Lima Eks PSK Dolly Asal Pacitan Pulang Kampung

oleh -37 Dilihat
Ilustrasi PSK Dolly. (Foto : IST)
Ilustrasi PSK Dolly. (Foto : IST)
Ilustrasi PSK Dolly. (Foto : IST)
Ilustrasi PSK Dolly. (Foto : IST)

Pacitanku.com, PACITAN – Keputusan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk menutup kawasan lokalisasi Dolly pada pekan lalu membuat para Pekerja Seks Komersial (PSK) dipulangkan ke kampung halaman masing – masing, tak terkecuali lima eks PSK Dolly yang berasal dari Pacitan.

Lima perempuan yang masih muda tersebut dipulangkan ke Pacitan menggunakan bus carteran yang dibiayai Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya, Ahad (22/6/2014) kemarin WIB. Tercatat, menurut data dari Dinas Sosial Pacitan, lima PSK tersebut berasal dari Tegalombo, Ngadirojo, Pacitan dan dua orang dari Tulakan. Kelima PSK tersebut bekerja di gang Dolly sekitar dua hingga tiga tahun.

‘’Saya harap mereka menggunakan uang kompensasi yang diberikan oleh Pemkot Surabaya dengan baik,’’ ujar Masrukin, Sekretaris Dinsosnakertrans Pacitan, dilansir dari Radar Madiun, Senin (23/6/2014).

Masrukin menyebutkan kelima PSK tersebut berusiaantara 25-30 tahun. Masrukin menuturkan, alasan mereka bekerja di lokalisasi Dolly lantaran masalah ekonomi. Awalnya, kelima alumnus Gang Dolly itu awalnya sempat enggan pulang ke kampung halamannya karena biaya kompensasi terlalu minim, yakni Rp 5 juta. ‘’Menurut pengakuan mereka, dana kompensasi yang didapat bakal digunakan untuk membuka salon dan warung di desa mereka,’’ terangnya.

Pihak Dinsosnakertrans, saat ini sudah melalukan pendataan dan koordinasi dengan Pemkot Surabaya maupun Pemprov Jatim terkait masih ada tidaknya PSK asal Pacitan yang masih bertahan di Dolly. ‘’Nanti jika diketahui masih ada yang bertahan, kami minta untuk dipulangkan. Intinya, koordinasi dengan Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya tetap kami lakukan secara berkala. Memang karena sampai saat ini masih ada banyak PSK yang masih enggan pulang ke kampung halaman mereka,’’ jelasnya.

Sementara itu, untuk mengantisipasi kelima PSK tersebut akan mengulangi pekerjaan haram di Pacitan, pihaknya sudah melalukan berbagai upaya preventif demi mencegah hal itu terjadi. Salah satu di antaranya mengajak mereka untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Pemkab Pacitan tiap bulannya. ‘’Nanti mereka akan kami beri pelatihan seperti menjahit dan lain sebagainya. Pokoknya sesuai kemampuan yang mereka miliki,’’ ungkapnya.

Rencananya, selain memberikan peluang bisnis dengan cara berusaha melatih keterampilan mereka, kelimanya kelak juga bisa mengikuti program kerja yang akan diselenggarakan Pemkab Pacitan Juli mendatang.

‘’Dengan sudah dibekalinya kemampuan membuat ketrampilan, mereka nantinya bisa ikut program kerja terbuka yang pemkab selenggarakan. Setidaknya itu bisa mencegah mereka kembali terjun ke lembah hitam seperti yang mereka alami beberapa tahun terakhir,’’ pungkasnya.

Seperti diketahui, pada Rabu (18/6/2014) lalu, Pemkot Surabaya bekerja sama dengan Pemprov jatim dan Kementerian Sosial secara resmi menutup kawasan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara tersebut. Meski banyak pergolakan saat akan terjadi penutupan kawasan lokalisasi berusia 100 tahun itu, Pemkot tak bergeming dan tetap menutupnya.

Redaktur : Robby Agustav