Mengenal Tide Gauge, Pendeteksi Tsunami yang Dipasang di Perairan Pacitan

oleh -36 Dilihat
Tide Gauge yang terpasang di Hongkong
Tide Gauge yang terpasang di Hongkong
Tide Gauge yang terpasang di Hongkong
Tide Gauge yang terpasang di Hongkong

Pacitanku.com, PACITAN—Pemerintah bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan beberapa waktu lalu memasang alat deteksi dini tsunami di perairan Pacitan. Seperti diberitakan sebelumnya, peralatan canggih yang bernama Tide gauge tersebut di pasang di dua titik sentral perairan Pacitan, yakni Teluk Pacitan dan Pantai Tawang, Ngadirojo.

Peralatan itu merupakan bantuan dari pusat, yakni dari dari Badan Metereologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) dan Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT).

“Satu alat lainnya akan dipasang di sekitar Pantai Tawang, Kecamatan Ngadirojo, dalam waktu dekat,” kata Ratna Budiono, Kepala Seksi (Kasi)  Kesiapsiagaan Dan Pencegahan BPBD Pacitan, belum lama ini.

Tide Gauge adalah alat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Dengan alat ini pasang surut air laut bisa terukur maka jika terjadi gempa atau tsunami bisa diketahui dengan cepat. Sedangkan prinsip kerja alat canggih yang sudah dipasang di beberapa daerah rawan Tsunami di berbagai Negara, termasuk Indonesia.

Peralatan ini dilengkapi dengan sensor radar, pressure, dan jika kondisi perairan memungkinkan (gelombang dan kecepatan arus tidak terlalu besar) ditambah dengan sensor pelampung. Data pengamatan yang dihasilkan oleh ketiga sensor tersebut disimpan dalam sebuah mesin pencatat data yang tersimpan dalam box panel bersama sistem operasi ketiga sensor. Data hasil pengamatan akan diterima oleh Bakosurtanal dan BMG secara tepat waktu dengan menggunakan satelit komunikasi VSAT.

 “Idealnya setiap 40 kilometer ada peralatan itu. Jika air tidak tenang, ‘tide gauge’ akan mengirimkan sinyal palsu,” jelas Ratna.

Seperti diketahui, terjadinya gelombang Tsunami bisa diantisipasi dan diinformasikan melalui sistem Peringatan Dini Tsunami. Sistem ini adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di masyarakat.

Alur kerjanya adalah jika terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf Informasi gempa dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan info gempa yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami.

Kemudian perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan info peringatan Tsunami, sedangkan data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini seperti Tide Gauge. Fungsi peringatan dini tersebut untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk.

Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG.

Ratna juga mengungkapkan, pemasangan atau penempatan piranti pendeteksi perubahan ketinggian permukaan air laut itu idealnya dilakukan di tengah laut atau dekat dengan titik lempeng. Namun, dengan pertimbangan keterbatasan anggaran untuk biaya membangun peranti pendukung lain, seperti tiang pancang di tengah laut yang sangat mahal, pemasangan akhirnya ditempatkan di dalam kawasan bertipikal perairan tenang, agar kinerja perangkat tidak kacau.

Redaktur : Robby Agustav