur jalan menuju titik-titik destinasi wisata pesisir.

Upaya lain yang tengah dipersiapkan Pemkab Pacitan bekerja sama dengan Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada adalah menyusun rencana induk pengembangan parwisata daerah (RIPDA) Jawa Timur. “Tantangan pariwisata Pacitan ada dua, satu infrastruktur dan kedua adalah kesiapan masyarakat. Obatnya juga hanya dua, satu fokus dan kedua komitmen,” tukas Wasi. (RAPP002/ant)