Mengenal Kahyangan, Obyek Wisata Alam Mistis yang Jadi TKP Hilangnya 2 Warga Pacitan

oleh -57 Dilihat

Pacitanku.com, WONOGIRI – Dua warga Punung, Pacitan yang hilang secara misterius di obyek wisata Kahyangan, Desa Klepih, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri masih juga belum ditemukan hingga Kamis (24/3/2016) dini hari WIB.

Dua warga tersebut masing-masing adalah Hadi Sarijo (65) warga Kebon RT/RW II/1, Kecamatan Punung dan Didik Muldiyanto (40), PNS di Dinas Pasar Donorojo asal Kebon RT/RW II/1, Kecamatan Punung. Dugaan sementara, dua korban tersebut diduga hanyut di tengah derasnya sungai Khayangan Tirtomoyo.

Ada kemungkinan keduanya tersesat atau bahkan terseret arus saat berendam di dalam sungai kawasan hulu Bengawan Solo tersebut.

khayangan
Salah satu spot di Kahyangan. (Foto: Suaramerdeka)

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, mengatakan bahwa hingga saat ini masih ada empat kemungkinan terkait kedua orang itu.

Kemungkinannya adalah korban tersesat karena lokasi ritual itu berada di kawasan hutan, terseret arus aliran sungai yang sangat deras, terperosok jurang di semak-semak sekitar lokasi ritual, atau keduanya telah meninggalkan lokasi untuk kembali ke rumah.


“Kemungkinan keempat ini agak lemah. Karena kalau kembali untuk pulang ke rumah, mestinya keduanya terlebih dulu mengambil sepeda motor yang mereka titipkan di penitipan kendaraan. Sampai saat ini kendaraan motor itu masih di penitipan,” tandasnya.

Sementaram menurut keterangan salah satu warga setempat, Hartono yang juga penjual souvenir, sebelum hilang di Khayangan, salah satu korban, yakni Hardi Sarijo tersebut memang rutin melaksanakan ritual di Khayangan setiap Selasa Kliwon atau Legi.

Namun, meskipun ada dugaan tenggelam di sungai, kepastian tersebut belum didapat mengingat tidak ada pakaian yang tertinggal di tepi sungai, karena biasanya orang ritual berendam lepas baju dan sandal.

Kahyangan tempat wisata alam mistis

Ritual sedekah bumi di Kahyangan. (Foto: Wonogiri.kab.go.id)
Salah satu petilasan di Kahyangan. (Foto: Wonogiri.kab.go.id)

Wisata alam Kahyangan sendiri selama ini memang dikenal sebagai tempat wisata alam yang mistis. Berjarak 47 kilometer dari pusat kota Wonogiri, bumi Kahyangan bisa ditempuh dengan waktu hampir 1,5 jam, warga sekitar lokasi menyebutnya sebagai Bumi Kahyangan.

Dilansir dari laman Pemkab Wonogiri, dari sekian banyak wisata alam di Wonogiri, Bumi Kahyangan menyimpan sejuta misteri. Sejak awal masuk lokasi, bau dupa menusuk hidung. Hal ini langsung membuat nuansa mistik yang begitu kental meyelimuti kawasan tersebut. Kahyangan sendiri memiliki enam tempat yang biasa dikenal sebagai Sela Gapit atau Sela Penangkep, Sela Payung, Sela Betek, Sela Gilang atau Sela Pesalatan, Sela Gawok dan Pemandian Kahyangan.

Nah, kawasan ini merupakan pertemuan dua arus sungai yang dikenal dengan nama Kedung. Konon katanya setiap bagian dari Kahyangan memiliki ceritanya masing-masing. Bahkan sering kali, tempat-tempat ini kerap dijadikan ritual ngalap berkah. Baik dari kalangan artis, pejabat, maupun orang biasa sering mandi dikedung ini.

Ritual rutin suro

Ritual sedekah bumi di Kahyangan. (Foto: Wonogiri.kab.go.id)
Ritual sedekah bumi di Kahyangan. (Foto: Wonogiri.kab.go.id)

Setiap menjelang malam pergantian tahun Islam atau 1 Muharam, tempat ini dipadati pengunjung yang berniat mengadakan ritual atau hanya sekedar piknik saja. Tak hanya warga masyarakat Wonogiri saja, namun juga dari luar, seperti DI Jogjakarta, Solo, Pacitan dan Karanganyar.

Pemerintah setempat pun sudah mengemas even 1 Muharam dengan Sedekah Bumi Kahyangan. Dari upacara ritual arak-arakan sesajen, hingga hiburan wayang kulit semalam suntuk.

Nah, dari sekian tempat yang ditawarkan Bumi Kahyangan ada satu tempat yang unik yakni Sela Payung. Sesuai dengan namanya, batu seperti Payung ini sering dijadikan tempat bertapa atau meditasi dan juga tempat ritual. Konon, tempat ini diyakini sebagai tempat bertapanya Panembahan Senopati.

Dua sungai di Kahyangan

Sungai di Bumi Kahyangan. (Foto: Pariwisata Wonogiri)Selain itu, bagian lain Kahyangan yang menarik adalah Kedung atau Pemandian Kahyangan. Persilangan dua sungai atau masyarakat menyebut ’tempuran’ ini diyakini sebagai pemandian Panembahan Senopati.

Sementara, di atas Kedung terdapat batu besar yang membentang ke arah kiblat yang dikenal dengan nama Sela Gilang atau pesalatan. Tempat ini dikenal sebagai tempat sembahyangnya Panembahan Senopati.

Diyakini masyarakat Jawa, tepat di atas Batu Gilang itu, Panembahan Senopati bertemu dengan penguasa Laut Selatan mengadakan perjanjian. Yakni untuk membangun Pulau Jawa untuk lebih tentram dan makmur.




Selama ini, setiap Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon setiap bulan Suro, masyarakat setempat menggelar upacara Sedekah Bumi, di lanjutkan pentas wayang kulit semalam suntuk. Acara sedekah bumi ini juga sebagai upaya promosi objek wisata Kahyangan yang terletak di Desa Dlepih ke luar daerah.

Konon di tempat inilah Danang Suto Wijoyo mendapatkan wahyu Raja kemudian bergelar Panembahan Senopati. Selain itu juga digunakan untuk mengadakan perjanjian dengan Kanjeng Ratu Kidul untuk bersama-sama membangun pemerintah di Jawa (Mataram). (RAPP002)