Ini Pembagian Ruangan Museum SBY di Pancer Dorr

oleh -0 Dilihat
Bumi Perkemahan Pancer Door (Dok.Pacitanku)
Bumi Perkemahan Pancer Door (Dok.Pacitanku)
Bumi Perkemahan Pancer Door (Dok.Pacitanku)
Pancer Dorr akan dijadikan tempat pembangunan museum SBY. (Dok.Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITAN – Museum Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan dibangun di Pantai Pancer Dorr akan dibagi menjadi beberapa zona. Hal itu sudah dikonsep oleh Pemerintah selaku penanggungjawab pembangunan museum tersebut.

Menurut Tonny Setya Nugroho, Kasie Tata Bangunan, Bidang Cipta Karya, Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan (DCKTB) Kabupaten Pacitan, kawasan museum nantinya terbagi dalam empat zona. Diantaranya, zona utama atau penunjang, zona cocok tanam atau kawasan terbuka hijau, zona penerima, serta zona parkir. Sedangkan museum induk juga terbagi dalam lima zona, diantaranya, zona publik, zona Service, zona pengelola, zona sejarah Pacitan, dan zona sejarah SBY.

Dalam zona sejarah SBY, Tony mengungkakpan bahwa akan dibagi menjadi beberapa ruangan, diantaranya masa kanak-kanak, karier militer, karir presiden, zona kehidupan keluarga, serta zona penikmatan alam dan ruang baca.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum, akan membangun museum untuk mendokumentasikan perjalanan sejarah SBY. Untuk detil enginering design (DED) atas proyek Musem SBY memang sudah selesai.

Terkait anggaran, Tony menerangkan bahwa museum tersebut didanai dari APBN, sementara Pemkab hanya penyiapan lahan. Meski begitu, Tonny menegaskan, pihaknya belum bisa memberikan keterangan berapa pagu anggaran yang akan dialokasikan membangun museum tersebut.

“DED nya sudah kelar, bangunan didirikan diatas lahan seluas 15.346 meter persegi, dengan total luas tanah sekitar 70.710 meter persegi, untuk lahan sudah bersertifikat hak milik No. AV 273492. Penentuan lokasi tersebut sudah ditetapkan berdasarkan SK Bupati Pacitan, Nomor 188.45/516/KPTS/408.211/2014, tertanggal 11 September 2014,” jelasnya belum lama ini.

Lebih lanjut, Tony menyampaikan bahwa pembangunan museum SBY tersebut memang tidak terlepas dari adat budaya tanah jawa. Hal tersebut dapat dilihat dari ide dasar pembangunan gedung bersejarah nantinya.

“Konsepnya adalah rumah joglo, gunungan yang mencerminkan ajaran filsafat tinggi, sumber energi alternatif melalui kotoran ternak, water filtration area, sebagai tempat penyulingan air laut, elemen air, udara serta tanah, bangunan landsekap yang memiliki nilai edukasi dan objek wisata, dedicated landscape, serta lorong kilas balik,” pungkasnya. (yun/RAPP002)