275 Daerah Rawan Longsor di Indonesia Ditinggali 40,9 Juta Jiwa

oleh -1 Dilihat
Proses evakuasi bencana tanah longsor di Banjarnegara. (Foto: Pratama Widodo/Banjarnegara)
Proses evakuasi bencana tanah longsor di Banjarnegara. (Foto: Pratama Widodo/Banjarnegara)

Pacitanku.com, JAKARTA – Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada ada 275 daerah rawan longsor. Berdasarkan data BNPB, sebagian besar berada di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, daerah rawan longsor itu ditinggali oleh 40,9 juta jiwa. Karena itu setiap ada bencana longsor kerap jatuh korban jiwa.  “Warga mengabaikan, padahal mereka sudah tahu kalau kondisinya terancam. Menjadi semakin parah ketika hujan terjadi dengan intensitas tinggi,” kata Sutopo di Jakarta, Senin (20/6/2016).

Proses evakuasi bencana tanah longsor di Banjarnegara. (Foto: Pratama Widodo/Banjarnegara)
Proses evakuasi bencana tanah longsor di Banjarnegara. (Foto: Pratama Widodo/Banjarnegara)

Meski tahu daerah rawan longsor, warga tetap nekat membangun tempat tinggal di atasnya. Sutopo menyebut, selama ini implementasi tata ruang pemerintah daerah tidak diawasi ketat.




Pemerintah pusat menurutnya sudah menyebarkan ribuan peta rawan longsor ke pemerintah daerah setempat. Sistem peringatan dini juga sudah dibangun. Namun pemerintah daerah dinilainya lamban dan tidak membuat siaga bencana sebagai prioritas pembangunan. BNPB diakui Sutopo juga memiliki keterbatasan dari sisi anggaran. Anggaran Rp 1,2 triliun saat ini dinilai jauh dari nilai ideal.

Menurutnya, jumlah itu masih harus dipangkas lantaran adanya pemotongan anggaran sekitar Rp300 miliar sebagai penghematan. Anggaran di daerah pun juga tidak besar. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah rata-rata hanya mengalokasikan 0,02 persen untuk penanganan bencana.

Proses evakuasi bencana tanah longsor di Banjarnegara. (Foto: Pratama Widodo/Banjarnegara)
Proses evakuasi bencana tanah longsor di Banjarnegara. (Foto: Pratama Widodo/Banjarnegara)

Sutopo membandingkan dengan pemerintah Jepang yang menganggarkan enam persen dari APBN mereka untuk bencana. Warga Jepang pun menurutnya selalu mengikuti sosialisasi penanganan bencana sekali dalam setahun.

Sebagai informasi, Jepang juga meliburkan warganya untuk mengikuti sosialisasi tersebut. Dalam sosialisasi itu diajarkan apa saja yang harus dilakukan ketika bencana terjadi, usaha menyelamatkan diri, hingga persiapan logistik.

Di Indonesia, kata dia, pengetahuan soal kebencanaan warga baru meningkat setelah peristiwa tsunami di Aceh pada tahun 2004. Dia menilai saat itu tak banyak orang memahami tentang tsunami yang terjadi. “Komitmen bencana di Indonesia ini memang lemah. Masyarakat juga minim pengetahuannya, misalnya sudah tahu rawan longsor tapi tetap tinggal di situ,” tandasnya.

Proses evakuasi bencana tanah longsor di Banjarnegara. (Foto: Pratama Widodo/Banjarnegara)
Proses evakuasi bencana tanah longsor di Banjarnegara. (Foto: Pratama Widodo/Banjarnegara)

Sebagai informasi, bencana longsor terbaru terjadi di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Banjir dan longsor menerjang 16 wilayah di Jateng karena hujan lebat yang turun sejak Sabtu pekan lalu. Total korban tewas akibat banjir dan longsor di Jateng sebanyak 43 orang. Kebanyakan tewas akibat longsor di Purworejo. Sementara 19 orang dinyatakan masih hilang dan lainnya luka dengan kategori berat dan ringan. (dppp001)