Festival Tetaken Gunung Limo Semarakkan Wisata Budaya Pacitan 2015

oleh -1 Dilihat
Upacara adat Festival Tetaken Gunung LImo 2015. (Foto: Pacitanku)
Upacara adat Festival Tetaken Gunung LImo 2015. (Foto: Pacitanku)

Pacitanku.com, KEBONAGUNG – Upacara adat khas Kebonagung Pacitan, Tetaken, kembali digelar hari ini, Rabu (28/10/2015). Serangkaian agenda Upacara Adat Tetaken Gunung Limo pada tahun ini dikemas dalam bentuk yang berbeda, yakni  Festival Tetaken Gunung Limo, yang digelar di Plataran Gunung Limo, Mantren, Kebonagung mulai dimulai dengan upacara adat, yang memiliki berbagai ragam acara.

Agenda yang digelar dan dilihat ribuan masyarakat Pacitan tersebut adalah timbulan Pertapa (teteki), Pendakian dan ziarah Tunggul Wulung, pertunjukan Pencak Silat, pertandingan Silat Sempok, perajahan dan pembagian nira.

Digambarkan dalam ritual ini, sang juru kunci Gunung Lima turun gunung. Bersama para cantriknya yang sekaligus murid-muridnya. Mereka baru selesai menjalani tapa di puncak gunung dan akan kembali ke tengah masyarakat. Sebagai acara pembuka rangkaian acara berikutnya. Sebab tak lama setelah itu, iring-iringan besar warga muncul menyambut para pertapa, memasuki areal upacara. Mereka mengenakan pakaian adat Jawa.

Untuk barisan paling depan adalah para jawara dan pendekar tempatan mengawal para paraga pembawa panji dan pusaka Tunggul Wulung (Panji Tunggul Wulung, Keris Hanacaraka, Tombak Kyai Slamet, dan Kotang Ontokusumo/Jubah Hitam pertapa).

Dengan waktu yang sudah ditentukan, muncul menyambut para pertapa bersiap memasuki area upacara sakral. Selanjutnya iring-iringan tiba di tengah lokasi prosesi. Selain membawa berbagai hasil bumi dan keperluan ritual (tumpeng dan ingkung, misalnya), di baris terakhir beberapa orang tampak membawa bumbung (wadah air dari bambu) berisi legen atau nira.

Secara bergilir para pembawa legen (air nira) menuang isi. Ini adalah sambutan dari masyarakat Gunung Limo yang dalam kehidupan sehari-hari bekerja sebagai pencari nira. Tradisi tetaken sendiri membawakan berkah bagi kehidupan sehari, menjadikan simbol kekuatan dan spiritual, gunung limo merupakan sumber kekuatan dan nilai spiritual.

Sebelum ritual dilaksanakan, para jawara menampilkan kebolehannya dalam bermain silat dan kanuragan. Sesepuh Mantren mengisyaratkan kepada para jawara untuk memperebutkan sorban hitam Tunggul Wulung. Barang siapa berhasil mempertahankan sorban itu melekat di kepalanya maka akan memperoleh pengakuan sebagai pendekar Gunung Limo. Jawara ini adalah para pemuda tangguh yang maju sebagai wakil dusun tempatan maupun tamu dari luar desa.

Selain cara inti Tetaken, digelar juga pameran pusaka, agenda pendukung lomba karya tulis, telasan Tetaki, wayang Arya dan wayang kulit.

Dalam upacara Tetaken kali ini, turut hadir juga para tokoh Pacitan, diantaranya Bupati Pacitan Indartato, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ronny Wahyono, Sekretaris Daerah Suko Wiyono, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Wasi Prayitno, dan sejumlah tokoh masyarakat setempat, seperti calon wakil bupati Sri Retno Dhewanti. (RAPP002)