Peneliti Gelar Survei Pilkada di Pedesaan Pacitan, ini Hasilnya

oleh -4 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN – Peneliti dari Pusat Kajian Komunikasi (Puskakom) Kota Surabaya Universitas Airlangga menggelar survei terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di 19 daerah di Jawa Timur. Survei tersebut dilakukan di tiga daerah di Jawa Timur, yang digelar berdasarkan hasil kompilasi tiga wilayah yang mewakili metropolis yakni Surabaya, mewakili wilayah menengah yaitu Malang dan mewakili pedesaan adalah Pacitan, dengan masing-masing daerah sebanyak 1.200 responden.

Hasilnya, salah satu pengamat komunikasi politik Unair, Suko Widodo memprediksi Pilkada di Jatim berpotensi sepi pemilih. “Saya telah melakukan penelitian dari beberapa lembaga survei dan hasilnya Pilkada Serentak 2015 tidak terlampau menggerakkan warga hadir ke tempat pemungutan suara (TPS),” katanya kepada wartawan di Surabaya, Selasa kemarin.

Puskakom menyatakan bahwa 79 pesen warga menganggap Pilkada 9 Desember 2015 biasa saja. “Sedangkan yang antusias menyambutnya hanya 19 persen dan 2 persen sisanya bersikap skeptis yakni kurang percaya atau ragu-ragu,” ucap Ketua Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga tersebut.

Adapun, kata Suko, beragam alasan yang menganggap Pilkada serentak kali pertama di Tanah Air ini biasa-biasa, di antaranya karena hasil pemilihan tidak mengubah keadaan, kurang percaya pada politik dan sebagainya. “Ada yang secara nyata-nyata menyatakan skeptis karena mempertanyakan kualitas kandidat yang bertarung di Pilkada,” katanya.

Sementara, saat disinggung alasan warga yang kurang antusias, kata dia, hal ini karena warga tidak mendapat informasi yang memadai sehingga tidak jarang mereka tidak tahu siapa kandidatnya. “Sejumlah tumpukan kekecewaan dari waktu ke waktu terhadap perpolitikan kita juga menjadi pengaruh. Sebab saat ini rakyat butuh kehadiran politisi yang tidak hadir tatkala menjelang pemilihan belaka, dan setelah itu pergi begitu saja,” katanya.

Dengan kondisi demikian, kata Suko, membuat demokrasi di Tanah Air menjadi tidak berkualitas. Ia menyebut sebetulnya ada solusi untuk mengatasi keengganan orang mencoblos, yakni partai politik dan politisi perlu merombak sistem komunikasi politiknya.

Menurut Suko, di era digital yang mana abad komunikasi modern serba dalam jaringan (online) maka kecepatan arus komunikasi informasi harus diterapkan karena ke depan pemilih itu berasal dari kaum muda yang sudah berbudaya teknologi informasi modern. “Jika partai politik dan politisi masih mengandalkan sistem komunikasi yang bersifat tatap muka belaka, tentu sudah pasti akan ditinggalkan rakyat,” tutupnya.

Di Jatim terdapat 19 daerah yang menggelar Pilkada serentak, yaitu 16 pemilihan bupati, dan tiga sisanya memilih wali kota. Rinciannya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Jember, Kabupaten Malang, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Sumenep.

Kemudian, Kabupaten Kediri, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Tuban, Kabupaten Gresik, Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan, Kota Surabaya, Kota Pasuruan serta Kota Blitar. (RAPP002/Antara)