Bupati Optimistis Kebutuhan Kedelai di Pacitan Terpenuhi

oleh -0 Dilihat
Bupati Optimistis Kebutuhan Kedelai di Pacitan Terpenuhi
Bupati Optimistis Kebutuhan Kedelai di Pacitan Terpenuhi

Pacitanku.com, PACITAN – Bupati Pacitan Indartato mengapresiasi panen raya oleh petani kedelai di Desa Gembong, Kecamatan Arjosari, Selasa (6/10/2015) kemarin.

Menurut Indartato dalam keterangannya usai menggelar panen raya, dirinya optimistis jika semua titik potensi kedelai di Pacitan bisa menggelar panen raya, kebutuhan kedelai di daerahnya bisa terpenuhi. “Diversifikasi pangan sangat berperan vital dalam upaya mencukupi kebutuhan dan pemenuhan gizi, sehingga apa yang dilakukan masyarakat desa Gembong ini menurut saya adalah luar biasa,” ujarnya.

Lebih lanjut, Indartato menyampaikan bahwa target pemenuhan kebutuhan kedelai dapat terpenuhi jika para petani giat menanam bahan baku pembuatan tahu dan tempe tersebut. “Jika semua bisa seperti ini saya kira kebutuhan kedelai bisa kita penuhi dari hasil panen sendiri tanpa bergantung impor,”tandasnya.

Kecamatan Arjosari adalah satu diantara tiga kecamatan di Pacitan yang digadang-gadang pemerintah setempat sebagai pusat penghasil kedelai di Pacitan. selain Arjosari, dua kecamatan lain penghasil kedelai adalah Kecamatan pacitan dan Ngadirojo.

Ada dua jenis kedelai yang lazim ditanam petani yakni Wilis dan Gepak Kuning. Dua jenis kedelai itu memiliki pangsa pasar berbeda. Wilis misalnya. Disukai para pembuat tempe atau tahu karena bijinya lebih besar. Sedangkan untuk jenis Gepak Kuning dipilih para pembuat kecambah.

Sebelumnya, Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Pacitan mencatat ada penurunan lahan kedelai di Pacitan. tercatat, pada tahun 2012 jumlah lahan kedelai Pacitan mencapai 4.308 hektar dengan total produksi mencapai 4.428 ton. Atau tingkat produktifitas per hektar mencapai 1,1 ton. Sementara, hingga akhir tahun 2015 ini, produktivitas tanaman kedelai ditarget naik menjadi 1,3 ton.

Perluas Lahan Kedelai

Sementara, pada tahun ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur sendiri menargetkan wilayahnya bisa mewujudkan swasembada pangan untuk komoditi kedelai.

“Fokusnya masih tiga komoditi, yakni beras, jagung dan kedelai. Namun seluruh komoditi pangan prinsipnya kita sudah swasembada, kecuali kedelai. Untuk itu, yang akan ditingkatkan hanya komoditi kedelai supaya bisa segera swasembada. Insya Allah target swasembada bisa tercapai,” ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan Jatim, Tutut Herawati beberapa waktu lalu.

Dikatakan Tutut, belum swasembadanya kedelai di Jatim karena dua faktor. Pertama karena iklim yang kurang menunjang dan kedua adalah harga jual kedelai yang rendah. “Kedelai ini sebenarnya bukan tanaman yang sesuai untuk iklim seperti di Jawa Timur. Tapi tetap bisa diproduksi dengan ukuran kedelai yang relatif kecil,” tuturnya.

Sedangkan harga jual kedelai, HPP (Harga Pokok Pembelian) untuk kedelai masih terlalu rendah. Hal itu, membuat petani enggan untuk tanam kedelai dan lebih memilih tanam komoditi lain seperti beras dan jagung yang harga dan hasilnya lebih menjanjikan keuntungan.

Dari data Dinas Pertanian Jatim, saat ini harga kedelai masih di kisaran Rp 6.000 per kilogram (kg). Padahal, sesuai SK Menteri Perdagangan HPP sebesar Rp 7.600 per kilogram. Namun, HPP tersebut belum ditentukan melalui Inpres. Selain intensif harga, program perluasan area tanam juga gencar dilakukan Pemprov Jatim.

Pada tahun 2014, luas areal tanam kedelai dikisaran 210.000 hektar. Perluasan telah dilakukan mencapai 42.000 hektar dan tahun ini rencananya perluasan area tanam diharapkan mencapai 56.000 hektar.

Pemprov Jatim bekerjasama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dengan melakukan tumpangsari di lahan hutan yang tanaman hutannya masih belum berumur tiga tahun. Guna mencapai swasembada, lahan kedelai di Jatim ditargetkan akan diperluas mencapai 270.000 hektare hingga 300.000 hektare. (RAPP002)