Kopdar dengan Anak Pacitan, SBY Bacakan Puisi Hari Lalu Anak Pacitan

oleh -17 Dilihat
SBY saat kopdar dengan anak - anak Pacitan.
SBY saat kopdar dengan anak – anak Pacitan.

Pacitanku.com, PACITAN – Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkesempatan bertemu dan berdiskusi dengan sembilan followers instagram Ani Yudhoyono, Rabu (11/3/2015). SBY yang nampak antusias berbincang dengan para siswa dan mahasiswa dari Pacitan tersebut kemudian membacakan sebuah puisi yang dibuat SBY pada 1 Januari 2013.

Puisi yang dibacakan khusus usai berdiskusi dengan peserta kopdar tersebut berkisah tentang perjalanan hidup seorang SBY yang dari kampung Pacitan, lalu bercerita tentang alam Pacitan dan mewujudkan mimpi tinggi seorang anak Pacitan.

Berikut puisi yang dibacakan SBY untuk anak Pacitan :

 

Hari Lalu Anak Pacitan

 

Ombak-ombak tinggi itu masih menderu

Seperti dulu,

Menghempas karang, lepas berkejar-kejaran

Menggulung pasir-pasir putih lembut

Di batas laut

 

Burung – burung camarpun masih terbang

Mengepak, melayang

Berarak di atas pepohonan pinus

Tak ringkih meski kurus

Menutupi tanah tua berbatu tandus

 

Dulu,

Bersama teman-teman, aku datang berlarian

Mengejar ombak di sela-sela batu karang

Riang,

Berdendang,

Bercanda dengan buih

Dan ikan-ikan kecil kuning putih,

Yang berkata tidak pada letih

 

Dulu,

Aku juga mendaki bukit

Duduk di batu-batu di atas ngarai sempit

Melukis alam ciptaan Tuhan

Yang tak lapuk oleh putaran zaman

 

Dulu,

Dalam belaian angin laut yang tak pernah mati bertiup,

Dan bayang-bayang bintang yang tak pernah redup,

Kutulis dan kurajut puisiku,

Getaran dan ekspresi jiwaku

Satu-satu,

Lalu kubiarkan puisi itu terbang ke laut lepas

Menembus cakrawala tanpa batas,

Hidup di taman keabadian, apa adanya,

Selamanya

 

Dalam syukur kepada Sang Pencipta

Kupandang, kusapa laut lepas yang membiru

Di keindahan teluk itu,

Yang setia memantulkan sinar mentari pagi,

Mengabarkan rindu hati

Dalam harmoni, dan

Nyanyi ombak dan burung kenari

 

Di ujung timur,

Dalam pejam kulihat perahu-perahu penangkap ikan

Berlayar, sunyi di kejauhan,

Bagai bertutur kepada zaman di hadapan

Tentang kisah dan legenda panjang kakek nelayan

Yang berwindu-windu bersahabat dengan alam

Meski hidup tak mudah

Terlunta, tertatih dan hampir pasrah

Dan dengan tangan bergetar lalu ia menengadah

Lirih bertanya, adakah alam ini menjanjikan berkah?

 

Kawan, dengan takjub mesti kuabadikan

Semuanya,

Dalam jiwa-jiwa yang merdeka

Karang, pendar buih dan ombak-ombak yang tak henti berkejaran

Pinus, bunga selasih dan cemara tua yang menari-nari tak berkesudahan

Semuanya,

Dalam kidung, lukisan dan syair-syair rindu

Di melodi kehidupanku,

Buat kado haru laluku,

Hari lalu Anak Pacitan

 

Susilo Bambang Yudhoyono

1 Januari 2013

(di upload ulang oleh Pacitanku atas seizin SBY)