Cerita SBY Tentang Perang Gerilya Jenderal Soedirman di Pakisbaru

oleh -0 Dilihat
SBY mengenakan baju veteran mengikuti syukuran kemerdekaan di Monumen Jenderal Soedirman Nawangan. (Foto: Ani Yudhoyono/Instagram)
SBY mengenakan baju veteran mengikuti syukuran kemerdekaan di Monumen Jenderal Soedirman Nawangan. (Foto: Ani Yudhoyono/Instagram)
SBY mengenakan baju veteran mengikuti syukuran kemerdekaan di Monumen Jenderal Soedirman Nawangan. (Foto: Ani Yudhoyono/Instagram)
SBY mengenakan baju veteran mengikuti syukuran kemerdekaan di Monumen Jenderal Soedirman Nawangan. (Foto: Ani Yudhoyono/Instagram)

Pacitanku.com, NAWANGAN – Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menceritakan kembali kisah heroik perjalanan gerilya dan perang gerilya Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Soedirman di Pacitan.

Hal itu disampaikan SBY saat menggelar syukuran kemerdekaan di Monumen Jenderal Sudirman di Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Senin (17/8/201) lalu.

Dikatakan SBY, Monumen Jenderal Soedirman dulunya adalah salah satu lokasi yang digunakan Jenderal Sudirman memimpin perang gerilya melawan penjajah. Di tempat itu, Sudirman tinggal selama 99 hari.

Menurut SBY, hampir separuh waktu perang gerilya Jenderal Soedirman dihabiskan di Nawangan. Perang gerilya pada 1949, ujar SBY, berlangsung tujuh bulan. Soedirman berpindah-pindah tempat dari Yogyakarta, Wonosari, Wonogiri, Ponorogo, Trenggalek, hingga Kediri.

“Dari Kediri, dia kembali ke Trenggalek dan masuk Pacitan dari sebelah timur. Dia, antara lain, singgah di Desa Wonokarto, Kecamatan Kebonagung, dan Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan,” ujarnya dihadapan peserta Syukuran kemerdekaan.

Dikatakan SBY, di Pakisbaru, Nawangan tersebut, Panglima besar memutuskan membuat kebijakan penting dalam sejarah kemerdekaan RI. “Di tempat ini (Desa Pakis, Kecamatan Nawangan), Panglima Jenderal Sudirman menginstruksikan Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta,” jelasnya.

Kemudian, kata SBY, Soedirman yang paru-parunya hanya berfungsi satu lantaran sakit dan harus ditandu berpindah ke Wonogiri, Prambanan, dan kembali ke Yogyakarta. “Total jarak tempuh yang dilalui Jenderal Sudirman selama bergerilya lebih dari 1.000 kilometer,” jelas pria kelahiran Tremas, Arjosari ini.

Acara syukuran kemerdekaan hari itu dihadiri sejumlah pejuang, veteran, pelajar, forum pimpinan daera, pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pacitan dan masyarakat setempat. Dalam agenda tersebut juga digelar kesenian khas Nawangan, Kethek Ogleng. (RAPP002)