Penjelasan SBY Seputar Utang Indonesia ke Luar Negeri

oleh -4 Dilihat
SBY saat menerima kunjungan Pimpinan IMF tahun 2012 lalu. (Foto: SBY/FP)
SBY saat menerima kunjungan Pimpinan IMF tahun 2012 lalu. (Foto: SBY/FP)
SBY saat menerima kunjungan Pimpinan IMF tahun 2012 lalu. (Foto: SBY/FP)
SBY saat menerima kunjungan Pimpinan IMF tahun 2012 lalu. (Foto: SBY/FP)

Pacitanku.com, JAKARTA – Merasa tidak sepakat dengan pernyataan Presiden Jokowi perihal utang Indonesia ke International Monetery Fund (IMF), Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengklarifikasi pernyataan yang dilontarkan Presiden Jokowi tersebut. (Baca: SBY: Pernyataan Jokowi Tentang Utang IMF Salah).

SBY pun menjelaskan perihal utang Indonesia kepada dunia internasional. Melalui akun twitter dan fanpagenya, pria asal Pacitan tersebut menjelaskan perihal utang Indonesia kepada dunia.

“Saya harus mengatakan bahwa seluruh utang Indonesia kepada IMF sudah kita lunasi pada tahun 2006 yang lalu. Keseluruhan utang Indonesia terhadap IMF adalah US$ 9,1 miliar, jika dengan nilai tukar sekarang setara dengan Rp. 117 triliun, dan pembayaran terakhirnya kita lunasi pada tahun 2006, atau empat tahun lebih cepat dari jadwal yang ada. Sejak itu kita tidak lagi jadi pasien IMF,” jelasnya, Selasa (28/4/2015).

Dalam salah satu alasan pelunasan utang tersebut, SBY menyimpulkan bahwa Indonesia harus berdaulat dan merdeka dalam  mengelola perekonomian nasional. Selain itu, selama Indonesia masih punya utang kepada IMF, rakyat kita merasa terhina (humiliated). Dipermalukan. Di mata sebagian rakyat, IMF diidentikkan dengan penjajah. Bahkan IMF-lah yang dianggap membikin krisis ekonomi tahun 1998 benar-benar buruk dan dalam.

“Saya masih ingat, ketika masih menjadi Menteri Pertambangan dan Energi (tahun 1999-2000), saya harus melaporkan dulu kepada negara-negara donor yang tergabung dalam forum CGI berkaitan dengan kebijakan dan rencana kementerian yang saya pimpin, utamanya menyangkut APBN. Situasinya sungguh tidak nyaman. Pernah saya diminta untuk menaikkan harga BBM dan Tarif Dasar Listrik secara serentak dengan angka yang sangat tinggi,” jelasnya.

Hal itu, imbuh alumni SMAN 1 Pacitan ini, kemudian ditolak, karena pasti ekonomi rakyat akan menjadi lebih buruk. Baru setelah utang ke IMF dilunasi, para pemimpin IMF (Managing Director) satu-persatu berkunjung ke Indonesia dan menemui saya di kantor Presiden, mulai dari Rodrigo de Rato (2007), Dominique Strauss-Kahn (2011) hingga Chistine Lagarde (2012).

Saat itu, pada Tahun 2012, SBY menerima kunjungan pimpinan IMF – Christine Lagarde di Jakarta, 6 tahun setelah Indonesia melunasi seluruh utangnya ke IMF. Dalam pertemuan itu, IMF mengapresiasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif tinggi di antara negara-negara G-20. IMF juga berharap Indonesia menaruh dananya di IMF untuk membantu atau meminjami negara-negara yang mengalami krisis.

“Saya menerima kunjungan mereka dengan kepala tegak. Bahkan, pada kunjungan pemimpin IMF tahun 2012, IMF berharap Indonesia bisa ikut menaruh dananya di IMF karena kita telah menjadi anggota G20, dengan peringkat nomor 16 ekonomi besar dunia. Pasalnya, IMF kekurangan dana untuk digunakan membantu negara yang mengalami krisis berat dan perlu penyelamatan dari IMF. Artinya, tangan kita tidak lagi berada di bawah, tetapi sudah berada di atas,” papar SBY.

Namun demikian, SBY tak menampik fakta bahwa Indonesia masih punya utang luar negeri. Menurut SBY, utang Indonesia ada sejak era Presiden Soekarno. Saat itu, kata SBY, saat memimpin Indonesia (2004-2014) rasio utang terhadap GDP terus diturunkan.

“Jika akhir tahun 2004 rasio utang terhadap GDP itu sekitar 50,6 %, di akhir masa jabatan saya tinggal sekitar 25 %. Artinya, jika dulu separuh lebih GDP kita itu untuk menanggung utang, maka tanggungan itu telah kita turunkan menjadi seperempatnya,” pungkasnya. (RAPP002)