Bupati Gelar Megengan Bareng Warga dan PKL di Ngadirojo

oleh -0 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN – Bupati Pacitan Drs H Indartato, MM bersama dengan jajaran pejabat di lingkungan pemerintah kabupaten (Pemkab) Pacitan menggelar tradisi mengengan dalam rangka menyambut Ramadhan 1437 H yang digelar pada Kamis (2/6/2016) di halaman pendopo eks pembantu Bupati Lorok di Desa Ngadirojo Kecamatan Ngadirojo.

Sebelum digelar di Ngadirojo, megengan akbar juga sudah pernah digelar di Punung, Pacitan, dan Tegalombo pada tahun lalu.

Dalam agenda tersebut, ribuan masyarakat memadati kompleks kawedanan yang membawahi tiga wilayah kecamatan, yakni, Tulakan Ngadirojo dan Sudimoro.  Disepanjang pinggir halaman pendopo, puluhan pedagang kaki lima siap dengan berbagai menu tradisional. Masyarakat yang terus berdatangan berbalut busana gamis lengkap dengan perlengkapan sholat.

Dalam sambutannya dihadapan ribuan warga tersebut, Bupati berpesan bahwa makna megengan adalah menahan segala hawa nafsu yang tidak baik, sehingga saat berpuasa, bisa lulus ujian dan menuju kemenangan di hari yang fitri.

“Ini sudah ke lima kali nya kita laksanakan setiap tahun di masing masing eks pembantu Bupati,” ujarnya, sebagaimana dilansir laman Pemkab Pacitan.


Menurut  Bupati, megengan menurut Bupati Indartato berarti menahan. Bukan hanya menahan lapar dan haus di bulan Ramadhan, namun juga menahan segala hawa nafsu.

“Artinya, mempersiapkan diri menghadapi bulan yang penuh berkah tersebut, megengan ini digelar sebagai ungkapan syukur menyambut datangnya bulan Ramadhan, dan sesuai namanya, megengan memiliki makna menahan, menahan segala hawa nafsu,” jelasnya.

Dalam agenda megengan akbar tersebut, 35 pedagang kaki lima dihadirkan dilapangan kecamatan dan menyuguhkan berbagai macam menu.

Sebagaimana diketahui, sebelum memasuki bulan Ramadhan, Megengan digelar sebagai sarana untuk saling memaafkan menjelang bulan Ramadhan, diimplementasikan oleh sebagian masyarakat Jawa dengan berbagi makanan, sebagai simbol agar dalam menjalani bulan suci tidak ada beban dosa antar sesama manusia.

Dalam beberapa referensi disebutkan, “Megengan” adalah sebuah bentuk akulturasi budaya antara Islam dan Jawa yang berkembang pesat di tanah Jawa. Simbol hubungan sosial antar tetangga dan sesama umat Islam pada umumnya yang sudah dilakukan turun temurun.

Tradisi megengan ini sendiri rutin digelar sebagian besar warga Pacitan, dengan makna megengan sendiri adalah berarti menahan. Ini merupakan suatu peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan, bulan dimana umat Islam diwajibkan berpuasa, yaitu menahan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut.

Biasanya, sebelum agenda utama yakni megengan, para wraga melakukan ziarah kubur, membersihkannya setelah sebelumnya dari pihak kampung, biasanya dusun atau RT di Pacitan menggelar kerja bakti membersihkan makam.

Selain ziarah, megengan juga diwarnai dengan acara syukuran dengan membagi-bagi makanan, terutama kue apem, yang sebenarnya adalah ungkapan dari rasa permintaan maaf secara tidak langsung kepada para tetangga. Apem sendiri berasal dari kata afwan, yang artinya meminta maaf.

Turut hadir dalam megengan bersama warga di Ngadirojo ini Wakil Bupati Yudi Sumbogo, Sekda Suko Wiyono dan segenap jajaran Muspida dan Muspika Ngadirojo. (RAPP002)