Banjir Bandang Karangrejo Tanggungjawab Rekanan Proyek Waduk

oleh -1 Dilihat
Banjir bandang dan bebatuan di Pacitan. (Foto: Anaz Mst/Pegion Potography)
Banjir bandang dan bebatuan di Pacitan. (Foto: Anaz Mst/Pegion Potography)

Pacitanku.com, ARJOSARI – Banjir bandang yang terjadi di kawasan Desa Karangrejo, Kecamatan Arjosari yang membawa serta bongkahan bebatuan menjadi tanggungjawab rekanan proyek waduk Thukul.

Kabid Bina Marga Dinas Bina Marga dan Pengairan Pacitan Suparlan, dalam keterangannya kepada wartawan baru-baru ini mengatakan bahwa pihaknya tidak bertanggungjawab atas kondisi jembatan yang diterjang banjir tersebut. Karena jembatan tersebut berada di kawasan proyek Waduk Thukul. ‘’Itu wewenang dari PT Brantas Abipraya (pelaksana proyek, Red)  karena memang kontraknya lama,’’ katanya.

Lebih lanjut, Parlan menyampaikan bahwa lantaran masuk kawasan proyek maka segala tanggung jawab di sekitar lokasi pekerjaan waduk merupakan tanggung jawab pihak rekanan proyek.  Termasuk perbaikan jalan dan jembatan. ‘’Kami hanya bertanggung jawab apabila ada kerusakan jalan dan jembatan mulai dari Pemandian Banyuanget hingga ke Arjosari saja,’’ ujarnya.

Banjir bandang yang berasal dari Gunung Tumo dan mengaliri pada anak sungai Grindulu itu erlihat cukup mengerikan. Apalagi pada saat kejadian, suara gemuruh terdengar cukup keras.

Tiap tahun, banjir bebatuan yang terjadi di anak sungai Grindulu Desa Karangrejo ini sebenarnya terjadi setiap tahun, namun dengan volume yang lebih kecil. Sedangkan banjir dengan skala besar pernah terjadi sekitar sepuluh tahun silam.


Sementara, jembatan penghubung di lokasi kejadian yang panjangnya sekitar 15 meter dengan lebar 1,7 meter tersebut mengalami kerusakan pada bagian oprit.  Namun, kerusakan belum masuk kategori parah.

Hanya saja, bebatuan yang terbawa banjir sudah menyumbat di bagian kolong jembatan. Kondisi itu membuat arus sungai tidak beraturan. Jika debit air naik, tidak menutup kemungkinan bakal menerjang badan jembatan dan mengancam keselamatan warga yang melintas di jembatan.

Jadi mata pencaharian baru

Meski banjir batu ini adalah bencana alam, namun material batu tersebut menjadi lahan mata pencaharian baru warga setempat. Warga mengakui bahwa kualitas batu lebih bagus dan tingkat kekerasannya lebih tinggi dibandingkan batuan sungai.

Banyak warga  yang menjadi pencacah batu dadakan. Batu-batu tersebut kemudian dijual kepada kontraktor pelaksana pembangunan Waduk Tukul yang lokasinya tidak jauh dari tempat itu. ‘’Lumayan hasilnya, per dump truk dihargai Rp 200 ribu,’’ kata Bonangim  warga Desa Karanggede, kemarin (30/3).

Warga setempat selama ini warga mengandalkan perekonomiannya dengan menambang batu secara manual. Untuk memenuhi satu dump truk (sekitar 4 kubik lebih) saja‎, butuh waktu berhari-hari. Namun dengan banjir bandang itu, tanpa harus menambang, batu sudah datang dengan penghasilan sehari bisa mencapai lima kubik. (her/yup/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun

Foto: Banjir bandang dan bebatuan di Pacitan. (Foto: Anaz Mst/Pegion Potography)