Sambut Ramadhan, Warga Pacitan Mulai Gelar Megengan

oleh -6 Dilihat
Megengan yang digelar warga Pacitan menyambut kedatangan Ramadhan 1435 H (Foto : Dok.Pacitanku)
Megengan yang digelar warga Pacitan menyambut kedatangan Ramadhan 1435 H (Foto : Dok.Pacitanku)

Pacitanku.com, DONOROJO – Bulan Ramadhan yang sebentar lagi tiba dimanfaatkan warga Pacitan yang mulai mengagendakan tradisi menyambut bulan suci tersebut dengan menggelar megengan.

Tradisi megengan ini sendiri rutin digelar sebagian besar warga Pacitan, dengan makna megengan sendiri adalah berarti menahan. Ini merupakan suatu peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan, bulan dimana umat Islam diwajibkan berpuasa, yaitu menahan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut.

Biasanya, sebelum agenda utama yakni megengan, para wraga melakukan ziarah kubur, membersihkannya setelah sebelumnya dari pihak kampung, biasanya dusun atau RT di Pacitan menggelar kerja bakti membersihkan makam.




Selain ziarah, megengan juga diwarnai dengan acara syukuran dengan membagi-bagi makanan, terutama kue apem, yang sebenarnya adalah ungkapan dari rasa permintaan maaf secara tidak langsung kepada para tetangga kita. Apem sendiri berasal dari kata afwan, yang artinya meminta maaf.

“Setelah ziarah kubur, kalau tradisi disini ya bareng – bareng memakan nasi kenduri di masjid atau mushola, “ kata Sri Winarti, warga Desa Donorojo, Kecamatan Donorojo, baru – baru ini.

Biasanya, kata ibu yang akrab dipanggil Wiwin ini, warga menggelar megengan ini adalah untuk syukuran, sehingga penyelenggaraannya pun sesuai kemampuan ekonomi keluarga tersebut. “Ada yang menyertakan ayam, atau hanya sekedar nasi dan kue ala kadarnya,” terang ibu dua anak ini.

Sementara itu, penyelenggaraan megengan dengan konsep berbeda digelar di Tegalombo. Jika di Donorojo digelar di masjid, maka di Tegalombo pelaksanaan megengan ini digelar dari rumah kerumah. “Di Tegalombo, biasanya sebelum kenduri megengan, kita mengundang tetangga sekitar, lalu sekalian silaturahmi, kita hidangkan kuliner khas megengan,”papar Purnomo, warga Desa Kasihan, Kecamatan Tegalombo.

Dalam pelaksanaan Megengan di Tegalombo, imbuh Purnomo, ada model unik, yakni nglincak. Nglincak ini adalah kenduri megengan dari rumah satu ke rumah yang lain dalam satu hari. “Biasanya nglincak ini adalah apabila dalam satu hari terdapat beberapa rumah yang menggelar megengan, sehingga harus diselesaikan hari itu juga,” tukasnya.

Seperti diketahui, agenda megengan ini adalah tradisi yang dibawa sejak zaman penyebaran agama Islam di oleh Sunan Kalijaga. Kanjeng Sunan menggunakan metode pendekatan psikologi budaya kepada masyarakat Jawa pedalaman sehingga menghapus pembatas yang dapat menganggu syiar Islam, salah satunya adalah dengan pendekatan megengan ini.

Editor: Dwi Purnawan