Hanya 44,98 % Penduduk di Desa ini yang Gunakan Hak Pilihnya

oleh -1 Dilihat

Pacitanku.com, TEGALOMBO – Meski Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pacitan menargetkan partisipasi pemilih dalam Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Pacitan 2015 sebanyak 75 persen, sepertinya hal itu masih sulit diwujudkan.

Pasalnya, di beberapa desa, terutama wilayah pegunungan hanya sedikit partisipasi pemilih yang menggunakan hak pilihnya.

Pantauan Pacitanku.com, Rabu (9/12/2015) di beberapa tempat pemungutan suara (TPS) di Desa Kasihan, Kecamatan Tegalombo, sepi pengunjung. Tercatat, dari total daftar pemilih tetap (DPT) Desa Kasihan sebanyak 6.408 warga, hanya 3.139 atau hanya 44,98 persen yang menggunakan hak pilihnya.

Menurut Ketua Panitia Pengawas Lapangan (PPL) Pilkada Pacitan Desa Kasihan, Rohcmad Yatim kepada Pacitanku.com, rendahnya tingkat partisipasi pemilih ini disebabkan karena beberapa hal, termasuk banyaknya penduduk yang bekerja di luar kota.“Banyak kemungkinan para penduduk yang tidak hadir yang bekerja diluar Pacitan, sementara yang lainnya saya tidak tahu alasannya,” kata pria yang juga Kepala SMP PGRI Tegalombo ini.



Sementara, di TPS 07 desa Kasihan, pasangan calon bupati dan wakil bupati Indartato-Yudi Sumbogo (Indigo) meraih kemenangan telak atas kompetitornya, Bambang Susanto-Sri Retno Dhewanti (Basudhewa). Di TPS 07, Indigo mendapatkan suara sebanyak 303 atau 80 persen, sementara Basudhewa mendapatan suara  37, dengan total 340 suara sah dan 2 suara tidak sah.

KPPS menyiapkan persiapan Pilkada di Desa Kasihan, Tegalombo, Pacitan.
KPPS menyiapkan persiapan Pilkada di Desa Kasihan, Tegalombo, Pacitan.

Di TPS 07 ini, dari DPT sebanyak 646, hanya 50 persen yang hadir, walau demikian pelaksanaan pemungutan suara di TPS ini berjalan dengan lancar.

“Walaupun kehadiran DPT dianggap kurang namun semua relatif lancar, semua berjalan lancar walaupun jiwa pemilih tetap hanya setengah dari DPT yang hadir,” kata Miswanto, Ketua Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) TPS 07 Desa Kasihan.

Warga setempat menggunkana hak pilihnya dan dilanjutkan penghitungan yang dimulai pukul 13.00 WIB. Kemudian, selanjutnya pada pukul 17.00 hasil penghitungan suara diserahkan kepada Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Tegalombo.

Pemilih di desa Kasihan usai menggunakan hak pilihnya. (Foto: Fajar Bachroni)
Pemilih di desa Kasihan usai menggunakan hak pilihnya. (Foto: Fajar Bachroni)


Dengan kondisi demikian, hal ini tepat dengan ramalan Peneliti. Sebagaimaan diberitakan sebelumnya, peneliti dari Pusat Kajian Komunikasi (Puskakom) Kota Surabaya Universitas Airlangga menggelar survei Pilkada 19 daerah di Jatim.

Survei tersebut dilakukan di tiga daerah di Jawa Timur, yang digelar berdasarkan hasil kompilasi tiga wilayah yang mewakili metropolis yakni Surabaya, mewakili wilayah menengah yaitu Malang dan mewakili pedesaan adalah Pacitan, dengan masing-masing daerah sebanyak 1.200 responden.

Hasilnya, salah satu pengamat komunikasi politik Unair, Suko Widodo memprediksi Pilkada di Jatim berpotensi sepi pemilih. “Saya telah melakukan penelitian dari beberapa lembaga survei dan hasilnya Pilkada Serentak 2015 tidak terlampau menggerakkan warga hadir ke tempat pemungutan suara (TPS),” katanya kepada wartawan di Surabaya, Selasa kemarin.

Puskakom menyatakan bahwa 79 pesen warga menganggap Pilkada 9 Desember 2015 biasa saja. “Sedangkan yang antusias menyambutnya hanya 19 persen dan 2 persen sisanya bersikap skeptis yakni kurang percaya atau ragu-ragu,” ucap Ketua Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga tersebut.

Adapun, kata Suko, beragam alasan yang menganggap Pilkada serentak kali pertama di Tanah Air ini biasa-biasa, di antaranya karena hasil pemilihan tidak mengubah keadaan, kurang percaya pada politik dan sebagainya. “Ada yang secara nyata-nyata menyatakan skeptis karena mempertanyakan kualitas kandidat yang bertarung di Pilkada,” katanya.

Sementara, saat disinggung alasan warga yang kurang antusias, kata dia, hal ini karena warga tidak mendapat informasi yang memadai sehingga tidak jarang mereka tidak tahu siapa kandidatnya. “Sejumlah tumpukan kekecewaan dari waktu ke waktu terhadap perpolitikan kita juga menjadi pengaruh. Sebab saat ini rakyat butuh kehadiran politisi yang tidak hadir tatkala menjelang pemilihan belaka, dan setelah itu pergi begitu saja,” katanya. (FB003)

Liputan/Foto: Muhammad Fajar Bachroni