Diskoperindag: Perlu Ada Regenerasi Perajin Batik Pacitan

oleh -0 Dilihat
Ibas saat memilih batik Pace Pacitan. (Foto : Twitter @Edhie_Baskoro)
Ibas saat memilih batik Pace Pacitan. (Foto : Twitter @Edhie_Baskoro)

Pacitanku.com, PACITAN – Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Pacitan menyatakan perlu ada regenerasi para perajin batik khas Pacitan.

Kendala yang muncul saat ini adalah, generasi penerus perajin batik terbilang minim. Berdasarkan data Diskoperindag setempat, sekitar 366 orang yang bekerja di 12 kelompok pembatik yang ada di Pacitan mayoritas golongan tua. ‘’Rata-rata berusia di atas 35 tahun. Ada kekhawatiran jumlah makin menyusut dan tidak ada penggantinya,’’ ujar Nanang Endrajanto, Kabid Perindustrian Diskoperindag Pacitan, belum lama ini.

Nanang menyebut bahwa salah satu upaya yang dilakukan untuk regenerasi perajin batik di antaranya pembinaan secara berkala dan mengajarkan keterampilan batik di sekolah.

Dengan menggandeng Dinas Pendidikan, Nanang menyebut ada sejumlah sekolah yang sudah menggalakkan keterampilan batik melalui kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) atau muatan lokal. Antara lain, SMAN 1 Ngadirojo, SMKN 1 Pacitan, SMAN 2 Ngadirojo, SMPN 1 Ngadirojo.


‘’Ada dua kelompok yang sudah menggunakan tenaga pembantik pemula. Yakni, kelompok Batik Puri dan Tengah Sawah, Ngadirojo,’’ katanya.

Secara terpisah, pemilik usaha Batik Tengah Sawah Budi Raharjo mengatakan, keahlian para pembatik umumnya didapat secara turun-temurun. Membatik juga bukan aktivitas utama melainkan hanya sekadar pekerjaan sambilan. ‘’Memang keuntungan dari produksi batik ini tidak instan seperti batu akik. Karena itu, tidak banyak yang tertarik menjadi pembatik,’’ tuturnya.

Menurut dia, kondisi tersebut membuat produksi batik kurang maksimal. Apalagi jika keturunan para pembatik enggan meneruskan keahlian orang tuanya. Selain itu, merosotnya produksi batik tulis juga diperparah munculnya batik cetak dan sablon dari sejumlah daerah penghasil batik. ‘’Harga batik cetak maupun sablon jauh lebih murah dibanding batik tulis,’’ pungkasnya. (her/yup/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun