Wayang Beber Pacitan Jadi Warisan Budaya Nasional, Apa Penyebabnya?

oleh -41 Dilihat
Foto: Humas Pemkab Pacitan

Pacitanku.com, PACITAN – Kesenian asli daerah Kabupaten Pacitan, wayang beber ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai warisan budaya nasional kategori budaya tak benda pada tahun 2015.

Selain wayang beber, tiga kesenian asal Jawa Timur lain yang masuk dan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh pemerintah tahun 2015 adalah Larung Sembonyo dari Kabupaten Trenggalek, Singo Ulung dari Bondowoso dan Tanean Lanjang dari Madura.

Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikaan dan Kebudayaan, Prof Kacung Maridjan, mengatakan tahun ada 121 kebudayaan yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda.”Saya senang karena tahun ini jumlahnya lebih banyak. Tahun 2013 sebanyak 77 dan 2014 sebanak 96 dan sekarang naik 121 warisan budaya tak benda,” beberapa waktu lalu.

Ia pun menyebut bahwa peningkatan jumlah warisan budaya tak benda untuk didaftar dan ditetapkan merupakan bentuk kepedulian daerah. “Pengajuan oleh daerah yang didukung oleh masyarakat. Kalau pengajuan ke pusat memang oleh Provinsi. Saya lihat kepedulian daerah makin tinggi,” terangnya.

Sebelumnya, pada tahun lalu, delapan kesenian asal Jawa Timurmasuk sebagai benda warisan budaya takbenda nasional. Kedelapan kesenian tersebut berupa Wayang Topeng (Malang), Syiir Madura, tari Seblang dan Ritual Tumpeng Sewu (Banyuwangi), Ludruk dan Jaran Bodhag (Probolinggo), Topeng Dongkrek (Madiun) dan Upacara Kasada (Tengger).

Mengapa Wayang Beber?

Wayang Beber ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya nasional karena nilai dan kesakralan budaya yang terkandung didalamnya. Wayang yang juga turut dalam Grindulu Festival, baru-baru ini memang dikenal sebagai wayang yang  berbentuk lukisan di atas kertas, dengan roman seperti wayang kulit purwa hanya kedua matanya nampak.

Sikap wayang bermacam-macam, ada yang duduk bersila, sedang berjalan, sedang berperang dan sebagainya. Lukisan wayang beber berjumlah 6 gulung, dan tiap gulung berisi 4 adegan.

Nah, untuk lama pementasan sekitar satu setengah jam dan dapat dilakukan siang hari ataupun malam hari. Setiap pagelaran wayang beber harus ada sesaji yang terdiri dari kembang boreh, ketan yang ditumbuk halus, tumpeng dan panggang ayam, ayam hidup, jajan pasar (kue-kue) dan pembakaran kemenyan. Untuk upacara ruatan atau bersih desa perlu ada tambahan sesaji berupa sebuah kuali baru, kendi baru dan kain putih baru.

Wayang Beber memang menjadi satu fenomena sendiri dalam sejarah budaya Pacitan. Selain Wayang beber memiliki semangat pelestarian tradisi jawa, yang terpenting adalah bagaimana pesan tentang tata nilai yang terkandung didalamnya.

Kini, wayang beber Pacitan telah menjadi salah satu diantara warisan budaya nasional, tentu menjadi tugas masyarakat Pacitan untuk melestarikan wayang beber yang bisa bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat. (RAPP002)