Tari Ruung Sarung, Keindahan Seni Pacitan yang Terinspirasi dari Budaya Masyarakat

oleh -217 Dilihat
Aksi para penari LKP Pradapa Loka Bhakti menari tari Ruung Sarung di Mapfest Malaysia 2015. (Foto: Nazir Azhari)
Aksi para penari LKP Pradapa Loka Bhakti menari tari Ruung Sarung di Mapfest Malaysia 2015. (Foto: Nazir Azhari)

Pacitanku.com, PRINGKUKU – Kabupaten Pacitan tak pernah kehilangan pesonanya. Selain pesona alamnya yang melimpah, banyak prestasi yang ditorehkan putra daerahnya, salah satunya melalui seni budaya khas Pacitan bertajuk tari Ruung Sarung.

Tari Ruung Sarung merupakan seni  tari kreasi baru yang idenya dikembangkan dari kebudayaan masyarakat setempat, yang diciptakan oleh Deasylina da Ary, seorang praktisi seni budaya sekaligus Dosen Universitas Negeri Semarang. Tarian yang menggambarkan kegiatan keseharian para ibu ini diciptakan oleh perempuan yang akrab disapa Lina tersebut, pada tahun 2004.

Tari ini terinspirasi dari harmonisme masyarakat setempat, terutama dari kebiasaan masyarakat yang memakai sarung. Karya tari daerah Pacitan ini mengisahkan ibu-ibu petani desa yang memanfaatkan sarung sebagai penghangat tubuh, penggendong senik ke Tegal, pergi ke pasar, juga sekaligus sebagai sarana ibadah.

Dalam penampilannya, empat penari perempuan berbaju putih dan bercelana hitam nampak menari lincah kesana kemari. Dengan mengenakan properti sarung bermotif batik, keempat perempuan tersebut menampilkan gerakan lincah namun serasi. Kadang sarung dijadikan kerudung, kadang juga ditarik lurus, begitu seterusnya. Hingga menampilkan atraksi lucu. Inilah Tari Ruung Sarung, yang diciptakan oleh Lina dengan penata musik adalah Sukarman, yang tak lain adalah ayah dari Lina.

Setahun setelah dibuat, Tari Ruung Sarung menyabet penghargaan sebagai juara umum dengan sembilan tropi kejuaraan pada Parade Tari Nusantara 2005. Setahun kemudian, tari ini tampil dalam Indonesian Dance Festival tahun 2006.

Lina yang merupakan  alumni jurusan Seni Drama, Tari dan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya dan Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta tersebut terus mempopulerkan tari Ruung Sarung ini.

Tari Ruung Sarung semakin berkembang setelah berkesempatan unjuk kemampuan dalam berbagai event budaya dari lokal hingga internasional, seperti Indonesian dance festival 2006, Bedog arts Festival,  Tong Tong Festival Belanda tahun 2013 dan 2015, Arts Island Festival, dan yang terbaru adalah Melaka Arts and Performance Festival (Mapfest) Malaysia 2015.

Bahkan dalam aksinya di Negeri Jiran baru-baru ini, Lina menyampaikan bahwa para hadirin terpukai penampilan Tari Ruung Sarung.

“Pementasan kami disambut luar biasa, banyak tanggapan positif dari penonton dan juga sesama artis pengisi, bahkan Dr. Lisa Dethridge, dosen pengajar RMIT University Australia dan Pembicara dalam sesi Artist Talk Mapfest 2015 menyebut kami stars of Mapfest 2015 dalam sesi dialog yang dipimpinnya,” jelas Lina kepada Pacitanku.com, baru-baru ini.

Perempuan yang saat ini sedang menyelesaikan program doktoralnya di Institut Seni Surakarta (ISI) ini juga terus aktif mendidik para siswa di sanggar seni PLB yang kini berubah menjadi LKP Pradapa Loka Bhakti tersebut.

Dalam proses pembelajaran seninya, siswa-siswi bukan hanya diajak belajar tentang seni semata, akan tetapi juga yang lebih penting adalah belajar tentang karakter dan budi pekerti. Saat ini siswa PLB berjumlah 90 siswa, terbagi menjadi lima grade per kelas dengan usia antara 8-18 tahun dan masih duduk di bangku sekolah formal. (RAPP002)

Tari Ruung Sarung saat tampil di Mapfest 2015

Tari Rung Sarung saat menang dalam Parade Tari Nusantara 2005