Media Harus Dilibatkan dalam Pengembangan Kearifan Lokal

oleh -0 Dilihat
Seru. Sekolah Jurnalistik (Sekolastik) yang diikuti mahasiswa Undip, Unnes dan Polines berbicara berkarya lewat media, Sabtu (30/5/2015). (Foto: IST)
Seru. Sekolah Jurnalistik (Sekolastik) yang diikuti mahasiswa Undip, Unnes dan Polines berbicara berkarya lewat media, Sabtu (30/5/2015). (Foto: IST)
Seru. Sekolah Jurnalistik (Sekolastik) yang diikuti mahasiswa Undip, Unnes dan Polines berbicara berkarya lewat media, Sabtu (30/5/2015). (Foto: IST)
Seru. Sekolah Jurnalistik (Sekolastik) yang diikuti mahasiswa Undip, Unnes dan Polines berbicara berkarya lewat media, Sabtu (30/5/2015). (Foto: IST)

Pacitanku.com, SEMARANG – Kearifan lokal atau local wisdom menjadi kekuatan Indonesia dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015 ini. Namun demikian, pengembangan kearifan lokal di masing-masing daerah di tanah air harus dikemas secara apik yang meningkatkan daya tawar, salah satunya pengembangan potensi dan kearifan lokal melalui media massa.

Hal itu diungkapkan oleh founder pacitanku.com, Dwi Purnawan, saat menyampaikan gagasanya bertema pengembangan kearifan lokal melalui media dalam agenda Sekolah Jurnalistik (Sekolastik) yang digelar pers mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) anakundip.com, Sabtu (30/5/2015) di gedung Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip, Tembalang, Kota Semarang.

Menurut Dwi, kearifan lokal yang dimiliki masing-masing daerah, seperti potensi wisata, potensi alam, seni dan budaya, akan menjadi nilai plus dan kekuatan daerah yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat, dan tentunya menambah kekayaan potensi di Indonesia. Namun demikian, pengembangan kearifan lokal harus melibatkan media, karena media akan menjadi sarana penyambung informasi yang efektif.

“Sehingga bagi kita, para putra daerah, tentunya memiliki tanggungjawab moral untuk membantu mengembangkan potensi dan kearifan lokal, salah satunya melalui media, dan yang cukup efektif saat ini adalah social media dan media online,” katanya.

Lebih lanjut, Dwi yang sudah mengelola pacitanku.com sejak pertengahan Juli 2013 ini mengatakan, ada banyak manfaat yang bisa diambil dari pengelolaan media online berbasi lokal. Selain membantu pengembangan potensi dan kearifan lokal, dengan adanya media lokal yang informatif, akan memperkaya wawasan lokal, sekaligus menjadi rujukan masyarakat akan daerah tersebut.

“Awalnya, saya mengelola pacitanku.com hanya karena ingin mempromosikan wisata daerah melalui website, namun seiring berjalannya waktu, pacitanku.com kini pelan-pelan mulai menjadi salah satu rujukan informasi di Pacitan, menjadi portal berita khususnya masyarakat Pacitan dan luar Pacitan yang ingin mengetahui informasi tentang Pacitan, seperti sejarah Pacitan, informasi hotel, lowongan pekerjaan, dan sebagainya,” paparnya.

Wartawan Harus Berkarakter

Sementara, Ahmad Suudi yang merupakan salah satu wartawan senior dari Jateng Pos (Jawa Pos Group) menyampaikan bahwa seorang wartawan harus memiliki karakter. Karena dengan memiliki karakter, dikatakan Suudi, akan menjadikan wartawan dihormati.

“Kita akan dinilai orang lain karena kualitas tulisan kita, dan prinsip yang harus dimiliki oleh wartawan adalah menulis berdasarkan fakta, harus ada konfirmasi, liputan ke lapangan, dan tugas investigatif jurnalisme lainnya,” tandas pria yang sudah menjadi wartawan sejak tahun 1991 ini.

Suudi yang aktif menjadi wartawan di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah itu juga menghimbau kepada peserta untuk selalu update kondisi terkini dan memperkaya wawasan keilmuan dengan banyak membaca dan belajar. “Jadi wartawan itu biar terjaga kualitas jurnalistiknya harus selalu belajar, banyak membaca dan update kondisi terkini,” tandasnya.

Dalam kesempatan Sekolastik yang diikuti 40 peserta dari Undip, Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Politeknik Negeri Semarang (Polines) tersebut juga dibahas pentingnya memiliki media dalam era saat ini.

“Penting ga sih media? ya penting sangat. Karena bisa menjadikan sebuah tren, menjadi sarana curahan hati kita dan juga bisa mempengaruhi opini,” kata Nurkholish Madjid MS, Wakil Pemimpin Redaksi Portal jowonews.com, yang menjadi pembicara dalam acara tersebut.

Menurut Nurkholish, sebelum era social media masuk, dulu ketika ingin mendirikan lembaga pers maka harus mendapat ijin dari pemerintah. “Tapi,sekarang, kita hanya perlu membeli domain seharga Rp 500 ribu, dan update berita setiap saat maka itu sudah dapat disebut pers, bahkan ada beberapa media online yang hanya digarap oleh satu orang saja,” ungkapnya.

Agenda Sekolastik ini digelar oleh pers mahasiswa anakundip.com yan diperuntukkan untuk mahasiswa yang ingin belajar dan berkecimpung di dunia jurnalistik. Rencananya, agenda serupa akan digelar berkelanjutan sebagai sarana belajar para jurnalis mahasiswa. (RAPP002)